Untuk mencegah penyebaran Covid-19 (Virus Corona), sebagian besar kegiatan belajar mengajar (KBM) di Indonesia mau tidak mau harus dilakukan secara online dan di rumah. Kita melakukan social distancing yang mana harus menjaga jarak dengan perkumpulan orang banyak. Hal ini jika dilihat dari perkembangan teknologi, akan mudah saja untuk melakukan komunikasi antara guru dan murid melalui media sosial atau aplikasi belajar yang lain. Namun, banyak teman-teman saya yang bersekolah di sekolah formal mengeluh dengan adanya tugas berlebihan dari beberapa guru. Selain tugas berlebihan, ada keluhan juga tentang materi yang tidak sama sekali mereka pahami jika dijelaskan secara online.
Secara pribadi, social distancing ini membawa dampak positif juga negatif bagi saya. Dampak positif yang saya rasakan adalah, saya jadi mempunyai banyak ruang bagi diri saya sendiri, dan punya waktu sendiri untuk evaluasi diri. Banyak hal-hal kecil yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya, sekarang malah menjadi kebiasaan saya. Contoh kecilnya, tidak mebuka HP setelah bangun pagi, karena saya harus minum air putih dan cuci muka dulu. Punya banyak waktu untuk memperhatikan kamar kos saya biar selalu bersih, dan bangun lebih pagi dibandingkan sebelum-sebelumnya. Selain itu, saya harus masak sendiri, walaupun sekali dua kali masih Gofood sih. Lalu apa dampak belajar di rumah ini terhadap riset saya?
Sejujurnya program belajar di rumah ini sangat berdampak dengan riset saya, yang mana jika dilihat dari jadwal, saya memang membutuhkan banyak waktu di rumah untuk melakukan percobaan membuat sabun, dan hal-hal lain, seperti shampo, dan pasta gigi, yang sudah saya riset di awal pemberitahuan adanya social distancing ini. Tapi, ada juga beberapa hal yang tidak bisa saya beli untuk keperluan riset, karena harus berpergian keluar rumah. Beruntungnya sudah ada beberapa bahan pokok atau bahan dasar yang saya beli sebelumnya. Jadi, saya masih bisa melakukan percobaan dengan bahan yang ada.
Di luar dari jadwal tertulis yang sudah saya presentasikan di presentasi tengah semester lalu, sebenarnya saya menargetkan untuk melakukan 3 percobaan di bulan maret ini. Percobaan pertama, saya targetkan untuk melakukan percobaan pembuatan sabun, kedua shampo, dan yang ketiga pasta gigi dari minyak kelapa. Namun, dari tiga target itu, yang baru saya lakukan adalah percobaan membuat sabun. Dua hal lainnya belum sempat saya lakukan dikarenakan saya belum sempat membeli atau mempersiapkan bahan-bahannya.
Di masa belajar di rumah ini , saya harus menghubungi narasumber via WhatsApp untuk mendiskusikan dan meminta saran atau masukan untuk melakukan percobaan saya. Sudah dua narasumber yang saya hubungi. Ada Mba Bonita, yang sempat ketemu langsung untuk sedikit ngobrol, dan Mas Jb yang hanya berkomunikasi via WhatsApp. Dari dua narasumber ini, saya dikirimkan beberapa PDF dan materi tentang cara-cara dan langkah-langkah pembuatan sabun, yang belum saya baca semua. Sepertinya saya akan membaca PDF dan Materi-materi itu dalam minggu-minggu ini sembari mencari waktu yang pas untuk membeli bahan-bahan percobaan.
Untuk percobaan pembuatan sabun sendiri, saya sudah melakukan percobaan dua kali. Percobaan pertama hanya menggunakan minyak kelapa dan minyak zaitun yang saya punya di rumah, dan percobaan kedua saya coba menambahkan pewarna alami yang disarankan oleh Mba Bonita. Untuk pewarna alaminya saya menggunakan daun jati yang direbus, tapi hasilnya tidak sesuai dengan yang saya harapkan. Warnanya tidak keluar dan bau minyak kelapanya jadi hilang. Jadi mungkin saya akan melakukan percobaan dengan pewarna alami lagi, namun dengan pewarna yang lain, seperti bunga telang, atau mungkin lebih ke bubuk, sepeti bubuk kopi, kayu manis atau lainnya.
Selama proses belajar atau riset di rumah, saya memutuskan untuk melaporkan atau sekedar sharing tentang kegiatan saya kepada fasilitator atau mentor saya, Bu Gerna, seminggu sekali, atau jika ada yang benar-benar pengen saya tanyakan akan saya tanyakan di grup mentoring. Untuk mempermudah saya mengingat apa saja kejadian yang terjadi selama riset, saya mendokumentasikan kegiatan riset saya atau lebih tepatnya percobaan saya dengan memotretnya, namun ada yang tidak saya foto juga karena lupa. Selain itu, alat bantu ingat yang lain adalah, saya menulis jurnal setiap harinya, jadi saya akan terbantu dengan membaca ulang jurnal harian saya. Untuk sampel yang sudah saya buat, mungkin akan saya tunjukan secara langsung kepada fasilitator saat sekolah nanti atau dikirim fotonya via WhatsApp juga bisa.
Dari semua proses belajar saya di rumah ini, teryata ada beberapa tingkatan dalam proses pembelajaran yang sudah dijelaskan oleh Pak Toto Rahardjo via live Instagram kemarin siang. Tahapan-tahapan ini diantaranya tahap deklaratif, pembuktian, komulatif, serial dan paralel. Saya sendiri baru sampai pada tahap pembuktian, dimana deklarasi yang saya punya dibuktikan dengan saya melakukan percobaan. Proses uji coba ini akan saya mantapkan dulu sebelum saya benar-benar yakin untuk masuk ke tahap komulatif.[]
Siswi SMA Eksperimental SALAM
Leave a Reply