Aros yang merupakan siswa Kelas 2 SD SALAM memilih riset membuat animasi dengan perangkat lunak Blender. Dalam mempresentasikan risetnya pada semester genap tahun 2024 ini, Aros tidak menggunakan media presentasi seperti video atau slide. Ia memilih menunjukkan bagaimana cara membuat animasi dengan Blender. Siang itu (Senin, 3 Juni 2024), Aros mendapat giliran presentasi setelah sesi istirahat. Teman-temannya mulai kelelahan setelah sebelumnya menyimak beberapa presentasi dari siswa lain. Suasana tidak setenang sesi sebelumnya, tapi hal ini tidak mengurangi semangat dan kepercayaan diri Aros dalam menunjukkan risetnya ke audiens.
Aros duduk di depan didampingi oleh Aji, fasilitator SMA sekaligus narasumber Aros sejak semester sebelumnya. Ria, ibunya, hadir juga memberi dukungan. Ria terlihat mempercayai kemampuan Aros dalam mempresentasikan risetnya dengan memilih duduk di sisi hadirin alih-alih berada di samping Aros.
Tanpa terlalu banyak basa-basi, Aros menunjukkan bagaimana caranya membuat karakter animasi berupa lokomotif. Orang awam mungkin akan berpikir, “Buat apa bikin karakter animasi begitu? Toh tidak bergerak, tidak bisa pula dimainkan.” Ternyata, memang riset yang dikerjakan Aros masih bagian dari pengembangan riset sebelumnya.
Pada riset sebelumnya, Aros membangun gim bola gelinding 3D. Nah, di riset kali ini, Aros ingin mengganti karakter bola gelinding yang sudah dibuatnya di semester lalu, menjadi karakter-karakter lain. Karena ini kali pertama Aros memakai perangkat lunak Blender, maka narasumbernya pun mengajak Aros untuk mengenal dan mengeksplorasi tools dari bentuk dasar.
Dari riset ini, Aros mengenal bentuk dasar dalam Blender seperti kubik dan silinder. Aros pun belajar memproyeksikan objek di dunia nyata ke dalam Blender. Dari bentuk kubik dan silinder saja, Aros sudah bisa membuat lokomotif, kereta dan mobil. Sebagai pelengkap pembelajaran, Ria pun mengajak Aros untuk mengamati benda-benda di rumah dan lingkungan sekitar yang bentuk dasarnya ada dalam Blender.
Ria pun mengenalkan konsep bangun ruang dan ukurannya, sejalan dengan apa yang dikerjakan Aros pada Blender. Saat presentasi, Aros menunjukkan cara menghitung panjang, lebar, dan tinggi bangun ruang yang ia kreasikan di Blender. Hal ini ternyata juga dilakukan di dunia nyata saat mentoring bersama Ria.
Aros mempelajari cara menggunakan Blender dibantu oleh Aji dan Prames. Untuk mentoring bersama Aji, dilakukan secara rutin seminggu sekali. Aros merupakan anak yang punya cara berpikir runtut, hal ini disampaikan Aji pada penulis. Dalam riset ini, Aji mencoba mengajak Aros untuk melakukan eksplorasi kreatif pada Blender.
Meski tidak menggunakan slide presentasi, namun tak menyurutkan audiens yang ingin merespon riset Aros. Abe, teman sekelas Aros, menjadi responden pertama yang mengangkat tangan saat sesi tanya jawab dibuka. Abe ternyata mengajukan rikues agar kelas Aros membuat animasi Roblox.
Miyati, yang merupakan pegiat Ruang Anak juga mengajukan pertanyaan yang menarik. Ia mencoba menggali gagasan Aros jika diminta membuat 5 buah karakter kereta yang berbeda. Miyati ingin tahu, apa yang akan dikreasikan atau yang menjadi karakteristik objek yang dibuat. Aros menjawab secara teknis. Untuk membuat lima karakter berarti perlu menyimpan lima buah proyek dalam file yang berbeda.
Yogo dan Aries, orang tua kelas 1 SD SALAM turut juga hadir dan memberi respon pada presentasi Aros siang itu. Ketika ditanya kendala, Aros merasa tidak ada kendala dalam mengerjakan risetnya. Karakter Aros yang tenang, tekun, dan konsisten membuatnya betah mengerjakan riset secara rutin. Saat bertemu tantangan seperti lupa menyimpan atau eror pun tidak dianggap sebagai penyulit. Aros begitu santai saat berkata, “Kalau nggak tersimpan ya buat lagi aja.”
Tanggapan menarik muncul dari Peter, siswa kelas 11 yang sejak awal terlihat antusias menonton presentasi Aros. Ia memprotes bentuk silinder yang menurutnya terlalu tajam dan kurang smooth. Karena Aros belum menguasai teknik-teknik tingkat lanjut, Aji pun menanggapi Peter. Di akhir presentasi, Peter memberi saran pada Aros untuk mempelajari teknik untuk memperhalus bentuk bangunan dan mengurangi pemilihan bentuk yang terlalu tajam agar karakter yang dibuat lebih smooth lagi.
Apa yang dikerjakan Aros di semester ini sesuai dengan karakternya yang teratur. Bagi orang lain, mungkin mendapat kesan monoton. Padahal, yang dikerjakan Aros adalah tahap persiapan dari sebuah project yang kompleks. Dengan belajar membuat karakter animasi, Aros berarti mencicipi cikal bakal pembangunan perangkat lunak, gim, bahkan film animasi yang bisa jauh lebih kompleks.
Di kelas 3 nanti, Aros tidak ingin melanjutkan project yang ia kerjakan saat ini sebagai riset. Namun, bisa saja Aros tetap mengerjakan yang ia senangi tanpa harus menjadikannya riset. Sekali waktu ia mungkin akan bermain-main lagi dengan perangkat lunak pembangun animasi dan aplikasi. Seperti halnya Kenzi, teman sekelasnya dan Ael, siswa kelas 4 SD SALAM yang berkata akan melanjutkan perjalanan kesenangan mereka dalam dunia teknologi. Selamat melanjutkan mengerjakan hal yang disenangi, ya, Aros![]
Orang Tua SALAM
Leave a Reply