Salah satu agenda rutin kelas di Sanggar Anak Alam adalah ‘home visit’. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari agenda kegiatan kelas. Bentuk kegiatannya adalah dengan mengunjungi rumah salah seorang kawan sekelas secara bergantian. Home visit dilakukan setiap satu bulan sekali. Tujuannya adalah untuk mengenal keseharian teman yang dikunjungi, mengenal anggota keluarga, dan mengenal lingkungan rumah teman. Tujuan lainnya tentu saja untuk bersilaturahmi dengan teman dan keluarga yang dikunjungi dengan bonus bermain dan belajar bersama.
Sejak anak saya kelas 2 ada sedikit perubahan dalam melakukan home visit. Bisa jadi, karena sebagian besar sudah bersama sejak di kelas KB. Seiring dengan berjalannya waktu, timbul ‘kejenuhan’ jika setiap tahun berkegiatan di rumah yang itu-itu saja. Akhirnya berdasar kesepakatan sebagian besar orang tua, kegiatan home visit bisa dilakukan di mana saja. Tetapi tanggung jawab kegiatan tetap berada di orang tua/ kelompok orang tua yang ‘mengunduh’.
Camping dan Hujan Deras di Pagi Hari
Kali ini Kal, Ave, dan Kenzie mendapat giliran mengunduh. Kelompok ini bersepakat untuk camping di sekolah dengan kegiatan utama ‘meramban’, yaitu kegiatan mencari tumbuhan liar untuk bahan pangan atau pengobatan.
Acara camping disepakati hari Jumat (1/11/2024) – Sabtu (2/11/2024). Namun, Jumat pagi Jogja dilanda hujan deras. Lewat group WhatsApp kelas, beberapa orang tua bercerita tentang kegelisahan anak-anak melihat cuaca pagi itu.
Beraksi Setelah Hujan Reda
Untungnya, setelah siang hujan pun reda. Anak-anak dan orang tua mulai berdatangan. Halaman sekolah terlihat tidak becek. Artinya, tenda bisa tetap berdiri di halaman itu. Kegiatan diawali dengan membuat tempe mendoan, menyiapkan bahan makan malam, dan mendirikan tenda-tenda. Semakin sore, semakin banyak orang tua yang turut bergabung.
Sementara anak-anak bermain, orang tua bersama fasilitator pun terlibat dalam menemani anak-anak dan menyiapkan kebutuhan logistik selayaknya camping serius di camping ground. Perlengkapan untuk memasak tak hanya mengandalkan kompor gas, tapi juga menggunakan anglo. Sebelum digunakan untuk memasak, Yoyo yang suka dengan tantangan menyalakan pengapian ikut menyiapkan arang hingga siap digunakan.
Kegiatan Malam yang Seru
Selain untuk membakar bakso, anglo yang ada juga digunakan untuk memasak menu makan malam yang Jogja banget, yaitu mi godog. Ibu-ibu kelas tiga yang kebanyakan aktif di ekstrakurikuler Kelas Memasak dalam waktu singkat berhasil membuat mi godog yang lezat.
Setelah mie godog matang, anak-anak membuat antrian untuk mengambil makan. Selesai makan malam, acara dilanjutkan dengan kegiatan bebas. Anak-anak perempuan bermain monopoli. Sementara sebagian anak laki-laki melihat Kenzie yang menunjukkan game hasil buatannya di laptop. Lalu sebagian lagi bermain ‘jek-jekan’/’benteng-bentengan’ di lapangan. Berkejaran sampai keringat membasahi baju mereka.
Perang Kentut dan Penampakan!
Selesai acara bebas, anak-anak diajak untuk membersihkan diri. Lalu mereka masuk tenda dan bersiap untuk tidur. Ternyata untuk mengajak mereka istirahat tidaklah semudah yang dibayangankan. Di dalam tenda pun anak-anak laki-laki masih terus bermain bahkan perang kentut! Akhirnya, sekitar jam 00.30, tenda mulai sepi.
Keesokan harinya, Bu Wiwin, fasilitator kelas 3, bercerita bahwa Kal dan Jojo semalam mengatakan melihat ‘anomali’. Mereka melihat bayangan putih di dekat permainan prosotan, dan bayangan hitam di dekat permainan panjat tali. Entah benar atau tidak, tapi menurut mereka tidak lama setelah penampakan itu mereka pun terdiam lalu tertidur hingga pagi.
Meramban di Sabtu Pagi
Sabtu pagi sekitar pukul 06.00 satu demi satu terbangun. Sebagian orang tua membuat roti bakar untuk pengisi perut. Setelah banyak anak bangun, mereka mulai kegiatan pagi dengan beberapa permainan fisik.
Sekitar pukul 07.30 kegiatan meramban dimulai. Tidak perlu berjalan jauh, karena di sekitar sekolah ada banyak tanaman yang bisa diramban. Di antaranya bayam liar, krokot, bunga telang, rosella, daun mangkok, daun kangkung liar, bunga israel, genjer, dan lain-lain. Hasil meramban juga dilengkapi dengan hasil ‘meramban’ milik warga sekitar seperti tomat, cabai, rosella, daun mint, dan kenikir.
Setelah dirasa cukup, hasil ramban itu diolah menjadi teh rosella, telur dadar ramban, dan lalapan genjer. Olahan tersebut menjadi menu sarapan pendamping tongseng ayam yang telah disiapkan oleh orang tua Kenzie.
Membungkus Pengetahuan
Setelah makan, semua kenyang dan didera rasa mengantuk. Tapi kegiatan harus berlanjut. Para orang tua dan anak-anak membongkar tenda, membersihkan alat makan, dan tentu saja membersihkan area berkemah.
Tidak ada yang tidak terlibat di setiap kegiatan. Hal ini menjadi salah satu kekuatan kebersamaan orang tua dalam berkegiatan bersama. Setelah merapikan alat, kami duduk bersama untuk kilas balik singkat kegiatan bersama anak-anak. Hal ini sangat penting untuk membungkus pengetahuan yang mereka unduh lewat setiap kegiatan dan peristiwa yang terjadi.
Saat ditanya apakah home visit berikutnya mau camping lagi, dengan serempak mereka menjawab mau. Mereka juga meminta kegiatannya dilaksanakan di dekat Pantai Kwaru, di rumah kakek salah satu anak.
Terima kasih atas kebersamaannya teman-teman kecil dan ortu yang hebat. Sampai bertemu di acara camping berikutnya!
Sanggar Anak Alam, 1-2 November 2024,
Irawan TN, ayah Kalandra-Kinanti
SALAM (Sanggar Anak Alam), Laboratorium Pendidikan Dasar, berdiri pada tahun 1988 di Desa Lawen, Kecamatan Pandanarum, Banjarnegara.
Leave a Reply