Di balik adanya gedung-gedung besar, jalan beraspal, dan sekolah yang enak, terdapat pejuangan besar yang dilakukan beberapa anak untuk menuju ke sekolah di lembah Yungas, Bolivia. Di tempat terpencil di salah satu negara termiskin di Amerika Latin ini, pendidikan tidak mudah diperoleh. Satu- satunya jalan hanya melewati jurang lebar setinggi lebih kurang 600 kaki (200 meter) yang harus dilewati dengan menuruni lembah dan bergantung pada kawat, dan itu membutuhkan banyak waktu, keberanian, dan tenaga untuk melewatinya.
Beberapa anak yang tinggal di tengah hutan belantara harus menempuh perjalanan mengerikan dan panjang untuk bersekolah. Helen (9 tahun ) dan Mariella ( 7 tahun ) yang harus menempuh menuruni bukit kurang lebih 3 jam menuju ke sekolah, dan melewati bukit ular berbahaya. Di satu sisi lain lembah juga terdapat seorang kakak beradik Elmar ( 7 tahun ) dan Pafinio ( 4 tahun ). Mereka harus bersekolah dengan menyebrangi jurang dangan baja besi yang sudah berusia 30 tahun, “ kalau saja tinggal di tempat lain, kita tak perlu naik kabel berbahaya itu untuk bersekolah “ ujar Elmar. Tapi hanya itu jalan menuju ke sekolah. Lalu masih harus berjalan seharian untuk menuju jembatan selanjutnya. “Saya tidak mau jadi petani Saya lebih suka menjadi insinyur, membangun rumah dan bikin jembatan disini “ ujar Elmar lagi.
Angela dan Luiz, seorang guru relawan yang berasal dari kota besar, harus menempuh perjalanan mengerikan dan panjang ke tengah rimba. “Saya lakukan ini demi anak- anak itu, saya ingin bantu mereka belajar“ ujar Angela. Mereka berpikir, dengan perjalanan panjang itu mereka yakin bisa membantu anak-anak itu keluar dari belantara. Sekolah Pointe Arma di tengah lembah adalah harapan anak-anak itu. Ada 6 kelas tetapi hanya 2 guru dan 2 ruang kelas, setiap ruang kelas ditempati oleh 3 kelas dan 1 guru dengan pembelajaran yang berbeda secara bersamaan. Walaupun begitu, pemerintahan masih mendukung dan membantu sekolah sekaligus warga sekitar rimba itu.
Banyak anak-anak lain juga berjalan jauh seperti Helen dan Mariella, tapi tidak ada yang berjalan sejauh seperti mereka. Perjalanan pulang Helan Dan Mariella lebih memakan waktu lebih lama, itu sebabnya Helen susah menyamai anak-anak lain. Meskipun begitu, Helen terus berusaha keras demi impian besarnya menjadi seorang dokter. “Saya sudah capek sampai di sekolah karena kami harus pulang mendaki bukit.“ ujar Helen.
Dua gadis itu tetap menjaga impian mereka, mendapat pendidikan yang lebih baik dan keluar dari gunung dan kemiskinan. “Saya ingin keluarga saya bahagia,“ ujar Elma. Suatu saat nanti Elmer akan membangun jembatan untuk warga lembah sebagai seorang insinyur sehingga tidak ada lagi anak-anak mempertaruhkan nyawa untuk bersekolah. Semoga pemerintahan juga membantu sekolah dan warga lembah Yungas itu untuk kehidupan lebih layak.
Tidak ada bersekolah yang benar-benar tidak membutuhkan perjuangan, dan tidak ada hidup layak dan bahagia tanpa perjuangan. Semua impian tidak dapat tercapai dengan mudah tanpa sekolah dan perjuangan. Jangan sia-siakan kesempatan yang sudah ada karena masih banyak orang yang lebih sulit untuk bersekolah.
Murid SMA Eksperimental Sanggar Anak Alam
Leave a Reply