Indonesia, sebagai tanah air yang kaya akan sejarah Panjang dan dinamika politiknya, telah menyaksikan gelombang politik terkini yang terkait dengan pencalonan presiden-wakil presiden. Verdi, seorang intelektual yang mengkhususkan diri dalam kajian peran oligarki di Indonesia, berpendapat bahwa respons terhadap gejolak politik yang terjadi akhir-akhir ini seharusnya ditanggapi dengan kepala dingin saja.
Selama era Orde Baru, masyarakat Indonesia terpapar pada ideologi bahwa merebut kekuasaan dengan segala cara adalah satu-satunya cara untuk memudahkan hidup. Pendidikan mental yang panjang ini membentuk karakter bangsa, terutama setelah pengalaman kolonial yang mencengangkan. Keserakahan penguasa, baik asing maupun lokal, menjadi realitas sehari-hari. Namun, di bawah pemerintahan pasca kemerdekaan, rakyat semakin yakin bahwa kebenaran dan keadilan akan terjaga.
Sebuah ayat terakhir Al-Quran, sebelum Rosulullah kembali ke Sang Pencipta, mengingatkan umatnya untuk memerangi perbuatan riba. Analisis lebih lanjut mengungkap bahwa “perbuatan riba” sebenarnya mengacu pada oligarki, kelompok yang dengan liciknya merebut kekuasaan dan menguasai kehidupan rakyat. Mereka menjadi musuh utama, merampas hak-hak dan anugrah Tuhan yang seharusnya dinikmati oleh seluruh umat manusia tanpa diskriminasi.
Verdi, sebagai seorang sosiolog, melihat gejolak politik menjelang pilpres sebagai hasil dari politik ekonomi era Orde Baru dan sistem politik yang terus dipertahankan. Masyarakat yang sudah lama menghadapi ketidakadilan merasa bahwa politik dinasti dan ancaman kecurangan menjelang pemilu adalah hal lumrah. Ini adalah realitas hidup.
Dalam menghadapi berbagai dagelan politik, rakyat yang merasa tidak berdaya hanya dapat memilih di antara para oligarki yang mampu menampilkan wajah yang kurang menakutkan. Mereka menyadari bahwa pertarungan antar calon pemimpin hanyalah ritus yang harus dijalankan sebelum mereka kembali bersatu dan membagi harta hasil jarahan, walaupun sebagian kecil diberikan kembali kepada rakyat. Yang penting, suasana kehidupan sehari-hari harus tetap aman agar beban hidup yang sudah berat tidak semakin berat.
Dibalik tipu daya oligarki, rakyat memahami bahwa intelektual dan aktivis yang menentang kecurangan hanyalah variasi lain dari wajah oligarki sejati. Mereka mengerti bahwa perkelahian antar pemimpin hanya bagian dari pertunjukan politik yang harus dijalani sebelum mereka kembali bersatu dan membagi hasil rampokan. Gambaran ideal kehidupan yang adil hanya bisa ditemukan dalam suasana aman, agar kehidupan yang sudah berat tidak semakin berat.
Oligarki telah merampas anugrah dan kuasa Tuhan di bumi pertiwi. Siapa yang akan memprotes ketidakadilan ini? Mungkin jawabannya hanya Tuhan yang Maha Tahu.[]
Dosen Kehutanan UGM
Leave a Reply