Sejak awal kemerdekaan, negara-negara barat telah menjadi kiblat kemajuan bagi kita. Namun, kita harus mulai berpikir kritis terhadap representasi negara-negara barat, terutama dalam konteks demokrasi yang akhirnya penuh dengan berbagai kepalsuan. Belakangan ini, konflik di Timur Tengah mencuat, dan kami menyaksikan bahwa harga saham industri militer langsung meroket. Ironisnya, salah satu pemilik saham terbesar dalam industri militer adalah anggota Kongres. Ini mencerminkan kenyataan bahwa perusahaan-perusahaan yang memproduksi alat perang dimiliki oleh sektor swasta, yang pada gilirannya membiayai politik. Kondisi ini sangat mirip dengan kita, di mana anggota dewan hampir selalu terkait dengan perusahaan besar karena praktek demokrasi yang terlalu mahal.
Kita harus merenungkan lebih dalam tentang segala sesuatu yang berasal dari negara-negara barat. Ini termasuk dasar-dasar filsafat ilmu pengetahuan yang selama ini membentuk dunia akademik kita. Penting untuk menggugat keyakinan bahwa ilmu pengetahuan bersifat netral, keyakinan yang mendasari dunia akademik kita.
Dalam konteks kehutanan, kita dapat melihat bahwa reproduksi model bisnis skala korporasi besar telah menjadi konsekuensi dari berbagai textbook yang selama ini diajarkan kepada para mahasiswa. Model bisnis ini dianggap lebih efisien dan kompetitif di tingkat global. Mereka mampu merekrut para profesional dan menerapkan standar pengelolaan yang tinggi. Namun, seringkali kita lupa bahwa model bisnis seperti ini hanya mungkin terjadi jika ada kongkalikong yang masif dan terstruktur, mulai dari pembuatan regulasi, pendanaan, hingga pemberian konsesi hutan, yang menciptakan sebuah kelas baru konglomerasi yang akhirnya mengendalikan negara dan bangsa kita.
Dalam konteks akademik, klaim tentang keberlanjutan (sustainability) dalam praktik pengelolaan hutan seringkali tidak terbukti dan justru telah mengakibatkan kerusakan lingkungan skala masif. Di tingkat tapak, model bisnis semacam itu telah mengakibatkan terusirnya keberagaman lokal. Meskipun kita sudah hampir satu abad merdeka dalam bernegara, kemerdekaan dalam hal mindset masih menjadi pertanyaan besar bagi bangsa kita.
Jadi, saat kita mengevaluasi hubungan kita dengan negara-negara barat dan model bisnis korporasi besar, kita harus mempertanyakan apakah kita benar-benar mengikuti jalan yang benar. Kita harus merenungkan dampak yang telah terjadi, khususnya dalam hal kehutanan dan ilmu pengetahuan, dan mencari cara-cara baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan keberlanjutan kita sebagai bangsa. Dengan melakukan hal ini, kita dapat mengambil langkah-langkah yang lebih bijak dan berkelanjutan menuju masa depan yang lebih baik. []
Dosen Kehutanan UGM
Leave a Reply