Blog

Fotografi, Ecoprint dan Memasak ala Siswa SMA

Presentasi Riset SMA hari Selasa, 4 Juni 2024 dibagi menjadi 3 sesi menampilkan karya-karya fotografi dari Mahdan (kelas 10), Peter (kelas 11) dan Bram (kelas 11). Sesi workshop oleh Farela (kelas 12), Nava (kelas 12) dan Adia (kelas 11). Serta sesi demo masak oleh Adit dan Daniel, keduanya dari kelas 11. Presentasi dimulai sekitar pukul 13.30 dibuka oleh Mbak Sumi yang sekaligus menjadi host presentasi fotografi bersama Mas Aji Prasetyo. Sesi pertama yaitu presentasi fotografi berupa pameran foto dan talk show/tanya jawab. Peter mengawali sesi pertama ini. Foto-foto yang ditampilkan oleh Peter berupa potret model sebanyak 9 buah foto. Peter memilih tema potret model karena dia mengenal modelnya yang bernama Flo dan menganggap Flo cocok untuk dijadikan model.

Di semester ini Peter merasa sudah puas dengan hasil risetnya, tapi masih ingin memperdalam perihal lighting di dunia fotografi. Sehingga, untuk di kelas 12 nanti dia masih ingin melanjutkan riset dengan tema yang sama. Peter merasa perlu mempelajari komposisi foto dari Oscar yang menurutnya lebih baik dalam hal komposisi, equipment dan jam terbang.

Peter juga menilai ada perkembangan antara riset semester ini dengan riset semester kemarin, karena di riset kali ini ia menggunakan equipment yang berbeda. Menurut Peter, memiliki skill fotografi memungkinkan orang untuk mendapatkan penghasilan. Namun, ia masih merasa kesulitan untuk mendapatkan klien. Bu Gerna, fasi SMA menyarankannya untuk mencari narasumber yang mengetahui cara mencari klien. Atau, ia bisa juga belajar mencari klien dengan cara magang pada fotografer berpengalaman, seperti misalnya kepada pak Yanuar Surya.

Berbeda dengan  Peter, Bram mengambil tema general fotografi dengan lokasi pemotretan di daerah-daerah wisata. Karya foto yang dipamerkan Bram berjumlah 17 buah foto. Sebagai sesama fotografer, Peter memberikan komentar dan saran untuk Bram, dengan gaya yang mengundang tawa. Ada pula masukan lain yang diterima Bram, yaitu tentang sumber informasi lokasi pemotretan. Sebaiknya, jangan mencari sumber utama dari google maps, tapi bertanyalah pada penduduk sekitar.

Di semester ini Bram merasa kurang puas dengan hasil foto-fotonya karena dia sering merasa ragu dengan angle/sudut pemotretan yang dia ambil. Meskipun demikian, karya yang dihasilkan cukup banyak, sehingga dia memerlukan bantuan pengampu kelas minat fotografi yaitu Pak Bima untuk mengkurasi karya-karya foto yang akan dia tampilkan.

Sedangkan Mahdan, di semester ini ia menghasilkan sangat banyak karya foto, tetapi dia memilih untuk mempresentasikan 6 karya fotonya yang bertema sumbu filosofi Jogja. Obyek foto yang dia tampilkan adalah gunung merapi, tugu Jogja, keraton, panggung Krapyak dan pantai parangkusumo. Kesulitan yang dirasakan Mahdan dalam menjalankan risetnya adalah saat menulis cerita/narasi foto-fotonya tersebut dalam akun Instagramnya. Mahdan merasa sering kehabisan kata-kata. Mahdan mendapat saran supaya mencari narasumber hidup bukan dari website, sebagai sarana sosialisasi dan komunikasi.

Sesi kedua dan ketiga adalah workshop dari Farela, Nava dan Adia serta demo masak dari Adit dan Daniel. Kedua sesi ini dilakukan bersamaan, dengan dipandu oleh Mas Pur.

Workshop ecoprint dengan teknik pounding/memukul dengan palu diadakan oleh Nava. workshop membuat gelang dengan teknik rajutan diadakan oleh Farela, dan workshop membuat wish list dengan kertas dari aged book (buku yang terlihat kuno/tua) diadakan oleh Adia.

Demo masak dilakukan oleh Adit yang memilih riset membuat homemade dimsum. Adit menjelaskan tentang bahan-bahan yang digunakan untuk membuat dimsum. Dia mendapat resep dari internet dan youtube serta sudah mendapat penghasilan dengan menjual dimsum tersebut kepada teman-temannya.

Sementara Daniel, selain mengerjakan riset memasak makanan yang ada di game dan film kartun Jepang, juga membuat karya-karya dengan media Ibis Paint dan dicetak sebagai poster ukuran A5 dan dijual dengan harga Rp 5 ribu.

Untuk demo memasak, Daniel memilih membuat kue dorayaki. Daniel menjelaskan tentang bahan-bahan membuat kue Dorayaki dan mempraktikkan proses memasaknya. Dia mendapat resep dari  youtube. Kue dorayaki yang dia buat, masih sebatas untuk dikonsumsi sendiri belum dijual kepada khalayak umum.

Semua sesi ditutup pada pukul 16.30 dengan mencicipi dorayaki dan dimsum yang disambut dengan gembira oleh para fasilitator, murid dan orang tua yang hadir.[]

Oleh Mirah Maharani

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *