Pagi itu terasa semarak dengan kelanjutan pembuatan permainan Monopoli yang kami mulai sehari sebelumnya. Dengan semangat yang menggebu-gebu, kami memulai langkah pertama: menciptakan uang-uangan. Seperti biasa, kami memilih untuk melakukan “kerja bakti” dengan alasan bahwa semakin cepat selesai, semakin cepat kami dapat memainkannya. Terdengar lucu, tapi itulah yang terjadi.
Kami berkumpul dengan penuh semangat, membawa kertas, pensil, dan gunting. Tugas pertama adalah membuat uang-uangan yang diperlukan untuk permainan. Masing-masing dari kami memiliki peran yang berbeda; ada yang bertugas memotong kertas, ada yang menuliskan nominal-nominal uang dengan ketrampilan tangan yang. Kami membuat uang-uangan dalam denominasi yang beragam: 500 juta, 200 juta, 100 juta, 50 juta, 20 juta, 5 juta, dan 1 juta.
Kami akhirnya menyelesaikan tugas tersebut dengan penuh kebanggaan. Melihat hasil karya kami membuat kami semakin tidak sabar untuk segera memainkan permainan Monopoli yang telah kami ciptakan. Kami memutuskan untuk bermain dalam format tim, dengan tim cowok dan tim cewek.
Saat kami duduk mengelilingi papan permainan yang telah kami buat dengan teliti, rasa antusiasme terpancar dari setiap wajah kami. Perasaan persaingan sehat dan kegembiraan menyelimuti ruangan. Kami melemparkan dadu, berjalan di sepanjang jalur papan, dan membangun kekayaan virtual kami dengan properti dan uang-uangan yang telah kami buat.
Permainan berlangsung dengan semangat yang tinggi, dengan tawa dan candaan mengisi setiap jeda. Meskipun ada persaingan antar tim, semangat sportivitas tetap terjaga. Kami belajar mengelola keuangan, merencanakan strategi, dan menghargai waktu yang kami habiskan bersama-sama.
Pada akhirnya, satu tim keluar sebagai pemenang, tetapi kemenangan itu tidaklah begitu penting dibandingkan dengan pengalaman bermain yang kami dapatkan. Kami merasa lebih dekat satu sama lain, memiliki kenangan yang tak terlupakan, dan tentunya, kepuasan atas karya keras yang kami lakukan untuk menciptakan permainan tersebut.
Pagi yang dimulai dengan kerja keras dan semangat berubah menjadi petualangan yang penuh dengan kegembiraan dan belajar bersama. Kami meninggalkan meja permainan dengan senyum di wajah kami, menanti petualangan berikutnya yang akan kami alami bersama.
Dalam permainan Monopoli buatan kami sendiri, kami memperkenalkan beberapa peraturan tambahan untuk menambah keseruan. Salah satu peraturan tambahan yang kami tambahkan adalah tentang pajak. Setiap kali seorang pemain melewati kotak ‘start’, selain mendapatkan uang pendapatan tetap, mereka juga harus membayar pajak sesuai dengan nilai properti yang mereka miliki di kota-kota.
Meskipun permainan berlangsung, kami menghadapi tantangan ketika beberapa pemain mulai merasa bosan dan ingin berhenti. Namun, kami tetap bertekad untuk melanjutkan permainan hingga akhir. Kegigihan kami membuahkan hasil, dan permainan terus berlanjut hingga akhirnya ada tim yang keluar sebagai pemenang.
Pemenangnya? Tim yang berhasil menguasai kota ‘Jakarta’ dengan harga sewa yang sangat tinggi. Kami menyadari bahwa salah satu alasan mengapa permainan terasa membosankan adalah karena kurangnya interaksi antara pemain. Untuk mengatasi hal ini, kami memutuskan untuk menambahkan dua kotak ‘kerja paksa’ yang memaksa pemain lain untuk pergi ke kota tertentu.
Setelah menambahkan kotak-kotak tersebut dan melakukan beberapa kali ‘kerja paksa’ untuk mengarahkan pemain ke Jakarta, kami melihat perubahan signifikan dalam jumlah uang yang dimiliki oleh kedua tim. Akhirnya, dengan keunggulan yang jelas, kami memutuskan untuk mengakhiri permainan.
Permainan Monopoli buatan kami menjadi pengalaman yang mengasyikkan dan penuh tantangan. Kami belajar untuk berinovasi dalam aturan permainan untuk menjaga keseruan dan interaksi antar pemain. Meskipun ada kebosanan di tengah-tengah, kegigihan kami membantu kami menyelesaikan permainan dengan kepuasan dan kegembiraan. Kami meninggalkan meja permainan dengan rasa bangga atas pencapaian kami dan siap untuk menghadapi petualangan berikutnya dalam permainan kami yang kreatif ini.
Dalam permainan Monopoli kreasi kami, terdapat sejumlah konsep yang perlu dibahas lebih lanjut. Salah satunya adalah tentang konsep pajak yang kami terapkan. Pajak menjadi bagian penting dalam permainan, mirip dengan kehidupan nyata di mana pemain harus membayar pajak setiap kali mereka melewati ‘start’. Selain itu, kami juga menggunakan peta Indonesia sebagai latar belakang permainan kami, dengan harga tanah yang berbeda-beda di setiap kota. Konsep persen juga diterapkan dalam permainan, terutama terkait dengan biaya sewa properti.
Pentingnya membuat peraturan permainan yang disepakati bersama juga menjadi fokus kami. Kami menyadari bahwa setiap pemain mungkin memiliki pemahaman yang berbeda-beda tentang aturan Monopoli, oleh karena itu, kami menganggap penting untuk membuat peraturan yang jelas dan disepakati bersama sebelum memulai permainan. Hal ini membantu mencegah kebingungan dan konflik selama permainan berlangsung.
Pada jam istirahat, kami berdiskusi tentang rencana pembuatan film. Meskipun sutradara dan penulis skenario tidak hadir, kami memutuskan untuk membahas ‘profil karakter’ sebagai panduan untuk akting dan penulisan skenario selanjutnya. Kami berencana untuk menggali latar belakang setiap karakter, mencari tahu apa yang mungkin membuat mereka pemarah, dan sebagainya. Namun, pembahasan ini tertunda karena kami juga memiliki kelas musik.
Di kelas musik, kami memutuskan untuk menyelaraskan beberapa kegiatan yang sedang berjalan. Kami membahas soundtrack yang tepat untuk skenario-skenario yang akan kami buat. Kami juga berkonsultasi dengan guru musik kami, Pak Bima, mengenai isu hak cipta jika kami menggunakan lagu-lagu yang sudah ada. Pak Bima menjelaskan bahwa menggunakan lagu instrumental seharusnya akan menghindarkan kami dari masalah hak cipta.
Kami juga mencari lagu-lagu yang cocok untuk beberapa adegan dalam skenario kami, seperti momen sedih saat anak bungsu dimarahi oleh ibunya, momen marah, dan momen aksi yang dibuat oleh karakter-karakter kami. Pak Bima memberikan beberapa rekomendasi lagu yang sesuai dengan suasana masing-masing adegan. Kami diberi tugas untuk memilih lagu-lagu tersebut dan akan belajar memainkannya di minggu selanjutnya.
Diskusi tentang konsep permainan Monopoli, pentingnya peraturan bersama, dan persiapan untuk pembuatan film menjadi bagian penting dari pengalaman kami. Ini membantu kami untuk lebih memahami proses kreatif dan belajar bekerja sama sebagai tim. []
*** diolah dari dokumen catatan fasilitator kls 4 SD SALAM
SALAM (Sanggar Anak Alam), Laboratorium Pendidikan Dasar, berdiri pada tahun 1988 di Desa Lawen, Kecamatan Pandanarum, Banjarnegara.
Leave a Reply