Blog

Refleksi: Kesadaran Tiap Langkah (Azka Khulaify Fasilitator kelas 10)

Pendidikan tidak dapat disamakan dengan pabrik yang memproduksi barang. Pendidikan adalah proses yang kompleks dalam mengelola dan memproses manusia, bukan sekadar menghasilkan produk fisik. Prinsip-prinsip pengelolaannya sangat berbeda karena pendidikan melibatkan perkembangan, pertumbuhan, dan pembentukan karakter individu. Bayangkan sebuah pabrik yang menghasilkan barang. Tujuan utamanya adalah efisiensi dalam produksi, standar kualitas, dan target penjualan. Namun, dalam pendidikan, fokus utamanya adalah pada pertumbuhan intelektual, emosional, sosial, dan moral setiap individu. Setiap siswa memiliki keunikan dan kebutuhan yang berbeda, sehingga pendidik harus memperhatikan aspek ini dalam proses pembelajaran.

Pendidikan juga melibatkan interaksi antara guru dan siswa, serta antara siswa satu dengan lainnya. Ini jauh lebih kompleks daripada proses produksi barang di pabrik. Guru perlu memahami kebutuhan dan potensi setiap siswa, serta menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan mereka secara holistik. Selain itu, pendidikan juga mencakup nilai-nilai, moralitas, dan etika. Sementara pabrik berfokus pada keuntungan dan efisiensi, pendidikan menekankan pentingnya membentuk warga negara yang bertanggung jawab, berempati, dan menghargai keragaman.

Jadi, sementara pabrik memproduksi barang, pendidikan mengelola dan memproses manusia. Ini adalah perbedaan mendasar yang mengharuskan pendekatan yang berbeda dalam pengelolaannya. Dengan memahami hal ini, kita dapat menghargai kompleksitas dan pentingnya pendidikan dalam membentuk masa depan generasi yang akan datang. (Red)

Pada Senin, 25 Maret kemarin, hari di mana kegiatan kelas 10 berlangsung, diawali dengan berkumpul di ruang Sukrosono. Pada hari itu juga, dilaksanakannya pembahasan tentang tindak lanjut dari konsekuensi terhadap kesepakatan kelas yang telah disepakati bersama. Pembahasan tersebut ialah kesepakatan tentang menentukan konsekuensi yang tepat karena ketidakhadiran tanpa izin (alpha) sebanyak lima kali atau lebih.

Berbagai kesepakatan sudah dibuat saat awal semester pertama kemarin, juga sedikit tambahan pada awal semester dua baru-baru ini, salah satunya tentang ketidakhadiran tanpa izin, keterlibatan, dan lainnya. Saya melanggar pada poin ketidakhadiran tanpa izin, dan beberapa kali tidak terlibat dalam pra maupun pasca kegiatan, diskusi offline juga online.

Mentoring juga terhambat beberapa waktu, hingga membebani Mbak Gerna (Fasilitator & Katalisator SMA), namun tidak lama, saya mengejar dan memproses mentoring di Salam dan juga beberapa kali dilakukan di luar.

Pada beberapa hari di awal semester saya tidak hadir karena baru saja pindahan kontrakan setelah lama survei sana sini. Beres-beres, melengkapi barang apa saja yang dibutuhkan, dan persiapan peralatan untuk bisnis. Intesitasnya waktu itu dikerjakan sat set sampai larut malam. Saya pun beberapa kali kesiangan karena memang kelelahan saja. Sayangnya saya tidak izin.

Saat tidak hadir, yang saya lakukan ialah membangun bisnis online. Selebihnya yakni melakukan pengembangan diri, salah satunya ikut webinar dan kursus online. Namun saya lebih banyak bengong dan overthinking. Jadi tidak seproduktif itu.

Tentu, skala prioritas saya pertama adalah di SALAM, sehingga kegiatan lainnya tidak mengganggu jadwal di SALAM. Tidak hadir dalam kegiatan belajar di salam adalah hal yang tidak mengenakkan bagi saya selain tanggung jawab dan ketertinggalan belajar bersama.

Bukan mencari alasan, karena apa susahnya izin? Dan saya juga bukan yang sedang mempunyai masalah besar. Entah kenapa akhir-akhir ini saya menyadari kegelisahan yang selama ini pernah dirasakan, dan ini menganggu aktivitas sehari-hari dan pola tidur yang tidak sinkron dengan jadwal di SALAM.

Kegelisahan yang saya rasakan menyangkut psikis dan pola pikir negative bagi diri saya sendiri. Saya tidak dapat menceritakan detailnya, namun saya sudah sharing dengan Mbak Gerna. Apakah ini relevan atau tidak, nyatanya memang menganggu.

Apa yang saya lakukan? Membuat treatment untuk diri sendiri, dan itu berhasil. Saya harus keep up.

Kesepakatan dan konsekuensi dalam lingkup kegiatan belajar mengajar ini menciptakan proses belajar yang inklusif dan mendorong integritas bersama. Saya sendiri beruntung melakukan kesalahan yang tidak sengaja ini, walaupun tidak ingin, namun akhirnya merasa sebagai bahan refleksi terhadap:

  • Sebagai bahan eksperimen konsekuensi kesepakatan ini wkwk
  • Lebih terbuka
  • Terpacu
  • Menciptakan inklusifitas dan integritas
  • Bersama-sama membangun mental kesadaran, berani berbuat dan bertindak
  • Bersama-sama membangun mental down to top, karena tidak selamanya berjalan mulus
  • Meningkatkan kesadaran dan mencari bersama tentang pentingnya value-value dari etika, disiplin kesepakatan, moral, dsb.

Secara pribadi, belum cukup banyak mengambil pelajaran-pelajaran selama berproses di SALAM, membutuhkan beberapa waktu lagi untuk menelaah lebih dalam dan luas yang nantinya akan saya bawa sebagai bekal membangun sesuatu yang berpendidikan di masa mendatang.

Menulis refleksi karena konsekuensi tidaklah keren. Tapi setelah saya rasakan ini langkah yang baik buat pribadi karena sebetulnya ingin membuat catatan-catatan pribadi mengenai proses belajar di SALAM.

Entah tidak berani memulai, atau tidak mempunyai keterampilan menulis padahal untuk diri sendiri, refleksi ini meningkatkan saya untuk menulis catatan-catatan lebih banyak lagi selanjutnya yang tentu sangat bermanfaat.

Hal-hal yang sudah dilakukan dengan tidak bermaksud memberikan dampak negativ, segala hal yang sudah terlewat, mungkin memberikan dampak berbeda dari berbagai sudut pandang.

Menyesal? Pasti.

Berubah lebih baik? Tentu.

Masih terus belajar.

Ada kutipan untuk para pendidik:

“Saat negara sedang memperlihatkan etika ternyata tidak terlalu penting, masih ada para guru yang akan terus berjuang mengajarkan etika ke semua murid. Saat negara sedang memperlihatkan kejujuran dan integritas bukanlah yang utama dan bisa diletakkan di nomer sekian, masih ada para guru yang akan terus berjuang mengajarkannya.”  []

Azka Khulaify

Fasilitator kelas 10

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *