Blog

Mengenal Filosofi Merdeka Belajar dari Sanggar Anak Alam Yogyakarta

Redaksi mengunggah bagaimana pandangan pihak lain terhadap Sanggar Anak Alam (SALAM), kali ini adalah Balai Besar Penjamin Mutu, Jawa Timur.

Kemendikbud Ristek terus mendorong pelaksanaan program Merdeka Belajar di seluruh satuan pendidikan. Berbagai pelatihan pun digelar dengan melibatkan para praktisi pendidikan, baik itu guru, kepala sekolah, maupun pengawas, untuk memastikan agar mereka turut mengawal pelaksanaan program Merdeka Belajar ini.

Bagi sebagian pendidik, mungkin program Merdeka Belajar ini menjadi beban baru. Sebab, kemunculannya tentu membuat mereka harus mempelajari sistem yang berbeda dari yang sebelum-sebelumnya sudah mereka anggap nyaman. Bahkan, mungkin ada yang menganggap Kurikulum Merdeka adalah sesuatu yang sulit diwujudkan.

Sebenarnya, bila ditelisik lebih jauh, filosofi di balik Merdeka Belajar bukanlah hal yang benar-benar baru.

Faktanya, jauh sebelum pemerintah menggaung-gaungkan Kurikulum Merdeka dan Program Merdeka, di masyarakat sudah ada yang mampu mengaplikasikannya dengan baik. Salah satunya adalah Sanggar Anak Alam atau SALAM di Yogyakarta.

Sejak berdiri pada 1988, SALAM di Yogyakarta ini sudah menerapkan filosofi Merdeka Belajar meski mungkin mereka tak menamainya demikian. Sanggar inipun menjalankan proses pembelajaran seperti yang divisikan dalam kurikulum merdeka. Selain itu, prinsip-prinsip yang dipakai dalam pembelajaran, sudah serupa dengan negara-negara yang kini menjadi rujukan pendidikan. Misalnya, FInlandia.

Seperti kita tahu, Finlandia telah menerapkan metode Phenomenon Based Learning (PBL). Di sekolah, tak ada lagi mata pelajaran karena pengetahuan-pengetahuan yang hendak ditransfer kepada anak, telah terintegrasi dalam setiap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anak, baik di sekolah maupun di rumah dan lingkungannya.

Demikian juga di Sanggar Anak Alam. Di sana tak ada mata pelajaran. Pengetahuan-pengetahuan diperoleh anak dari apa yang mereka lihat, apa yang mereka dengar, dan apa yang mereka rasakan dari lingkungan dan peristiwa di sekitarnya.

Anak-anak pun dibiasakan dengan metode riset. Mereka dilatih berpikir secara logis, terstruktur, serta kritis, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang dunia di sekitar mereka.

Karena memanfaatkan apa yang ada di sekitar lingkungan mereka, maka tidak ada alasan pembelajaran berhenti karena tak tersedianya sarana dan prasarana. Maksudnya, kondisi yang  serba minimalis dan apa adanya, bukanlah hambatan untuk mentransfer pengetahuan kepada anak.

Kunci keberhasilan

Ibarat sebuah kunci, maka setidaknya, ada 3 potongan kunci yang mesti disatukan untuk menjamin keberhasilan dalam sistem pendidikan di Sanggar Anak Alam (SALAM) Yogyakarta.

Potongan pertama adalah mindset para pendidiknya. Mereka harus memiliki spirit inovasi untuk membantu anak mendapatkan pengetahuan dari apa yang ada di sekitarnya.

Potongan kedua adalah orangtua siswa. Mereka dituntut untuk ikut berperan aktif, bahkan menjadi fasilitator dan relawan dalam proses pembelajaran di tempat tersebut.

Sedangkan potongan ketiga adalah masyarakat yang bermukim di sekitar Sanggar. Mereka pun memberi dukungan dengan mengkondisikan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak untuk belajar.

Ketika 3 potongan kunci ini dipadukan, maka akan terbukalah pintu kolaborasi yang powerful. Pintu kolaborasi ini membuka jalan bagi anak-anak untuk menyingkap berbagai pengetahuan.

Dengan sistem yang seperti itu, tanpa harus dilabeli Sekolah Penggerak pun, Sanggar Anak Alam pun sudah mencerminkan apa itu konsep Sekolah Penggerak. Sebab, jauh sebelum pemerintah menggaungkan konsep Sekolah Penggerak, SALAM sudah sering dijadikan jujugan oleh para praktisi dan pengamat pendidikan dari berbagai negara, termasuk Australia, Finlandia, dan Jepang yang kualitas pendidikannya sudah tak perlu diragukan lagi.

Jadi, kalau di sekitar kita sudah ada komunitas-komunitas atau lembaga-lembaga seperti SALAM, seharusnya tak ada lagi alasan bagi kita untuk mengatakan Merdeka Belajar itu Sulit! []

Sumber: https://bbpmpjatim.kemdikbud.go.id/site/detailpost/mengenal-filosofi-merdeka-belajar-dari-sanggar-anak-alam-yogyakarta

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *