Petualangan tak terduga dimulai ketika Angger dan Gara memutuskan untuk mengunjungi Ngabean dengan semangat tinggi. Pada awalnya, mereka hanya ingin mengeksplorasi keindahan tempat tersebut, namun seiring berjalannya waktu, petualangan mereka membawa mereka ke dunia seru parkiran bus dan menelusuri jejak Bus Jarak Jauh seperti Jetbus 3, Jetbus 5, dan SR3. Setibanya di Stasiun Tugu, Angger dan Gara merasakan kegembiraan yang tak terbendung. Mereka melakukan survey cepat dan tanpa ragu merekomendasikan untuk mengunjungi dua tempat khusus: Parkiran Bus Abu Bakar Ali di bagian timur stasiun dan parkiran BI di selatan Malioboro.
Dengan penuh antusias, Angger dan Gara bergegas ke Parkiran Bus Abu Bakar Ali di timur stasiun. Di sana, mereka menemukan deretan bus yang menggoda imajinasi mereka. Jejak-jejak Jetbus 3, Jetbus 5, dan SR3 menjadi fokus utama mereka. Keduanya memotret bus-bus tersebut, mengagumi desain dan teknologi terbaru yang diusung oleh masing-masing model.
Petualangan tak berhenti di situ. Angger dan Gara melanjutkan perjalanan mereka ke parkiran BI di selatan Malioboro. Di sini, suasana berbeda memukau mereka. Mereka menemui lebih banyak Bus Jarak Jauh, memperdalam pengetahuan mereka tentang dunia transportasi darat. Setiap detik di parkiran ini memberikan nuansa kegembiraan sekaligus kekaguman.
Dengan tekad yang semakin kuat, Angger dan Gara menghabiskan waktu untuk mengamati setiap detail dari Jetbus 3, Jetbus 5, dan SR3. Mereka mencatat perbedaan desain eksterior, fitur interior, dan inovasi teknologi yang menjadi daya tarik utama setiap model bus tersebut. Petualangan ini bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan pengetahuan dan kecintaan pada dunia transportasi.
Angger, Gara, Sakha, dan Faiz memiliki gaya belajar yang lebih cenderung mengandalkan pengamatan langsung daripada membaca referensi. Dalam petualangan terbarunya, mereka mengarahkan minat mereka ke terminal bus. Dengan menggunakan kartu (TJ) TransJogja pelajar seharga Rp. 60, serta pengetahuan mereka tentang rute-rute yang mengarah ke terminal-terminal, mereka siap menjelajahi dunia terminal bus dengan semangat dan kegembiraan.
Gara dan Atta memiliki keuntungan karena memiliki kartu TJ pelajar, yang membuat biaya transportasi menjadi lebih terjangkau. Rute-rute TransJogja yang dapat membawa mereka ke berbagai terminal bus menjadi pilihan yang praktis dan ekonomis. Dengan halte bus yang berada dalam jangkauan tenaga mereka, seperti SMKI dan PGRI, mereka merencanakan perjalanan yang dapat dicapai dalam waktu 15 menit.
Sebagai titik awal dan akhir perjalanan, mereka memilih berkumpul di Sanggar Anak Alam (SALAM). Ini memastikan kenyamanan dan kemudahan dalam hal penjemputan dan pengantaran. Setiap anggota grup yang berpartisipasi akan kembali ke SALAM setelah menjelajahi terminal bus, kecuali ada yang memutuskan untuk langsung pulang ke rumah.
Dengan semangat petualangan, mereka memulai perjalanan mereka menggunakan TransJogja menuju terminal bus. Melalui pengamatan langsung, mereka berencana untuk memahami lebih dalam tentang sistem transportasi publik, terminal bus, dan dinamika kehidupan sehari-hari di sekitar terminal tersebut. Rute-rute yang mereka pilih mencakup terminal-terminal strategis yang menjadi pusat aktivitas transportasi.
Di setiap terminal bus, Angger, Gara, Sakha, dan Faiz meresapi pengalaman belajar langsung. Mereka mengamati berbagai jenis bus, pola lalu lintas, dan interaksi antarpenumpang. Selain itu, mereka berbicara dengan beberapa petugas terminal untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang operasional terminal dan peranannya dalam sistem transportasi kota.
Setelah menjelajahi berbagai terminal bus, mereka kembali ke SALAM. Di sana, mereka berbagi pengalaman, informasi, dan pelajaran yang mereka dapatkan selama perjalanan. Kembali ke titik awal ini juga memudahkan proses penjemputan dan memungkinkan anggota grup untuk pulang ke rumah dengan nyaman.
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul diantara mereka:
“Kenapa kalau buat pelajar cuman Rp. 60 ya? Siapa yang bikin bisa begitu?”
Pengadaan transportasi publik dan subsidi adalah faktor utama yang menjelaskan alasan tarif khusus untuk pelajar sebesar Rp. 60. Hal ini melibatkan sejumlah faktor, termasuk pertimbangan geografi, politik, dan perencanaan tata kota. Subsidi transportasi bagi pelajar dapat dipandang sebagai upaya pemerintah untuk mendukung akses pendidikan yang lebih terjangkau, sekaligus mendorong penggunaan transportasi publik sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis.
“Kok ga ada halte depan SALAM ya?”
Penempatan halte TransJogja dan pemilihan rute melibatkan pertimbangan geografi dan tata kota. Rute TransJogja direncanakan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan fasilitas publik yang ada. Meskipun tidak ada halte langsung di depan SALAM, penempatan halte biasanya dipilih berdasarkan faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, keberadaan pasar, sekolah, dan pusat-pusat kegiatan masyarakat untuk memastikan aksesibilitas dan efisiensi transportasi.
“Kok nunggu busnya lama ya?”
Keterlambatan bus dalam layanan transportasi publik dapat berkaitan dengan efisiensi pengadaan fasilitas publik. Dalam konteks ekonomi, anggaran dan perencanaan yang tidak memadai, termasuk kurangnya armada bus atau infrastruktur yang memadai, dapat menjadi faktor penyebab keterlambatan. Penambahan sumber daya dan peningkatan efisiensi dalam pengelolaan transportasi publik dapat membantu mengatasi masalah ini.
“Satu bus kira-kira bisa gantiin berapa motor/mobil ya?”
Pertanyaan ini mencerminkan pentingnya transportasi publik dalam mengurangi polusi. Penggunaan satu bus yang dapat menampung banyak penumpang dapat menggantikan beberapa kendaraan pribadi, yang dapat membantu mengurangi emisi gas buang dan polusi udara. Oleh karena itu, transportasi publik dianggap sebagai langkah yang positif dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan meminimalkan dampak negatif kendaraan bermotor pribadi terhadap polusi dan kemacetan.
Angger, Gara, Sakha, dan Faiz menunjukkan kesadaran tinggi dalam mengeksplorasi tujuan mereka melalui transportasi publik. Mereka tidak ragu untuk bertanya atau melihat informasi yang terpampang pada poster di halte atau kendaraan. Kemampuan ini mencerminkan rasa tanggung jawab dan kemandirian dalam memahami sistem transportasi publik.
Mereka mempertimbangkan waktu dengan bijak, memastikan bahwa mereka berangkat pada waktu yang tepat agar tidak menunggu terlalu lama di halte. Keahlian ini menunjukkan pemahaman tentang pentingnya perencanaan waktu dalam penggunaan transportasi publik untuk memastikan ketepatan jadwal dan efisiensi perjalanan.
Kemampuan membaca peta, memperkirakan arah, dan memprediksi waktu tempuh merupakan keahlian yang sangat diperlukan dalam menjelajahi kota dengan transportasi publik. Angger, Gara, Sakha, dan Faiz menunjukkan kemampuan ini, memastikan bahwa mereka dapat menavigasi dengan baik tanpa kesulitan.
Mereka juga menunjukkan sikap yang positif terhadap kenyamanan penumpang lain di halte atau dalam bus. Kesadaran akan lingkungan sekitar dan sikap peka menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap kesejahteraan bersama selama perjalanan. Tertib di ruang publik mencerminkan perilaku yang dihargai dalam penggunaan transportasi umum.
Mereka juga memikirkan cara untuk menangani masalah bersama dalam konteks transportasi publik. Menciptakan solusi bersama, bukan hanya mementingkan diri sendiri, menunjukkan kesadaran akan pentingnya kerja sama dalam mengatasi tantangan yang mungkin muncul selama perjalanan. Ini merupakan sikap proaktif untuk meningkatkan pengalaman bersama dengan transportasi publik dan mendukung keberlanjutan kota.
“Apa perbedaan Jetbus 3 dan Jetbus 5?”
Mengenal logika desain dari alat transportasi melibatkan pemahaman tentang perbedaan desain dan teknologi di antara berbagai model bus, seperti Jetbus 3 dan Jetbus 5. Ini mencakup aspek seperti lampu, body, ruang penyimpanan, AC, roda, dan elemen desain lainnya. Angger, Gara, Sakha, dan Faiz menunjukkan keingintahuan mereka terhadap inovasi dan perbedaan desain yang dapat memengaruhi kinerja dan kenyamanan penumpang.
“Biasanya yang pakai Jetbus 5 tuh PO dari mana ke mana? Ada PO apa aja sih yang keliatan dari busnya?”
Mengenali rute-rute populer di Jawa dan perusahaan-perusahaan bus memerlukan pemahaman ekonomi dan geografi. Angger, Gara, Sakha, dan Faiz menunjukkan minat mereka dalam mengidentifikasi perusahaan otobus (PO) yang menggunakan Jetbus 5 dan mengenali rute-rute yang mereka layani. Ini mencerminkan pengetahuan ekonomi mereka tentang industri transportasi darat di daerah tersebut.
“Mengapa bus-bus dimodifikasi & membuat stiker-stiker untuk dibagikan ke anak-anak?”
Mengenali iklan, membayangkan pekerjaan ‘supir bus jarak jauh,’ dan cara untuk mengatasi kebosanan melibatkan pemahaman tentang budaya dan kreativitas. Angger, Gara, Sakha, dan Faiz menunjukkan keingintahuan mereka terhadap motivasi di balik modifikasi bus dan pembuatan stiker. Ini mencerminkan pemahaman mereka tentang cara iklan dan kreativitas dapat menjadi bagian dari budaya sehari-hari.Angger, Gara, Sakha, dan Faiz menunjukkan kemampuan untuk mengidentifikasi perbedaan dan kemiripan antara berbagai jenis bus, menggunakan logika untuk memahami fitur dan fungsi yang berbeda.
Mereka menunjukkan keterampilan sosial dengan berani bertanya kepada orang-orang yang tidak dikenal untuk mendapatkan informasi tentang stiker bus.
Keterampilan menyimpan informasi mereka membantu dalam perencanaan perjalanan dan pemahaman yang lebih baik tentang lingkungan sekitar.
Mereka menunjukkan sikap yang bertanggung jawab dengan memperhatikan kondisi bus dan merawat alat-alat di sekitar mereka, mencerminkan pemahaman tentang pentingnya perawatan dan keberlanjutan.
Catatan Kegiatan Kelompok Kecil 30 Januari: Pergi ke Terminal Bus dengan TransJogja
Hari ini, kelompok kecil yang terdiri dari Awa, Angger, dan saya pergi ke Terminal Bus menggunakan TransJogja. Perjalanan kami diwarnai oleh berbagai peristiwa menarik yang mencakup politik, pemilu, dan ide kreatif yang membuat perjalanan menjadi lebih seru.
Selama perjalanan, kami melewati rumah seorang calon legislatif yang ramai. Mobil kampanye terparkir di depan rumahnya dan tertempel stiker besar dua orang caleg yang mencalonkan diri untuk DPR dan salah satu calon presiden. Terlihat ada keramaian di sekitar rumah, kemungkinan karena adanya kampanye atau acara khusus. Kami berdiskusi tentang pemilu dan mencatat preferensi masing-masing terkait calon yang akan dipilih.
Kami melanjutkan perjalanan sambil membahas pemilu. Teman-teman di kelompok membagikan pilihan mereka dan meramalkan preferensi teman-teman yang tidak ikut dalam perjalanan ini. Muncul ide untuk menonton bersama debat presiden yang akan berlangsung hari Jumat. Awa bahkan mengusulkan ide kreatif tentang “presiden kecoak.” Pertanyaan tentang apa tugas presiden kecoak dan apakah tugasnya berbeda dari presiden negara membuat kami tertawa. Awa dan Angger menjawab dengan canda bahwa mungkin presiden kecoak akan mengkoordinir kecoak-kecoak untuk menyerang target tertentu.
Pertanyaan tentang tugas presiden kecoak memancing diskusi yang kreatif. Ide-ide humoris tentang bagaimana presiden kecoak akan mengatur dan mengkoordinir kecoak-kecoak untuk tujuan tertentu membuat perjalanan semakin menyenangkan. Meskipun hanya bercandaan, pembicaraan ini menciptakan atmosfer keceriaan di dalam kelompok.
Perjalanan ke Terminal Bus dengan TransJogja bukan hanya tentang sampai ke tujuan, tetapi juga tentang pengalaman berbagi dan mendiskusikan berbagai topik menarik. Diskusi kami mencakup politik, pemilu, dan bahkan ide kreatif yang membuat perjalanan menjadi lebih berwarna.
Ketika tiba di halte SMKI, kami menemukan toko ikan dalam akuarium yang belum buka. Terpesona dengan pemandangan, kami berlama-lama, namun aku memberikan peringatan untuk menghindari kesalahpahaman. Kami memiliki waktu yang cukup untuk menunggu bus, dan pembicaraan bergeser ke topik pemilu dan debat presiden. Ide tentang “presiden kecoak” muncul, dan kami bersenang-senang dengan membayangkan tugas dan koordinasi mereka.
Dalam diskusi tentang Jakarta, kami membahas budaya Betawi, pertanyaan tentang kekerasan orang Jakarta, dan penggunaan bahasa “gue elu”. Ide Awa tentang memindahkan ibu kota ke Jogja membuka pembicaraan tentang sejarah pemindahan ibu kota dan rencana pemindahan ke Kalimantan. Kami merinci potensi fokus Jakarta sebagai pusat pekerjaan dan ibu kota baru untuk urusan pemerintahan.
Di dalam bus, kami menarik perhatian pada banyaknya spanduk dan baliho kampanye di sepanjang jalan. Menghitung bendera hijau di satu ruas jalan, kami mengeksplorasi ide tentang berapa total uang yang dihabiskan untuk bendera tersebut. Ini menjadi kesempatan untuk membahas aspek ekonomi dan politik kampanye.
Tiba di Terminal Giwangan, Angger kecewa karena mayoritas bus di sana tergolong ‘lawas’. Perbedaan antara bus lawas dan baru, termasuk desain pintu masuk, menjadi topik diskusi. Kami berbagi pengalaman tentang penggunaan bus TJ 2B yang terasa tua dan menggali pemahaman tentang perbedaan desain pintu masuk bus.
Diskusi pun berlanjut ke tarif pelajar di TransJogja. Kami membahas bagaimana pemerintah membiayai sisa tarif dan saya berbagi pengalaman tentang sistem transportasi gratis untuk pelajar di Jerman. Ini memunculkan pertanyaan mengenai pendidikan gratis di Jerman dan perbandingannya dengan Indonesia.
Saat berada di parkiran Bus Bank Indonesia, Angger dan Gara dengan antusias mengecek jumlah terompet di bawah setiap bus. Pembahasan melibatkan perbedaan jenis terompet dan fungsinya. Gara juga memberikan informasi bahwa Jetbus 3 dan Jetbus 5 memiliki perbedaan dalam hal lampu dan ukuran.
Akhirnya, kami melihat ramainya motor-motor di Titik Nol dekat Bank Indonesia dan mengetahui bahwa sedang ada kegiatan pembagian sembako. Perjalanan pulang mengungkapkan bahwa rumah seseorang yang “nyaleg” juga ramai, mengindikasikan kemungkinan adanya kegiatan kampanye atau pembagian sembako di sana juga.
Perjalanan kami bukan hanya sebatas pergi ke Terminal Bus dengan TransJogja, tetapi juga mencakup diskusi yang informatif dan menghibur. Berbagai topik dari politik, pemilu, hingga sistem transportasi di berbagai negara membantu melengkapi pengalaman perjalanan kami.
Dari laporan kegiatan kelompok di atas, terdapat beberapa pelajaran yang dapat dipetik:
- Pembahasan tentang kampanye politik dan pemilu lokal memberikan pemahaman lebih dalam tentang politik lokal dan proses demokrasi.
- Ide “presiden kecoak” menciptakan suasana humor dan kreativitas, menunjukkan bahwa pembelajaran dapat dihadirkan dengan cara yang menyenangkan.
- Diskusi tentang tarif pelajar, perbedaan antara bus lawas dan baru, serta fakta-fakta tentang TransJogja memberikan pemahaman tentang sistem transportasi umum.
- Diskusi tentang budaya Betawi dan sejarah pemindahan ibu kota membuka wawasan tentang keberagaman budaya dan sejarah Indonesia.
- Menghitung total biaya bendera kampanye memberikan pemahaman tentang aspek ekonomi dalam kampanye politik.
- Membandingkan sistem transportasi dan tarif pelajar di Indonesia dengan pengalaman di Jerman memberikan perspektif global dan memperluas pengetahuan tentang keberagaman sistem transportasi di seluruh dunia.
- Diskusi mengenai banyak topik menunjukkan kerjasama dan interaksi yang baik antara anggota kelompok dalam memahami dan memecahkan berbagai masalah atau pertanyaan.
- Penjelasan tentang perbedaan desain bus, pintu masuk, dan terompet di bawah bus memberikan pemahaman tentang fungsi dan perbedaan teknis dalam transportasi umum.
- Melihat kegiatan pembagian sembako dan asosiasinya dengan kegiatan kampanye politik menunjukkan kemampuan anggota kelompok untuk menganalisis situasi di lapangan.
Dengan demikian, perjalanan tersebut tidak hanya memberikan pengalaman praktis dengan transportasi umum, tetapi juga membuka pintu untuk pemahaman yang lebih luas tentang politik, budaya, ekonomi, dan sistem transportasi di sekitar mereka. []
*** Disunting dari catatan Fasilitator Kelas 4 SALAM
SALAM (Sanggar Anak Alam), Laboratorium Pendidikan Dasar, berdiri pada tahun 1988 di Desa Lawen, Kecamatan Pandanarum, Banjarnegara.
Leave a Reply