Era informasi-digital telah membawa perubahan mendasar dalam cara kita menjalani kehidupan. Dalam era ini, fenomena yang dikenal sebagai “pemadatan waktu” (time compression) telah menjadi ciri khas yang menggambarkan percepatan tempo kehidupan kita. Hal ini menghasilkan evolusi dalam narasi kehidupan yang kini berkembang menuju apa yang dapat disebut sebagai “narasi kecepatan” (narrative of speed). Dalam narasi ini, waktu dan perbedaan direkonstruksi melalui model “percepatan” atau “intensifikasi waktu” (intensification of time), yang mengubah paradigma dasar tentang bagaimana kita mengalami dan memahami waktu.
Percepatan tempo kehidupan kita telah membawa kita pada pandangan baru terhadap waktu. Waktu bukan lagi hanya sekadar dimaknai sebagai dimensi linier yang memisahkan peristiwa-peristiwa, tetapi juga sebagai medium di mana perbedaan-perbedaan mewujud. Konsep “ontologi perbedaan mewaktu” muncul, yang mengartikan bahwa perbedaan-perbedaan itu sendiri menjadi substansi yang membentuk dimensi waktu. Namun, ironisnya, dalam era ini, perbedaan-perbedaan tersebut juga mengalami pemadatan jarak waktunya.
Garis produksi berbagai fungsi, bentuk, gaya, dan citra baru semakin terlihat jelas dalam konteks ini. Peningkatan perbedaan antara elemen-elemen ini semakin nyata, seiring dengan pergeseran kecepatan perkembangan teknologi dan informasi. Namun, hal yang menarik adalah bahwa semakin bertambahnya perbedaan ini tidak hanya menonjolkan kompleksitas variasi, tetapi juga mengakibatkan semakin dekatnya jarak kemunculan antara elemen-elemen ini dalam kontinum waktu. Dengan kata lain, semakin tinggi intensitas perubahan, semakin rapat pula kronologi kemunculannya.
Konsekuensi dari fenomena ini merasuki berbagai aspek kehidupan kita. Dalam dunia bisnis dan industri, produk dan gagasan baru terus bermunculan dengan cepat, menghasilkan lingkungan yang penuh dengan inovasi dan persaingan yang tinggi. Di dunia budaya dan hiburan, tren-tren baru dapat mencapai puncak popularitas dalam waktu yang sangat singkat, sebelum segera digantikan oleh yang lainnya. Bahkan dalam interaksi sosial, komunikasi digital dan media sosial telah mengubah cara kita berinteraksi, di mana pesan-pesan dapat disampaikan dan tersebar dengan cepat, tanpa hambatan waktu dan jarak.
Pemadatan waktu dan narasi kecepatan ini juga membawa implikasi filosofis dan psikologis yang mendalam. Konsep tradisional tentang refleksi diri dan kontemplasi tampak terdampak oleh ritme kehidupan yang semakin cepat. Kesempatan untuk merenung dan meresapi pengalaman menjadi semakin terbatas, karena tuntutan untuk terus berada dalam aliran informasi dan aktivitas yang berubah dengan cepat. Dalam upaya untuk tetap relevan dan terhubung, kita seringkali terjebak dalam kebutuhan untuk selalu bergerak maju, meninggalkan waktu yang lebih lambat dan mendalam.
Era informasi-digital telah membawa perubahan fundamental dalam cara kita memahami waktu dan perbedaan. Pemadatan waktu dan narasi kecepatan menjadi ciri khas dari kehidupan modern, di mana waktu tidak hanya menjadi medium yang memisahkan, tetapi juga dimensi di mana perbedaan-perbedaan mewujud. Meskipun fenomena ini memberikan peluang dan tantangan baru, kita juga perlu merenung tentang dampaknya terhadap cara kita menjalani kehidupan, meraih makna, dan menjaga keseimbangan antara kemajuan cepat dan refleksi mendalam.
Kehidupan di dalam era informasi-digital dicirikan oleh ‘pemadatan waktu’ (time compression), sebagai konsekuensi dari percepatan tempo kehidupan. Narasi kehidupan berkembang ke arah “narasi kecepatan” (narrative of speed), di mana waktu dan perbedaan dikonstruksi di dalam sebuah model ‘percepatan’ atau “intesifikasi waktu” (intensification of time). Perbedaan di dalam waktu tidak saja menjadi sebuah ontologi, yaitu “ontologi perbedaan mewaktu”, tetapi perbedaan itu sendiri dimampatkan jarak waktunya. Aneka fungsi, bentuk, gaya dan citra baru yang berbeda, yang muncul dalam sebuah garis produksi, tidak saja semakin meningkat perbedaannya, tetapi juga semakin dekat jarak kemunculannya satu sama lainnya dalam garis waktu.
Pada saat kita merenungi realitas kehidupan di era informasi-digital ini, gambaran tentang “dunia yang berlari” menjadi semakin jelas. Dalam keadaan di mana waktu terasa semakin terkompresi dan kecepatan menjadi pemandu utama, kita dihadapkan pada tantangan besar untuk menjaga kendali atas perjalanan kita. Di tengah lonjakan informasi dan perubahan yang cepat, pertanyaan mendasar tentang bagaimana kita merespon, beradaptasi, dan merasakan hidup menjadi semakin mendesak.
Menghadapi dinamika dunia yang terus bergerak maju, penting bagi kita untuk tidak terjebak dalam spiral tanpa akhir. Kita harus belajar untuk mengendalikan kecepatan, bukan hanya berlari tanpa arah. Memahami nilai refleksi, kontemplasi, dan kedalaman dalam pandangan hidup yang cepat adalah seperti menemukan oase ketenangan di tengah padang pasir yang menggemparkan. Ini bukanlah ajakan untuk melambat sepenuhnya, tetapi panggilan untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara menjalani kehidupan dengan intensitas yang diberikan oleh kemajuan teknologi dan mempertahankan ikatan dengan kebijaksanaan yang lebih dalam.
Dalam dunia yang berlari, kita juga harus ingat untuk tetap manusiawi. Di balik layar dan aliran informasi yang tak terputus, terdapat hati dan jiwa yang merasakan, berharap, dan bermimpi. Menghubungkan dengan sesama manusia secara mendalam dan memelihara rasa empati dalam era digital adalah tugas yang tak boleh diabaikan. Kita dapat menggunakan teknologi sebagai alat untuk membangun jembatan, bukan tembok, antara satu sama lain.
Seiring waktu terus bergerak maju, kita memiliki kesempatan untuk membentuk dunia yang bergerak dengan bijaksana. Kita dapat memanfaatkan potensi teknologi dan informasi untuk meningkatkan kualitas hidup, mempromosikan pemahaman lintas budaya, dan menciptakan ruang untuk pertumbuhan pribadi dan kolaborasi kreatif. Namun, perlu diingat bahwa kita memiliki pilihan dalam cara kita menavigasi kecepatan ini. Kita adalah penulis narasi dalam “dunia yang berlari,” dan kita memiliki kekuatan untuk memberikan arti dan arah dalam setiap langkah yang kita ambil.
Marilah kita ingat bahwa meskipun kita hidup di era yang dipenuhi dengan dinamika dan perubahan yang cepat, kita tetap memiliki kendali atas bagaimana kita mengarungi perjalanan ini. Dalam menjalani kehidupan di dunia yang berlari, mari kita tetap menjaga pandangan yang luas, hati yang terbuka, dan koneksi yang mendalam dengan dunia di sekitar kita. []

pembelajar, pejalan sunyi
Leave a Reply