Blog

Manusia: Kehidupan dalam Prosa dan Puisi

Becoming Human: We Must Learn What It Means to Be Human

Di sekolah, seringkali kita tidak diajarkan tentang apa artinya menjadi manusia. Namun, penting bagi kita untuk memahami keterhubungan kita dengan alam dan perbedaan-perbedaan yang ada. Kesadaran dan kebudayaan kita membentuk identitas ganda: identitas biologis dan identitas kemanusiaan. Arti sebenarnya menjadi manusia adalah menjadi ‘sapiens’ dan ‘demens’, memiliki kemampuan menalar dan bersikap irasional.

Prosa Kehidupan: Rasionalitas vs. Emosi

Kita sering berusaha mencari keseimbangan antara rasionalitas dan emosi. Kegilaan dan ambisi sering kali menghantui manusia dalam perjalanannya mencari penalaran. Namun, setiap tindakan rasional kita dipengaruhi oleh emosi. Kegilaan dapat diartikan sebagai ‘delirium’ oleh Yunani kuno, dan bahkan penguasa-penguasa besar memiliki ambisi dan nafsu akan kekuasaan. Pertanyaan kunci ini seharusnya menjadi bagian integral dari pendidikan kita, untuk memahami dan menggabungkan rasionalitas dengan perasaan.

Manusia sebagai Homo Faber: Pencipta Peralatan dan Kehidupan Spiritual

Kita mengenal manusia sebagai ‘homo faber’, yang artinya “yang menciptakan peralatan”. Namun, perkembangan manusia tidak hanya terbatas pada peralatan fisik. Mitologi dan agama adalah penemuan lain yang menggambarkan aspek kehidupan spiritual manusia. Kehadiran dua aspek kemanusiaan ini menandakan bahwa manusia bukan hanya sekadar teknisi, tetapi juga memiliki kehidupan spiritual dan mitologis yang penting.

Kehidupan sebagai Homo Economicus dan Homo Ludens: Kepentingan dan Permainan

‘Homo economicus’ menggambarkan manusia yang didasarkan pada kepentingan dan minatnya. Namun, pandangan ini tidak mencakup seluruh spektrum aktivitas manusia. Kita juga mengenal ‘homo ludens’, yaitu manusia yang menyukai permainan. Kegemaran bermain adalah bagian tak terpisahkan dari sifat manusia, dan kadang-kadang, kita lebih fokus pada permainan dan melupakan minat kita yang lain.

Puisi Kehidupan: Menemukan Kebahagiaan dan Makna

Akhirnya, kehidupan dapat diartikan sebagai polaritas antara prosa dan puisi. Prosa melibatkan semua hal yang harus kita lakukan, meskipun tidak selalu menyenangkan. Namun, puisi kehidupan mengisi kita dengan rasa syukur terhadap hubungan kita dengan masyarakat, cinta, persahabatan, dan permainan. Menikmati keindahan puitis dalam hidup adalah apa yang membuat kita merasa hidup. Prosa hanya untuk bertahan hidup, sedangkan puisi memberikan arti dan makna.

Pendidikan untuk Hidup dengan Puitis

Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan kapasitas kita untuk menikmati kehidupan secara puitis. Belajar tentang estetika, musik, seni, dan hal-hal yang memperkaya jiwa bukan hanya suatu kemewahan, tetapi merupakan cara untuk menghargai dan menikmati aspek puitis dari kehidupan ini, seperti ketika kita mengamati kupu-kupu atau burung. Oleh karena itu, penting untuk melepaskan pandangan pendidikan yang hanya berfokus pada produktivitas tinggi, komersialisme, dan profesionalisme. Sebagai gantinya, kita harus kembali kepada gagasan JJ Rousseau, bahwa belajar untuk hidup berarti belajar untuk hidup secara puitis.

Menjadi manusia berarti lebih dari sekadar identitas biologis. Kita harus memahami keterhubungan kita dengan alam dan perbedaan-perbedaan yang ada. Rasionalitas dan emosi adalah dua aspek yang membentuk kehidupan kita. Kehidupan spiritual dan mitologis kita memberi makna pada eksistensi kita. Kepentingan dan permainan adalah bagian dari sifat kita sebagai manusia. Namun, untuk menemukan kebahagiaan dan makna sejati, kita harus menemukan puisi dalam kehidupan ini. Pendidikan harus mengajarkan kita untuk mengejar dan menghargai keindahan puitis ini, sehingga kita bisa hidup dengan sepenuhnya dan secara berarti sebagai manusia sejati. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *