Kegiatan makan siang di SALAM (Sanggar Anak Alam) tidak sekadar memenuhi hasrat karena lapar, namun merupakan media belajar terkait dengan fungsi makanan yang diperlukan oleh tubuh. Karena setiap manusia memerlukan makanan untuk bisa mengeluarkan energi sebagai modal dalam beraktivitas sehari-harinya. Makanan yang dikonsumsi tubuh juga harus mengandung energi dan nutrisi yang baik bagi tubuh. Apabila makanan yang dikonsumsi tidak memberikan nutrisi yang baik, maka kemungkinan besar manfaatnya tidak bisa begitu maksimal.
Berapa makanan sehat yang baik dikonsumsi untuk tubuh, antara lain: Sayur-sayuran, Buah-buahan, Daging, Kacang-kacangan, Ikan. Semua makanan tersebut tentunya memberikan fungsi yang baik untuk tubuh. Tidak hanya menjadi energi bagi manusianya, makanan juga memiliki peranan lain. Untuk mendapatkan tubuh yang sehat, tentunya dibutuhkan makanan sebagai sumber energi di dalamnya. Namun, makanan yang masuk ke dalam tubuh selain untuk menjaga kesehatan digunakan untuk fungsi lainnya.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut ada dapur umum di sekolah dan beberapa orang tua murid menjadi tenaga relawan. Biaya untuk makan ditanggung orang tua murid, dibayarkan bersama uang SPP.
Menu makan siang disesuaikan dengan anggaran, yang jelas makanan sederhana. Bahan diupayakan yang ada di sekitar, sukur- sukur berasal dari bahan organik. Contoh menu sehari hari seperti sayur bayam, tempe garit, lodeh, tahu bacem, sop, telor dadar dan lain lain.
Anak- anak secara bergilir bertugas mengambil makan ke dapur dan ada yang bertugas mengembalikan, mencuci wadah yang sudah dipakai. Untuk alat alat makan secara mandiri anak anak menyiapkan dan membereskan.
Ketika pandemi covid 19 datang ritual makan siang di sekolah tidak ada lagi, karena anak anak belajar secara on line. Pada waktu diijinkan kembali belajar secara off line terbatas anak anak bawa bekal makan dari rumah.
Saat ini kondisi sudah membaik, anak- anak kembali belajar secara off line dan makan bersama sudah diperbolehkan. Anak- anak yang dulunya sudah terbiasa makan bersama di sekolah mulai merindukan untuk kembali makan bersama. Kami membuat polling bagaimana pendapat orang tua tentang makan siang ini. Semua orang tua menyetujui untuk kembali makan siang bersama di sekolah. Namun situasi sudah berubah, orang tua yang dulunya menjadi relawan saat ini sedang konsentrasi masa pemulihan ekonomi keluarga paska pandemi. Ditambah dengan harga bahan pangan melonjak tentu butuh dihitung kembali dan setelah dihitung ternyata angkanya cukup besar. Bila digabung dengan SPP menjadi sangat besar, dikawatirkan banyak orang tua yang tidak sanggup membayar.
Akhirnya kami mengajak orang tua murid untuk membicarakan hal ini. Sebagian orang tua mengusulkan sekolah mencari tukang masak nanti orang tua membantu mencari dana. Jadi makan tetap disiapkan sekolah seperti dulu. Ada yang usul, orang tua giliran piket masak. Ada yang usul makan siang diserahkan ke kelas masing -masing. Keputusan yang dipilih makan siang diserahkan ke kelas masing- masing. Masuk akal juga, kalau orang tua mengupayakan masak untuk 15 anak masih mungkin. Dan tidak membutuhkan alat alat masak yang besar. Alat yang ada di rumah masih bisa digunakan.
Kemudian untuk mematangkan setiap kelas mengadakan rapat untuk memutuskan mekanismenya. Menarik sekali tiap kelas mempunyai kesepakatan yang berbeda- beda. Ada kelas yang memproses bersama anaknya, mereka diajak menyusun menu dan menghitung anggaran. Bagaimana cara membayarnya dan siapa yang harus menyiapkan. Ada yang memilih makan bersama 2 kali seminggu, yang disiapkan bersama misal hari Senin dan Kamis. Pesan ke salah satu orang tua atau warung sekitar Salam. Hari lain bawa sendiri- sendiri. Ada yang memilih satu kelas dibagi 2 kelompok. Minggu 1 dan 3 kelompok 1 yang menyiapkan. Minggu 2 dan 4 kelompok 2 yang menyiapkan. Ada juga yang memilih anak anak bawa nasi dari rumah orang tua bergiliran bawa sayur dan lauk. Ada juga yang memilih seminggu sekali anak- anak masak bersama di sekolah.
Itulah dinamika makan siang di sekolah—“musibah membawa berkah”. Makan siang telah menjadi pengikat untuk saling memperhatikan, saling peduli satu sama lain. Suasana sekolah tidak jauh berbeda dengan situasi di rumah. Bagaimana setiap orang sangkul sinangkul ing bot repot. Bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan. Makan sehat, sederhana, aman. Anak- anak tetap dapat belajar tentang makanan sehat, sederhana namun bergizi. Mereka juga paham bagaimana mengatur keuangan untuk memenuhi kebutuhan bersama.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut ambil bagian dalam proses belajar anak- anak. Dengan segala keterbatasan SALAM tetap dapat mewujudkan pembelajaran empat pilar yakni pangan-kesehatan- lingkungan hidup dan sosial budaya.
Selamat belajar
Nitiprayan 12 Srptember 2022
pendiri Sanggar Anak Alam
Leave a Reply