Blog

MAKAN SIANG ISTIMEWA BERSAMA NONA NONA CANTIK DARI PULAU TIMOR

Hari Rabu di awal bulan September 2025 ini terasa sangat istimewa bagi Kelas Minat Masak. Jauh jauh hari Bu Wahya mengabarkan kelas kami akan kedatangan tamu dari Pulau Timor yang akan menjadi mentor di Kelas Minat Memasak. Tentu saja kami sangat senang mendengar kabar gembira ini dan dengan tangan terbuka kami akan menerima kedatangan mereka. Ada empat nona yang akan mengajari kami memasak hidangan dari Pulau Timor. Adaempat menu pula yang akan mereka bagikan proses pembuatannya. Jagung Katemak, Sambal Kecipir, Tempe Fua`naes, Sambal Olbai. Menu menu yang terdengar sangat asing bagi kami namun juga membuat penasaran seperti apa rasa dan cara membuatnya. Kegiatan kelas minat memasak hari Rabu ini kami mulai lebih awal dari jadwal yang biasa kami sepakati bersama. Joglo Elang tempat kami biasa berkegiatan sudah mulai ramai sejak pukul 10.00 pagi. Nona nona cantik sudah mempersiapkan bahan bahan yang akan kami masak bersama. Anak anak juga sudah bersiap mendengarkan cerita dan memasak bersama dengan para tamu istimewa ini. Ada 20 anak yang hadir di hari Rabu ini, mulai dari jenjang TA hingga jenjang SMP. Anak anak kami minta untuk duduk melingkar dan mendengarkan cerita dari tamu kami hari ini. Saat 3 nona cantik  bercerita mereka datang dari desa Oebo dan  desa Kie Kabupaten Timor Tengah Selatan.

“Waaa .. itu dimana tempatnya?” “Jauh tidak yaa .. naik apa kalau kita mau kesana?” Anak anak yang sangat antusias mendengarkan cerita dari ke tiga nona ini. Mereka saling bergantian bertanya dan kadang saling bersautan. Hari Rabu yang menyenangkan walaupun cuaca sangat panas anak anak tetap antusias berkegiatan bersama di Joglo Elang. Ketiga nona itu Esy dan Jian yang berasal dari desa Oebo sedangkan Debo berasal dari desa Kei. Ketiga nona ini juga ditemani Maria Stephanie yang merupakan pendamping program kegiatan. Setelah perkenalan kami diajak untuk mengenal bahan bahan yang akan kami olah nanti. Anak anak kami minta satu persatu untuk mengamati, menyentuh dan mencium beraneka kacang dan jagung yang mereka bawa dari Pulau Timor.

 “Jagungnya kok bijinya lucu”

“Ini seperti kedelai bentuknya tapi warnanya bagus, warna warni”

“Ahhh .. baunya gak enak. Aneh “

Semua  punya cara sendiri mengungkapkan apa yang mereka amati.

Menu pertama yang akan kita masak adalah jagung katemak, ke tiga mentor ini pun menjelaskan kepada anak anak tentang bahan bahan yang akan dimasak dan proses pembuatannya. Bahan untuk membuat jagung katemak , tentu saja jagung sebagai bahan utamanya, labu, daun kelor, beberapa kacang kacangan yang sudah direbus.

“Kenapa jagungnya bukan pakai jagung yang berasal dari Pulau Timor” pertanyaan yang cukup kritis dari Air.

Debo pun menjelaskan kepada kami “ Karena jika menggunakan jagung dari Pulau Timor akan membutuhkan waktu yang sangat lama dalam proses memasaknya, selain itu kami juga ingin agar teman teman bisa memasak menu jagung katemak ini dengan bahan yang tersedia disekitar teman teman “.

Anak anak pun mengangguk angguk tanda mereka paham, bahwa saat memasak kita bisa menyesuaikan dengan bahan bahan yang ada. Daun kelor misalnya jika tidak ada  bisa digantikan dengan daun bayam yang lebih mudah mendapatkannya.

Saling bekerja sama bergantian memasukkan bahan ke dalam panci yang sudah terisi air  mendidih, jagung pertama kali yang masuk kedalam panci. Setelah mendidih, labu dan kacang kacangan yang sudah direbus hingga lunak dimasukkan. Ditunggu lagi hingga mendidih dan yang terakhir adalah daun kelor. Menurut penjelasan Debo menu jagung katemak ini tidak diberi bumbu apapun. Rasa manis akan ditemukan pada jagung ataupun labu, gurihnya kacang kacangan akan menjadi kombinasi yang saling melengkapi.

Di sudut yang lain tampak Esy sudah dikerumuni anak anak yang duduk melingkar mengelilinginya.

“Sudah pernah makan tempe yang terbuat dari kacang kacangan” tanya Esy

“Belummmm” serempak kami menyahutnya.

Debo, Esy dan Jian menceritakan kepada kami tentang proses pembuatan tempe fua`naes. Beberapa jenis kacang kacangan yang dipakai harus direndam terlebih dahulu semalaman kemudian direbus hingga empuk. Setelah itu baru diberi ragi dan tepung beras kemudian disimpan kurang lebih 2 sampai 3 hari dan tempe pun siap untuk diolah. Tempe yang sudah disiapkan oleh para nona ini kami goreng tanpa menggunakan bumbu apapun. Mereka berharap kami bisa merasakan rasa asli dari kacang kacangan yang dipergunakan.

Menu selanjutnya adalah sambal, sambal yang akan kami masak bersama sama ada 2 macam yaitu sambal kecipir dan sambal olbai. Kedua sambal ini cara memasaknya hampir sama seperti namanya sambal kecipir tentu saja bahan utamanya adalah kecipir muda yang diiris halus.

“Ada yang sudah pernah melihat atau tahu yang namanya kecipir” tanya kami kepada anak anak. Dan semua serempak “Belum .. “

“Besuk saat kita sekolah silahkan teman teman cari di sekitar SALAM ya, di area SALAM ada tanaman kecipir. Silahkan teman teman cari dimana pohonnya tumbuh dan diamati” kami memberikan sedikit tantangan kepada anak anak disela sela acara tumis menumis ini.

Bahan lain yang dipergunakan ada cabe merah, bawang putih dan bawang merah yang juga dihaluskan. Bawang merah dan bawang putih  kami tumis terlebih dahulu hingga harum.

“Baunya enak ini bikin kami lapar .. harum”. Suara anak anak saat wanginya tumisan bawang merah dan bawang putih memenuhi joglo. Semua bahan yang lain tinggal kami masukkan dan disesuaikan. Tingkat kepedasannya pun  yang kami sesuaikan dengan keinginan anak anak. Mengingat kelas minat masak ini anak anaknya beragam kami memutuskan hanya sedikit menggunakan cabe.

“Aku mau tumis tumis” kata Ara sambil mendekat ke kompor dan anak anak yang lebih besar pun membantu Ara menumis, memasukkan garam, lada bubuk dan mengetes rasa.

Di tempat yang lain ada Esy yang juga sedang berbagi ilmu tentang proses pembuatan olbai. Sambal ini jauh lebih mudah lagi karena semua bahan hanya tinggal dicampur saja. Daun olbai menurut Esy jika di pulau Jawa lebih dikenal dengan daun jinten. Daun olbai diiris lembut, dicampur dengan bawang merah dan bawang putih yang sudah dihaluskan. Tidak ketinggalan cabe yang juga sudah dihaluskan, semua tinggal diaduk diberi garam dan ditambahkan irisan bawang merah mentah. Sambal olbai ini semua bahan yang dipergunakan mentah dan tinggal diaduk aduk saja. Sambal yang cukup mudah proses pembuatannya.

Selain nona nona cantik dari pulau Timor kami juga  yang  kedatangan Bu Wahya walau tidak dari awal Bu Wahya menemani kami namun kedatangan beliau membuat suasana Joglo semakin meriah dan hangat. Ini kali pertama Bu Wahya menengok kelas minat masak dan ikut bergabung bersama kami memasak bersama.

Seperti biasa ketika semua makanan sudah siap tersaji kami akan meminta teman teman untuk mengantri dengan membawa tempat bekalnya masing masing.

“Kenapa gak ada nasinya” tanya Matheww

“Ini sudah ada jagungnya, pengganti nasi” kami mencoba menjelaskan kepada anak anak yang bertanya kenapa tidak ada nasi dimenu yang sudah tersaji kali ini.

Ternyata apa yang kami sampaikan kepada anak anak mendapat tanggapan dari Stephanie “Sepertinya kita perlu untuk terus membiasakan diri menghilangkan kata pengganti nasi karena terdengar sangat Jawa Sentris, perlu kita tahu bahwa tidak semua daerah makanan pokoknya nasi”

Stephanie menjelaskan “Jika menggunakan kata pengganti nasi seakan akan mereka makan nasi kemudian diganti. Padahal bukan seperti itu konsepnya, karbo yang mereka konsumsi didapatkan dari jagung dan biji bijian. Makanan pokok bukan hanya berasal dari nasi, jagung menjadi makanan pokok di pulau Timor”.

Kami tersenyum mendengar penjelasan dari Stephanie , anak anak pun sudah antri dengan membawa tempat bekal mereka masing masing.

“Bu, boleh pakai nasi tidak aku lapar dan sepertinya aku perlu sedikit tambahan nasi agar kenyang” Jagad meminta izin kepada kami untuk menambahkan sedikit nasi kedalam tempat bekalnya.

Kami pun sebenarnya sudah menyiapkan beberapa porsi nasi, dengan pertimbangan jika nanti ada anak anak yang membutuhkannya.

Air, Jagad, Maxim, Matthew, mereka mengambil semua menu yang sudah disiapkan dan menambahkan nasi di tempat makan mereka masing masing. Mereka sangat antusias untuk mencicipi hasil masakan hari ini. Bahkan Jagad sampai meminta tambahan porsi “aku cocok dengan masakan hari ini terasa gurih” sahutnya saat kami mengadakan sesi evaluasi.

“Bu, aku  mau kuah sama tempe” ada juga anak  yang hanya mau kuah dengan nasi saja tanpa tambahan menu lainnya.  Beberapa anak memang belum terbiasa makan sayur ataupun sulit beradaptasi dengan menu menu baru. Salah satunya Yoyo, dia tidak mau sama sekali makan ataupun sekedar mengicipi apa yang sudah kita masak bersama.

“Bu, aku ambil tapi nanti buat bapak saja” Arra meminta kami mengisi kotak makannya dan meminta izin untuk dibawa pulang. Ketika kami menawarinya untuk tetap makan atau sedikit mencoba merasakan tempe goreng dia pun menggeleng.

Hal hal seperti ini yang menjadi tantangan bagi kami, agar anak anak tidak pilih pilih makanan. Mau mencoba menu menu baru yang belum mereka kenal. Semakin mengenal beraneka ragam bahan pangan lokal adalah tantangan tersendiri. Saat sesi evaluasi para nona cantik dari pulau Timor ini berharap kebersamaan di kelas minat masak menjadi ruang bersama untuk memahami lebih jauh tentang kekayaan budaya dan kuliner Indonesia, khususnya pulau Timor.

Bu Wahya juga menyampaikan agar kita semakin mengenal berbagai jenis pangan lokal, mencintai pangan lokal Indonesia dan sering memanfaatkannya. Sesi foto  bersama menjadi penutup kegiatan kami. Terimakasih nona nona dari pulau Timor sudah membersamai kelas minat masak , kami nanti kedatangannya kembali. “Kita main ke pulau Timor aja yuk rame rame” seru anak anak antusias di iringi tepuk tangan yang meriah untuk kami semua di hari Rabu yang sangat iistimewa ini.[]

Ditulis oleh: Ety Dwi Lestari, Orang Tua SALAM

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *