Blog

Kolaborasi dan Kreativitas dalam Pembuatan Permainan

Hari dimulai dengan kegiatan kecil yang penuh semangat bersama Gara dan Sakha, yang telah datang lebih awal dari yang lainnya. Dua minggu yang lalu, janji untuk membuat permainan Monopoli telah diucapkan kepada Sakha, dan pada hari ini, saatnya untuk menghidupkannya. Tanpa ragu, saya segera mengambil kardus dan memulai proses pembuatan permainan tersebut.

Sakha memberikan pengingat tentang isi kotak-kotak di papan permainan Monopoli, termasuk penjara, parkir bebas, dan kesempatan. Hal itu memicu diskusi tentang kota-kota mana yang sebaiknya dimasukkan selain Yogyakarta. Gara mengusulkan Jakarta dan Bandung sebagai kota-kota yang layak untuk dimasukkan. Dalam momen tersebut, saya menggambar peta Indonesia kecil-kecilan di tengah papan permainan, menanyakan kepada mereka apakah mereka tahu letak kota-kota yang mereka sebutkan. Gara dengan yakin menunjukkan lokasi Jakarta, sementara Sakha menantangnya dengan pertanyaan tentang letak Bandung. Diskusi pun berkembang, termasuk tentang lokasi Bali, Makassar, Manado, dan bahkan tempat Ibu Kota yang baru.

Setelah selesai membicarakan tempat-tempat tersebut, Sakha mengusulkan untuk membuat dadu. Dengan semangat, saya mencari kardus yang tipis dan mulai membuat kerangkanya. Keberadaan Ayya yang kemudian datang memberikan tambahan energi, membantu dalam proses pemotongan kerangka dadu tersebut.

Kegiatan pun semakin ramai dengan kehadiran yang lebih banyak. Kami kemudian melanjutkan dengan doa pagi sebelum memulai kegiatan masing-masing. Angger, Faiz, Gara, dan Sakha terlibat dalam pembuatan video bal-bal-an; Rae & Awa memasak Seblak; sementara Aleta, Puan, Ganis, Ayya, Lita, dan Ella fokus pada pembuatan scene 2.

Dari kegiatan kecil ini, terpancar kolaborasi yang erat antar kami. Diskusi tentang permainan Monopoli tidak hanya menghasilkan ide-ide kreatif, tetapi juga memperkuat ikatan di antara kami. Setiap langkah kecil yang kami lakukan membawa kami lebih dekat untuk mencapai tujuan bersama, membangun tidak hanya sebuah permainan, tetapi juga kenangan yang tak terlupakan.

Hari ini, saya memulai hari dengan mengajak Faiz, Gara, Angger, dan Sakha untuk terlibat dalam proyek kreatif kami: pembuatan video bal-bal-an. Sebagai pancingan pertama, saya menunjukkan beberapa cuplikan yang diambil dari video bal-bal-an minggu lalu, yang diambil dengan jelas dan tanpa goyangan. Kami berkumpul untuk membahas kemungkinan cerita yang bisa diambil dari cuplikan-cuplikan tersebut.

Dalam diskusi tersebut, ide-ide segar bermunculan, dan kami memperdebatkan berbagai jalur cerita yang dapat dijelajahi. Setelah mencapai kesepakatan tentang arah cerita yang ingin kami ambil, kami bersiap untuk merekam adegan baru.

Turun ke lapangan, saya mengambil peran sebagai sutradara, memandu mereka dalam menghasilkan adegan yang menarik. Dalam prosesnya, mereka memilih tema bermain bola, dengan sedikit sentuhan karakter yang bermain kasar, menambahkan elemen dramatis ke dalam adegan.

Setelah selesai merekam, kami kembali ke ruang editing untuk menonton hasil rekaman kami. Dengan hati-hati, kami memotong dan menyusun cuplikan-cuplikan tersebut, menciptakan narasi yang kohesif dan menarik.

Proses kolaboratif ini tidak hanya tentang pembuatan video, tetapi juga tentang mempererat hubungan di antara kami. Setiap langkah dalam proses kreatif ini membawa kami lebih dekat satu sama lain, mengasah keterampilan komunikasi dan kolaborasi kami. Dengan setiap video yang kami hasilkan, kami tidak hanya menciptakan karya seni yang memikat, tetapi juga membangun kenangan yang akan kami simpan selamanya.

Hari ini, tim film drama kami dihadapkan pada beberapa tantangan yang memerlukan kerjasama dan pemecahan masalah. Aleta mengawali hari dengan berbagi informasi bahwa lagu-lagu yang telah mereka download untuk proyek film mereka tidak dapat digunakan karena masalah hak cipta. Ayahnya berjanji untuk mencari lagu-lagu yang dapat digunakan sebagai pengganti. Namun, Ayya dan Jatu bertanya apakah memberikan kredit di akhir film bisa membuat lagu-lagu tersebut dapat digunakan. Diskusi ini menunjukkan upaya kami untuk memahami dan mematuhi hukum hak cipta.

Selanjutnya, Aleta membuat poster untuk mencari tokoh pembantu di Canva, menunjukkan kreativitasnya dalam mencari solusi. Saya bertanya kepada Aleta tentang konsep dan jenis akting yang mereka cari, namun Aleta mengutamakan mencari orang-orang yang tertarik terlebih dahulu sebelum membahas bentuk akting yang diperlukan. Ini menunjukkan fokus kami pada perekrutan tim yang kuat.

Namun, antusiasme Aleta dianggap memberatkan bagi beberapa teman yang merasa kegiatan ini menjadi terlalu banyak. Hal ini mengakibatkan penolakan untuk melakukan pengambilan gambar pada hari itu. Meskipun demikian, kami tetap berusaha untuk mengatasi masalah ini dengan cara yang terbaik.

Selanjutnya, kami menghadapi masalah logistik terkait pasokan beras yang hampir habis. Sebelum memutuskan untuk meminjam atau membeli beras tambahan, saya mengajak teman-teman untuk menghitung jumlah beras yang dibutuhkan dengan mengidentifikasi siapa yang akan makan nasi. Kami juga membahas berapa banyak centong nasi yang bisa disediakan dengan beras yang tersedia, dan bagaimana membagi sisa nasi jika ada. Dengan kolaborasi dan perhitungan yang cermat, kami berhasil menemukan solusi yang adil dan efisien untuk masalah pasokan beras kami.

Melalui pengalaman ini, kami belajar tentang pentingnya antusiasme, kolaborasi, dan pemecahan masalah dalam menghadapi tantangan. Meskipun menghadapi rintangan, kami tetap bersemangat untuk mengatasi setiap masalah yang kami hadapi, menunjukkan tekad kami untuk mencapai tujuan kami dengan cara yang bertanggung jawab dan kolaboratif. []

*** Disunting dari catatan kelas 4 SD SALAM

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *