Mohandas Karamchand Gandhi (aksara Devanagari: मोहनदास करमचन्द गांधी; bahasa Hindustani: [ˈmoːɦənd̪aːs ˈkərəmtʃənd̪ ˈɡaːnd̪ʱi] ( simak); lahir di Porbandar, Gujarat, India Britania, 2 Oktober 1869 – meninggal di New Delhi, India, 30 Januari 1948 pada umur 78 tahun) adalah seorang pemimpin spiritual dan politikus dari India. Gandhi adalah salah seorang yang paling penting yang terlibat dalam Gerakan Kemerdekaan India. Ia adalah aktivisyang tidak menggunakan kekerasan, mengusung gerakan kemerdekaan melalui aksi demonstrasi damai. Pada masa kehidupan Gandhi, banyak negara yang merupakan koloni Britania Raya. Penduduk di koloni-koloni tersebut mendambakan kemerdekaan agar dapat memerintah negaranya sendiri.
Gelar Mahatma (bahasa Sanskerta: “jiwa agung”)—diberikan kepadanya pada tahun 1914 di Afrika Selatan. Selain itu, di India ia juga dipanggil Bapu (bahasa Gujarat: panggilan istimewa untuk “ayah”, “papa”).
AHIMSA
Ahimsa berasal dari kata himsa (kejam). Sesuai dengan asal katanya, ajaran ini menyerukan kepada seluruh umat manusia untuk menjunjung tinggi semangat nir-kekejaman (non-violence) dalam setiap laku kehidupannya. Pengertian lain Secara harfiah, ahimsa memiliki makna tidak menyerang, tidak melukai atau tidak membunuh. Ajaran ini sebenarnya merupakan ajaran klasik dari agama Hindu yang mengajarkan prinsip-prinsip etis dalam kehidupan.Secara harfiah ahimsa berarti “tidak menyakiti”, tetapi menurut Ghandi pengertian seperti itu belum cukup, menurutnya ahimsa berarti menolak keinginan untuk membunuh dan tidak membahayakan jiwa, tidak menyakiti hati,tidak membenci,tidak membuat marah,tidak mencari keuntungan diri sendiri dengan meperalat serta mengorbankan orang lain.Ghandi memandang ahimsa dan kebenaran (satya) ibarat saudara kembar yang sangat erat, namun membedakannya dengan jelas bahwa ahimsa merupakan sarana mencapai kebenaran, sedangkan kebenaran (satya) sebagai tujuannya.
Pengertian ahimsa sebagai suatu sarana berarti tidak mengenal kekejaman untuk mencapai kebenaran, baik dalam wujud pikiran, ucapan maupun tindakan. Justru kebalikannya,ahimsa harus menciptakan suasana membangun, cinta dan berbuat baik kepada orang lain meskipun orang lain itu telah menyakitinya,bahkan terhadap musuhnya sekalipun.Ajaran ini yang kemudian dimaknai secara lebih mendalam dan dikembangkan lebih lanjut oleh Gandhi—Gandhi menekankan bahwa makna ahimsa sebagai nir-kekejaman tidak semata-mata berkonotasi negatif (nir/a = tidak), namun juga berkonotasi positif sebagai sebuah semangat dan pedoman hidup.
Dari pemaknaan di atas dapat terlihat bahwa makna ahimsa lebih menekankan pada makna penolakan atau penghindaran secara total terhadap segenap keinginan, kehendak atau tindakan yang mengarah pada bentuk penyerangan atau melukai. Dalam kerangka pemikiran positif, ahimsa adalah cinta, karena hanya cinta yang bisa muncul secara spontan dan memungkinkan seseorang bertindak selaras dengan hati dan pikirannya. Gandhi berpendapat, “ Nir-kekejasan (non-violence) adalah cinta. Nir-kekerasan itu bertindak menyatu dalam diam, nyaris terselubung dalam kerahasiaan sebagaimana yang dilakukan cinta.”
Satyagraha
Secara harfiyah satyagraha berarti suatu pencarian kebenaran dengan tidak mengenal lelah. Berpegang teguh pada kebenaran—satyagraha merupakan jalan hidup seorang yang berpegang teguh terhadap Tuhan yang maha esa dan mengabdikan seluruh hidupnya pada Tuhan Yang Maha Esa.Karena jalan satu-satunya untuk mencapai tujuan ini adalah dengan sarana ahimsa,maka satyagraha juga berarti”mengejar tujuan benar dengan sarana ahimsa.Ajaran ini berarti “keteguhan berpegang pada kebenaran”. Ajaran ini menyerukan untuk tidak ada sedikitpun toleransi atau sikap kompromin dalam menegakkan nilai kebenaran. Bisa dikatakan bahwa Gerakan ini merupakan gerakan non-kooperatif—tidak bekerja sama dan menentang kebijakan-kebijakan Inggris untuk mencapai kebenaran. Cikal bakal ajaran ini adalah peristiwa di Afrika Selatan yang melibatkan warga India di sana. Tanggal 22 Agustus 1906, Pemerintah Tansvaal, Afrika Selatan dalam UU-nya mewajibkan seluruh warga India untuk melapor pada pemerintah setempat, membubuhkan sidik jari dan akan menerima sertifikat. Sertifikat itu harus dibawa kemanapun yang bersangkutan bepergian, dengan ancaman pelanggaran adalah dipenjara dan bahkan sampai deportasi. Ini tentu menyulut protes dari para warga India. Namun peerintah tetap bersikukuh dan memenjarakan setiap warga yang membangkang.
Tanggal 11 September 1906 Gandhi memimpin seluruh warga India untuk memprotes kebijakan tersebut. Mereka bersumpah untuk tetap berpegang pada pendirian dan bersedia menanggung segala konsekuensinya. Mereka menganggap bahwa suatu pilihan antara membayar denda atau deportasi adalah pilihan yang tidak layak untuk dipilih. Ketika seorang India memilih salah satu pilihan itu maka sejatinya yang ada adalah kekalahan dan itu berarti warga India tidak lagi bisa menjaga kehormatan dirinya.
Swadesi
Swadesi marupakan gerakan yang dicetuskan oleh Mahatma Gandhi yaitu bangsa India harus mampu mencukupi kebutuhan sendiri dengan hasil dan usaha sendiri. Hal ini dikarenakan produk India juga tidak kalah dengan produk-produk Inggris. Salah satunya adalah pemakaian pakaian asing harus diganti dengan pakaian asli India. Pemakaian produk sendiri ini juga untuk mengurangi pendapatan pemerintah kolonial. Konsep perjuangan ini ternyata juga dimiliki oleh bangsa Indonesia, yaitu seperti konsep Marhein yang dicetuskan oleh Bung Karno.
Pengertian swadesi adalah cinta tanah air, cara mengabdi kepada masyarakat yang sebaik-baiknya kepada lingkungannya sendiri lebih dahulu. Menurut Gandhi, konsep swadesi erat kaitannya dengan semangat swaraj sebagai cita-cita bersama seluruh warga India, bahkan seluruh manusia. Dalam bahasa sederhana, Gandhi mengartikannya sebagai “menggunakan apa yang dihasilkan oleh negeri sendiri”. Konsep swadeshi mengarah pada swaraj dalam arti pemerintah oleh negeri sendiri (self-rule) yang senjatanya bertumpu pada kekuatan sendiri (self-reliance).
Pelaksanaan swadesi ini antara lain:Sebisa mungkin agar membeli segala keperluan dari dalam negeri dan tidak membeli barang-barang import,bila barang-barang tersebut dapat dibuat dalam negri sendiri.Melihat situasi dan kondisi waktu itu kemungkinan untuk melaksanakan anti import barang-barang asing sebagai protes dan boikot terhadap kaum penjajah.
Hartal meletakkan pekerjaan sebagai tanda protes terhadap peraturan yang dianggap kurang adil atau sebagai tanda berkabung untuk memperingati kejaidan yang menyediahkan. Bahasa sederhananya, Hartal sama dengan mogok kerja. Pemogokan oleh rakyat Inda terhadap pabrik-pabrik Inggris mengurangi pendapatan Inggris yang kemudian membuat bangkrut perusahaan-perusahaan Inggris. Perjuangan seperti ini juga dilakukan di Indonesia, berbagai pemogokan dilakukan oleh golonga orang-orang yang berpaham sosialis-komunis, seperti contoh pemogokan di Delangu, Klaten. Kemudian juga pemogokan buruh ketika terjadi proses pengembalian Irian Barat. Gerakan ini sangat ampuh untuk merusak ekonomi dari pemerintah kolonial.
SALAM (Sanggar Anak Alam), Laboratorium Pendidikan Dasar, berdiri pada tahun 1988 di Desa Lawen, Kecamatan Pandanarum, Banjarnegara.
Leave a Reply