Lanjutan Petuangangan Kelas 4 SD SALAM https://www.salamyogyakarta.com/petualangan-mengenal-peta-arah-mata-angin/
Ketika matahari masih menyapa pagi dengan sinarnya yang lembut, Ayya dan Ganis melangkah dengan semangat yang penuh. Tujuan mereka adalah rumah Rae di Utara, sebuah perjalanan yang memerlukan peta, kesabaran, dan kreativitas. Sebelum memasuki wilayah yang belum mereka kenal, mereka bertiga, bersama dengan sahabat mereka, Atta, duduk bersama untuk merencanakan rute mereka.
Ayya dan Ganis merasa penting untuk menggambar peta mereka sendiri. Dengan penuh antusiasme, mereka mulai menandai tempat-tempat yang akan mereka lewati dengan menggunakan singkatan-singkatan. Perempatan menjadi PR4, pertigaan menjadi PR3, dan seterusnya. Setiap singkatan memberikan pengingat yang cepat dan efisien tentang apa yang mereka hadapi di jalan.
Namun, mereka menyadari bahwa mengingat semua singkatan itu bisa menjadi tugas yang melelahkan. Itulah mengapa mereka meminta bantuan Atta untuk mencatat arti dari setiap singkatan yang mereka buat. Atta dengan sabar menuliskan setiap singkatan dan artinya, memastikan bahwa tidak ada yang terlewat dari perjalanan mereka yang menarik.
Peta mereka tidak hanya berisi singkatan-singkatan itu, tetapi juga menyertakan detail lain yang mereka temui di sepanjang jalan. Mereka menandai tempat-tempat yang menarik, seperti toko kue favorit mereka, taman yang indah, atau bahkan rumah di mana mereka pernah menghadiri pesta. Peta mereka menjadi semacam kisah petualangan mereka sendiri, yang mencerminkan kenangan dan pengalaman yang mereka bagikan.
Saat mereka melangkah maju, setiap sudut jalan, setiap tikungan, dan setiap petak di peta mereka membawa mereka lebih dekat ke rumah Rae. Meskipun perjalanan itu penuh dengan rintangan dan kejutan, peta dan singkatan-singkatannya membantu mereka menghadapinya dengan percaya diri dan kegembiraan.
Ketika akhirnya mereka tiba di rumah Rae, mereka merasa bangga dengan pencapaian mereka. Peta mereka bukan hanya alat navigasi, tetapi juga saksi perjalanan mereka yang tak terlupakan. Mereka belajar bahwa petualangan tidak hanya tentang tujuan akhir, tetapi juga tentang perjalanan dan pengalaman yang mereka dapatkan di sepanjang jalan. Dengan penuh kegembiraan, mereka merayakan keberhasilan mereka dan berbagi cerita tentang semua yang telah mereka lalui dalam perjalanan mereka ke Utara.
Setiap kali kami mencapai pertigaan atau perempatan dalam perjalanan kami ke Utara, kami mengambil waktu untuk memperbarui peta kami. Ini adalah momen penting di mana kami memperhatikan detail-detail sekitar yang dapat membantu pembaca peta kami memahami lingkungan di sekitar persimpangan.
Om Adi, dengan bijaknya, bertanya tentang apa yang dapat dengan mudah dilihat oleh orang yang melihat peta di sekitar pertigaan atau perempatan. Kami menyadari bahwa penting untuk menambahkan ciri khas yang mencolok dan mudah dikenali, seperti pohon besar, bangunan penting, atau bahkan tanda-tanda lalu lintas yang unik. Ini akan membantu pembaca peta kami dengan cepat mengidentifikasi lokasi mereka dan mencari tahu arah mana yang hendak diambil.
Untuk menjawab pertanyaan kedua, Ayya dan saya memutuskan untuk menambahkan tanda panah di jalan yang kami lewati. Tanda panah ini memberi petunjuk visual yang jelas tentang arah yang harus diambil saat berada di persimpangan. Dengan demikian, pembaca peta kami dapat dengan mudah menentukan jalur yang tepat untuk dilalui.
Selain itu, kami juga memutuskan untuk menambahkan beberapa marka yang mencolok dan sedikit kocak untuk menandai lokasi tertentu. Salah satu marka yang kami pilih adalah “Papan Dilarang (untuk menggunakan tanah)” yang terletak di dekat tanah kosong di sebelah pertigaan. Meskipun mungkin terdengar aneh, marka ini memberikan sentuhan humor dan mengingatkan kami akan momen lucu selama perjalanan.
Ketika kami mencapai perempatan Ambarbinangun, kami berhenti sejenak untuk menikmati camilan. Salah satunya adalah roti yang diberikan oleh Gara, yang rencananya kami bawa untuk dinikmati di tempat tujuan. Meskipun sederhana, momen ini menjadi bagian dari kenangan manis perjalanan kami, dan roti itu menjadi simbol persahabatan dan keramahan yang kami temui di sepanjang jalan.
Dengan setiap tambahan pada peta kami, kami tidak hanya memperkaya pengalaman pembaca, tetapi juga mengabadikan jejak perjalanan kami dengan detail-detail yang membuatnya unik dan tak terlupakan. Dengan semangat yang membara, kami melanjutkan perjalanan kami, siap menjelajahi setiap persimpangan dan pertigaan dengan penuh kegembiraan dan penasaran.
Ketika kami merasa terhalang oleh masalah gambar yang terlalu besar, yang membuatnya mencapai ujung-ujung kertas, kami menyadari perlunya menemukan solusi kreatif. Tidak hanya itu, kami juga menyadari bahwa belum mempertimbangkan di mana titik awal harus digambarkan dengan mempertimbangkan titik akhir perjalanan kami.
Dalam menghadapi tantangan ini, teman-teman kami mengusulkan solusi yang cerdas. Mereka menggaris peta yang sudah mencapai ujung kertas dan menuliskan kode di sampingnya. Tanpa menggambar panah, mereka menuliskan instruksi bahwa peta tersebut bersambung ke bagian gambar lainnya. Tindakan ini membantu menjaga kontinuitas dan konsistensi dalam peta kami tanpa membatasi ruang atau keindahan visual.
Dengan pendekatan ini, kami tidak hanya mengatasi kendala teknis, tetapi juga memastikan bahwa setiap detail perjalanan kami direkam dengan jelas dan terorganisir. Peta kami menjadi cerminan yang akurat dari petualangan kami, dengan setiap potongan gambar yang tersambung menjadi bagian dari cerita yang utuh.
Tindakan kami menunjukkan bahwa di tengah tantangan, ada kemungkinan untuk menemukan solusi yang kreatif dan efektif. Dengan semangat kolaboratif, kami melangkah maju, siap menghadapi setiap rintangan dengan keberanian dan inovasi. Perjalanan kami tidak hanya menjadi catatan fisik, tetapi juga perwakilan dari semangat kami untuk terus berkembang dan mengatasi hambatan dengan kecerdikan dan tekad.
Rakka, Faiz, dan Awa selalu bertindak sebagai pengawal terdepan dalam petualangan kami, tetapi mereka selalu memastikan untuk menunggu teman-teman yang membuat peta ketika kami mulai berpisah. Ini adalah contoh nyata dari kesetiaan dan kebersamaan yang kuat di antara kami, di mana tidak ada yang dibiarkan tertinggal.
Selama perjalanan, kami menemukan beberapa tempat menarik yang dikenal oleh beberapa teman. Tempat pameran seni Sarang 1 & 2, kuburan tua, bukit di sebelah tempat pembuatan batu bata, kebun pandan, kebun pisang, hutan pohon sengon yang rindang, sawah yang luas, dan saat mendekati garis finish, ladang tebu yang menghijau. Setiap tempat memberikan warna dan nuansa yang berbeda bagi perjalanan kami, serta memori yang tak terlupakan untuk kami nikmati bersama.
Selama kami melewati pemandangan yang indah dan alam yang menakjubkan, Atta, Ayya, dan Ganis melihat sepasang kupu-kupu yang terbang dengan indahnya. Ketika Ayya mencoba untuk menyentuh salah satunya, kami dengan gembira menemukan bahwa ada dua kupu-kupu yang berdempetan. Atta dan Ganis dengan cepat melemparkan candaan, menciptakan momen keceriaan di tengah perjalanan kami. “Wah, Ayya gangguin kupu-kupu kawin,” mereka bercanda.
Momen-momen kecil seperti itu menambahkan kesenangan dan keceriaan pada petualangan kami. Mereka bukan hanya memperkaya pengalaman kami, tetapi juga mengikat kami lebih erat sebagai teman-teman yang berbagi kenangan yang tak terlupakan.
Cerita-cerita yang semangat, kami akhirnya mencapai tujuan dalam waktu 1 jam dan 36 menit dari SALAM. Ini adalah pencapaian yang luar biasa bagi kami, yang memberi kami kebanggaan dan kegembiraan yang luar biasa. Meskipun pulang menggunakan jalan yang lebih pendek hanya memakan waktu sekitar 20 menit, kami tahu bahwa petualangan kami di jalur Utara tidak dapat diukur dengan waktu, tetapi dengan kenangan yang kami bawa pulang dan persahabatan yang kami perkuat di sepanjang jalan.
Ketika tim kami akhirnya tiba di tujuan, kami disambut oleh Tim Jalan Kampung yang sudah menunggu dengan sabar. Mereka memberi tahu kami bahwa perjalanan mereka hanya memakan waktu 59 menit. Kami disambut dengan hangat oleh Appa, anjing yang setia di rumah Mbak Lekha, serta Pak Aput dan Bu Endah yang ramah.
Om Sea, dengan penuh perhatian, mengevaluasi peta yang telah kami buat, sambil membayangkan rute yang telah kami lewati. Dengan senyum, dia menyatakan bahwa peta yang dibuat oleh Tim Muter-Muter bisa dipahaminya dengan baik. Ini adalah pujian yang menggembirakan bagi kami, menunjukkan bahwa upaya kami dalam membuat peta telah berhasil memberikan hasil yang diharapkan.
Sebagai tantangan berikutnya, Om Sea mengusulkan ide yang menarik. Dia mengusulkan agar kami bertukar peta dengan Tim Jalan Kampung untuk sesi berikutnya, dan melihat apakah kami dapat mencapai tujuan dengan menggunakan peta yang mereka buat. Ini adalah kesempatan yang menarik bagi kami untuk menguji kemampuan navigasi kami dan menggali lebih dalam lagi dalam pemahaman kami tentang peta.
Setelah minum-minum dan menikmati camilan yang disediakan oleh Pak Aput dan Bu Endah, kami mengucapkan terima kasih atas sambutan hangat mereka dan berjalan kembali menuju Sanggar Anak Alam (SALAM). Meskipun perjalanan pulang kami akan segera dimulai, kami membawa pulang kenangan yang hangat dari pertemuan ini dan semangat untuk menghadapi tantangan berikutnya dengan keberanian dan semangat yang sama. []
SALAM (Sanggar Anak Alam), Laboratorium Pendidikan Dasar, berdiri pada tahun 1988 di Desa Lawen, Kecamatan Pandanarum, Banjarnegara.
Leave a Reply