Gara, siswa kelas 4 mempresentasikan risetnya di semester dua ini dengan runut dan jelas, meski dengan suaranya yang pelan. Gara memang terkadang masih malu berbicara di depan teman-temannya. Namun, di presentasi kali itu, ia terlihat berusaha keras untuk berbicara di depan forum. Membuat donat adalah pilihan yang akhirnya ia ambil untuk dilakukan dengan serius. Sebelum membuat donat, Gara telah mencoba tiga tema riset lain, yang kesemuanya berakhir karena hilangnya minat. Tiga riset sebelumnya adalah mengamati taman yang ada di Jogja, membuat mie pentil dan mengamati bus.
Pada pilihan riset yang pertama, Gara telah mengamati kurang lebih 10 taman yang ada di Jogja. Gara akhirnya merasa bosan. Ia ingin mengganti risetnya. Ibu menawarkan pilihan riset yang kedua, yaitu membuat mie pentil. Ibu lalu mengajak Gara melihat praktik pembuatan mie lethek, yang prosesnya kurang lebih sama dengan proses pembuatan mie pentil. Pilihan kedua belum juga sreg di hati Gara.
Pilihan ketiga berasal dari usulan Gara sendiri, yaitu mengamati bus. Gara memang penyuka bus. Ia senang mengumpulkan stiker-stiker bus yang didapatnya dengan mendatangi pangkalan bus di dekat Bank Indonesia. Namun, pilihan ini juga masih terasa mengganjal di hati Gara.
Hingga suatu hari, Ibu pulang dengan membawa donat kentang. Gara mencicipinya dan dengan serta merta, ia memutuskan hendak membuat donat kentang sebagai pilihan risetnya. ‘Karena rasa donatnya enak,’ begitu kata Gara. Gara menggunakan kentang sebagai bahan utama pembuatan donatnya. Ini tidak lain karena donat yang dibawa Ibu adalah donat kentang, dan Gara ingin membuat donat persis seperti yang Ibu bawa.
Gara melakukan dua kali praktik selama riset. Praktik pertama tanpa menggunakan ragi secara tak sengaja, karena yang dikira ragi oleh Ibu ternyata bahan lain bernama baking mix. Praktik ini, menurut Gara, menghasilkan makanan yang rasanya seperti galundeng. Di praktik pertama, ‘donat’ atau galundeng yang dihasilkan gosong karena terlalu lama di proses menggoreng.
Praktik kedua menggunakan ragi alami. Di praktik ini, Gara berhasil membuat donat dan tidak gosong. Kedua praktik tersebut menggunakan resep yang berbeda. Gara mendapat resep yang kedua dari tante Esthi, orangtua siswa kelas 4.
Dari kedua praktik tersebut, proses yang paling sulit menurut Gara adalah menguleni dan menggunakan mixer. Sedangkan proses yang paling disukainya adalah mencicipi makanan ketika sudah jadi.
Dalam melakukan praktiknya, Gara sudah relatif mandiri. Ibu hanya mendampingi dan membantu sesekali saja, seperti menguleni. Sebagian besar prosesnya dilakukan sendiri oleh Gara, termasuk menimbang dan menggunakan alat-alat seperti mixer.
Pengunjung terlihat antusias dengan menanyakan beberapa pertanyaan kepada Gara. Gara terlihat bisa menjawab beberapa pertanyaan seperti guna fermipan, yang dijawab dengan baik.
Pilihan riset yang berganti hingga 4 kali, menjadi bahan diskusi antara Gara dengan Ibunya. Diskusi ini mengarah kepada pemahaman bahwa, keempat pilihan riset ini bukan passion-nya Gara. Ketertarikan Gara lebih kepada proses merakit, membangun dan hal-hal yang berhubungan kelistrikan.
Hal ini dibuktikan ketika Gara membantu riset temannya yang berhubungan dengan kelistrikan. Gara membantu temannya mengulik bahan tersebut hingga tengah malam, dengan semangat yang sangat tinggi.
Keempat pilihan riset itu, dipilih Gara karena merupakan zona nyaman Gara. Keempat pilihan risetnya, bisa berjalan dengan Ibu sebagai narasumber dan tidak membutuhkan narasumber baru: sesuatu yang Gara hindari. Gara yang pemalu memang masih merasa kesulitan jika berhubungan dengan orang lain.
Ternyata, selain belajar hal baru, riset kali ini juga membuat Gara dan Ibu belajar hal yang tak kalah penting yaitu, mengenali diri sendiri.[]
Orang Tua SALAM
Leave a Reply