Pada awal semester ini, kelas 5 di SD SALAM (Sanggar Anak Alam), memulai dengan menyepakati jadwal untuk kegiatan “home visit” – sebuah kegiatan di mana siswa mengunjungi rumah temannya. Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat kebersamaan antara siswa, fasilitator, dan orang tua, sambil belajar dalam suasana yang lebih santai dan akrab. Namun, setelah mendiskusikan dengan para orang tua, ternyata ada sebagian dari mereka yang merasa kesulitan jika harus menjadi tuan rumah tunggal. Ada berbagai pertimbangan, mulai dari keterbatasan ruang hingga waktu dan kesiapan untuk menjamu tamu dalam jumlah yang cukup besar. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk mengubah konsep kegiatan ini. Dalam satu bulan, tuan rumahnya tak lagi dipegang oleh satu keluarga saja, melainkan dua keluarga yang bekerja sama.
Dengan cara ini, beban menjadi tuan rumah dapat terbagi, sehingga lebih ringan bagi masing-masing keluarga. Selain itu, kolaborasi antara dua keluarga diharapkan dapat menciptakan suasana yang lebih hangat dan bervariasi, karena setiap keluarga bisa saling melengkapi dalam menyajikan pengalaman unik untuk anak-anak. Saya dan Mbak Esthi sepakat untuk mengisi jadwal di bulan Oktober. Kami berdua siap untuk berkolaborasi dalam menyambut teman-teman Naka di rumah, dengan harapan bahwa kegiatan ini akan memberikan pengalaman yang menyenangkan dan mendidik bagi mereka. Dengan begitu, semangat kebersamaan dan gotong royong yang menjadi nilai utama di SD SALAM dapat terus terjalin.
Ketika hari pelaksanaan semakin dekat, kami berkumpul kembali untuk membahas persiapan lebih lanjut. Setelah berdiskusi, akhirnya disepakati bahwa kegiatan home visit akan dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober. Kami ingin agar kegiatan ini tidak hanya menjadi kunjungan biasa, tetapi tetap terhubung dengan pembelajaran yang sehari-hari terjadi di sekolah. Oleh karena itu, saya dan Mbak Esthi memutuskan untuk melibatkan fasilitator kelas 5 dalam diskusi persiapan.
Beberapa kali pertemuan diadakan untuk membahas detail kegiatan. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut, kami mengidentifikasi berbagai hal yang menjadi tantangan di kelas. Kami juga mencatat progres riset masing-masing anak, mendengarkan harapan orang tua, serta mendiskusikan ide dan masukan dari fasilitator untuk menyusun konsep home visit kali ini. Dari hasil diskusi yang mendalam dan kolaboratif ini, muncul banyak masukan berharga yang membantu kami merancang kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan semua pihak.
Kami sepakat untuk mengadakan home visit di rumah Mbak Esthi. Kegiatan ini akan berbentuk petualangan dengan misi khusus, yang kami kemas dalam sebuah cerita tentang persahabatan. Konsep ini diharapkan dapat memberikan pengalaman yang penuh makna bagi anak-anak, sekaligus memungkinkan mereka belajar tentang nilai kerja sama, kepedulian, dan saling mendukung satu sama lain. Dengan menyusupkan elemen-elemen cerita dan misi, kami berharap home visit ini menjadi pengalaman yang mengesankan dan memperkuat hubungan mereka di dalam kelas.
Saat kami mencari judul yang tepat dan menarik untuk kegiatan home visit ini, kami memutuskan untuk mencoba sesuatu yang berbeda dengan menggunakan bahasa Inggris agar terdengar lebih menarik bagi anak-anak. Setelah mempertimbangkan beberapa ide, kami akhirnya menemukan satu judul yang terasa pas: The Hidden Treasure of Friendship. Kami merasa judul ini mampu menggambarkan misi petualangan yang ingin kami hadirkan, sekaligus menyiratkan makna persahabatan yang menjadi tema besar dalam kegiatan ini. Untuk memastikan penulisannya benar, kami pun memeriksa judul tersebut di Google. Ternyata, kami malah menemukan bahwa judul ini sudah digunakan dalam beberapa cerita persahabatan lainnya dalam bahasa asing. Ada banyak cerita di luar sana yang menggunakan judul serupa dan berfokus pada tema persahabatan.
Meski begitu, justru penemuan ini semakin meyakinkan kami bahwa The Hidden Treasure of Friendship adalah pilihan yang tepat. Selain terdengar menarik, judul ini juga memiliki daya tarik universal dan pesan yang relevan untuk anak-anak. Kami pun memutuskan untuk tetap menggunakan judul tersebut, berharap bahwa kegiatan ini akan membawa anak-anak pada “petualangan” yang menguatkan ikatan persahabatan mereka dan mengungkap “harta karun” berupa nilai-nilai berharga yang bisa mereka bawa bersama.
Kami membaca beberapa cerita untuk mencari inspirasi dan menemukan ide yang menarik. Setelah memodifikasinya sedikit, kami memutuskan untuk membuat sebuah cerita pembuka yang menggunakan sosok imajiner bernama Sarah. Melalui surat yang seolah-olah dikirim oleh Sarah, kami ingin menarik perhatian anak-anak kelas 5, membuat mereka penasaran, dan membangun suasana petualangan yang seru dan penuh makna. Berikut adalah isi surat yang dikirimkan Sarah kepada mereka:
The Hidden Treasure of Friendship
Dear teman-teman kelas 5 Sanggar Anak Alam,
Namaku Sarah. Aku baru saja pindah ke kota yang baru bersama keluargaku. Di sini, aku bertemu dengan teman-teman baru dan kami memulai petualangan yang tak terlupakan. Dalam perjalanan kami, kami menemukan sebuah harta karun yang tersembunyi! Bayangkan, kami menemukan sebuah kotak tua penuh dengan koin-koin kuno yang berharga.
Namun, kegembiraan kami berubah menjadi perpecahan. Kami mulai saling berebut, masing-masing merasa paling berhak atas harta itu. Persahabatan kami yang awalnya kuat pun mulai diuji. Akhirnya, kami sadar bahwa persahabatan kami lebih berharga daripada sekadar koin-koin kuno itu. Jadi, dengan sepakat, kami menyumbangkan harta karun itu ke museum agar bisa dinikmati oleh semua orang tanpa merusak persahabatan kami.
Dari pengalaman ini, aku belajar bahwa ada harta karun yang jauh lebih berharga dari apapun yang bisa kita temukan—yaitu persahabatan. Itulah yang ingin kubagikan dengan kalian. Aku mengirimkan sebuah kotak rahasia, yang hanya bisa kalian buka setelah kalian menyelesaikan 5 tantangan pos dalam perjalanan bersama tim kalian. Tantangan ini akan menuntun kalian menuju harta karun persahabatan yang sejati.
Selamat bertualang dan temukan harta karun persahabatan yang sebenarnya, kawan-kawan!
Salam hangat,
Sarah
Dengan surat ini, kami berharap anak-anak akan merasa tertantang dan antusias untuk mengikuti petualangan dalam home visit kali ini. Misi yang diberikan Sarah akan mengajak mereka untuk bekerja sama, saling mendukung, dan memahami bahwa persahabatan adalah “harta karun” yang tak ternilai, bahkan lebih berharga daripada benda apa pun yang mereka temukan di dunia ini.
Kami akan memulai petualangan ini saat kegiatan home visit nanti. Walaupun sudah memiliki beberapa ide, tidak semuanya disiapkan jauh-jauh hari. Ada beberapa ide baru yang muncul bahkan pada H-2, namun semangat persiapan tetap terasa.
Dalam perencanaan kami yang lebih rinci, kami memutuskan untuk membuat lima pos tantangan yang harus dilalui oleh anak-anak. Mereka akan dibagi ke dalam tiga kelompok, dengan tujuan agar setiap anak dapat berinteraksi dengan teman-teman lain di luar kelompok biasanya. Kami menyusun anggota kelompok dengan seksama, memperhatikan kepribadian dan interaksi mereka di kelas agar pembauran dapat terjadi dengan lebih alami. Pembagian kelompok ini tentu sudah kami diskusikan dengan para fasilitator, memastikan bahwa komposisi setiap kelompok sesuai dan mendukung tujuan kegiatan.
Setiap kelompok akan didampingi oleh satu fasilitator, yang akan membantu mengarahkan serta mengamati perjalanan mereka selama mengikuti tantangan di tiap pos. Kami berharap, dengan lima pos ini, anak-anak tidak hanya bersenang-senang, tetapi juga belajar tentang kerja sama, komunikasi, dan pentingnya saling menghargai dalam tim.
Dalam petualangan ini, kami telah merancang lima pos dengan tema dan aktivitas yang berbeda: Pos Persiapan, Pos TTS, Pos Membangun, Pos Soal Cerita, dan Pos Sharing dan Refleksi. Setiap pos dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang unik dan menantang, sambil tetap menyenangkan bagi anak-anak. Untuk menuju ke masing-masing pos, tiap kelompok akan diberikan kertas petunjuk yang berbeda, menambah elemen kejutan dan meningkatkan keterampilan mereka dalam membaca instruksi.
Petunjuk yang diberikan bukan berupa peta sederhana. Sebaliknya, mereka akan menghadapi serangkaian kalimat petunjuk yang memanfaatkan arah mata angin, petunjuk berbasis lokasi seperti bangunan atau pohon, serta arahan yang menggunakan penunjuk waktu (seperti arah jam) atau sudut derajat. Kami berharap pendekatan ini mengasah keterampilan mereka dalam navigasi dan pemahaman ruang, serta menambah rasa antusiasme dalam menemukan setiap pos.
Sebelum menetapkan lokasi pos-pos ini, kami telah melakukan survei menyeluruh di rumah Mbak Esthi, di Kampung Gendingan. Survei ini memastikan bahwa petunjuk yang diberikan kepada anak-anak akurat dan sesuai dengan kondisi lapangan. Dengan informasi arah dan lokasi yang valid, kami percaya anak-anak akan mendapat pengalaman yang lebih lancar dan menyenangkan dalam menemukan setiap pos serta menjalani petualangan dengan penuh semangat.
Selama petualangan menuju setiap pos, anak-anak tidak hanya akan menikmati pengalaman seru, tetapi juga mempraktikkan nilai-nilai penting: menjaga diri, menjaga teman, dan menjaga lingkungan. Sikap-sikap ini akan mereka sepakati bersama saat berkumpul di Pos Persiapan. Dengan menyepakati prinsip-prinsip ini di awal, kami berharap mereka lebih peka terhadap keselamatan pribadi, peduli terhadap teman-temannya, dan sadar akan kelestarian lingkungan sekitar.
Sebagai tambahan, setiap kelompok akan dibekali dengan roti kasur dan buah jeruk. Namun, pembagian bekal ini bukan tanpa tantangan—anak-anak harus membagi makanan tersebut dengan jumlah yang sama untuk semua anggota kelompok. Kami akan memberikan petunjuk tertulis mengenai cara membagi bekal ini, yang secara halus akan memperkenalkan mereka pada konsep pecahan. Dengan begitu, mereka tidak hanya belajar berbagi secara adil, tetapi juga memahami dasar-dasar pembagian dan perhitungan sederhana dalam situasi nyata. Kegiatan ini diharapkan menjadi kesempatan untuk belajar tentang keadilan dan kerja sama, serta mengaplikasikan matematika dengan cara yang menyenangkan dan bermakna.
Kami menyusun jadwal kegiatan dengan rinci agar petualangan home visit berjalan lancar dan setiap pos dapat dijalani dengan cukup waktu untuk berinteraksi dan belajar. Berikut alur waktu yang telah kami susun:
Kegiatan dimulai di Pos 1 pada pukul 09.00 dan berlangsung selama 30 menit, memberikan anak-anak cukup waktu untuk memulai petualangan dengan berbagai persiapan dan penjelasan yang diperlukan. Pada pukul 09.30, mereka akan berangkat menuju Pos 2, yang membutuhkan waktu sekitar 10 menit perjalanan.
Setibanya di Pos 2 pada pukul 09.40, mereka akan melanjutkan tantangan berikutnya selama 30 menit hingga pukul 10.10, di mana mereka akan beristirahat selama 15 menit. Waktu istirahat ini memungkinkan anak-anak untuk melepaskan lelah dan berbagi cerita pengalaman awal sebelum melanjutkan ke pos selanjutnya.
Pada pukul 10.25, mereka akan memulai perjalanan menuju Pos 3, yang diharapkan memakan waktu sekitar 10 menit. Pos 3 dimulai pada pukul 10.35 dan akan berlangsung selama 30 menit hingga 11.05. Setelah itu, mereka akan berangkat menuju Pos 4 pada pukul 11.15, yang juga ditempuh dalam waktu 10 menit perjalanan.
Pos 4 akan berlangsung mulai pukul 11.15 hingga 11.45, memberikan anak-anak waktu untuk menyelesaikan tantangan yang disiapkan di sana. Setelah itu, mereka akan melanjutkan perjalanan selama 10 menit menuju Pos 5 pada pukul 11.55.
Pos 5, yang merupakan pos terakhir sekaligus pos refleksi, dimulai pada pukul 11.55 dan berlangsung hingga 13.00. Di pos ini, anak-anak akan diajak untuk merefleksikan pengalaman mereka selama petualangan, berbagi cerita, serta mengikat makna dari setiap tantangan yang telah mereka lalui.
Kegiatan akan diakhiri dengan doa penutup pada pukul 13.00, mengakhiri petualangan dengan suasana penuh syukur dan harapan bahwa pengalaman yang mereka peroleh akan bermanfaat di kemudian hari. Jadwal ini diharapkan memberikan struktur yang cukup fleksibel, memungkinkan mereka menikmati setiap pos dengan penuh makna tanpa merasa terburu-buru.
Kami berusaha mempersiapkan segala sesuatunya sebaik mungkin agar kegiatan home visit ini berjalan lancar dan menyenangkan bagi anak-anak. Untuk mempermudah koordinasi, Mbak Esthi membuat grup WhatsApp yang melibatkan para fasilitator dan beberapa orang tua yang diminta membantu menjaga pos. Grup ini menjadi media komunikasi yang efektif untuk berbagi informasi, memastikan setiap orang memahami peran mereka, serta memantau perkembangan persiapan secara langsung.
Selain itu, kami mengadakan pertemuan koordinasi di sekolah. Pertemuan ini memungkinkan kami membahas detail kegiatan, memastikan semua kebutuhan di tiap pos terpenuhi, dan membahas berbagai skenario yang mungkin terjadi di lapangan. Dengan demikian, semua orang yang terlibat siap dengan tanggung jawab masing-masing.
Pada H-1, setelah melakukan pengecekan akhir, kami merasa semua sudah lengkap dan sesuai rencana. Persiapan yang matang membuat kami optimis bahwa kegiatan home visit esok hari akan berjalan dengan baik, memberikan pengalaman berharga bagi anak-anak, serta mempererat kerja sama dan kekompakan antar anggota kelompok.
Pagi hari sebelum acara dimulai, Mbak Esthi melakukan konfirmasi ulang dengan salah satu tetangganya yang rumahnya akan dijadikan lokasi Pos Soal Cerita. Saat ia sampai, ia mendapati bahwa cucu tetangganya sedang berkunjung dan kemungkinan besar akan tidur siang pada jam anak-anak tiba di pos tersebut. Karena tidak ingin mengganggu kenyamanan tetangganya, kami memutuskan untuk mengubah lokasi Pos Soal Cerita.
Sebagai solusinya, kami memindahkan pos tersebut ke area lain yang cukup nyaman, yaitu di ujung turunan sebelah utara rumah Mbak Esthi. Lokasi ini dipilih karena tetap mudah diakses oleh anak-anak, dan suasananya cukup mendukung untuk kegiatan belajar sambil bermain tanpa mengganggu siapapun. Dengan perubahan ini, kami berharap kegiatan tetap berjalan lancar dan seluruh peserta bisa menikmati tantangan di Pos Soal Cerita dengan nyaman.
Hal kedua yang menjadi ganjalan dalam persiapan kegiatan home visit adalah lokasi Pos Membangun. Awalnya, kami merencanakan untuk menempatkan pos ini di bawah pohon nangka, di dekat penjual sate ayam. Namun, setelah mempertimbangkan kembali, kami menyadari bahwa kondisi di sana tidak memungkinkan. Kami membutuhkan area yang lebih luas dan nyaman bagi anak-anak untuk bergerak dan beraktivitas. Akhirnya, kami sepakat untuk memindahkan Pos Membangun ke area panggung di Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Dengan berubahnya lokasi pos, kami harus merevisi kertas petunjuk yang sudah kami cetak semalam. Meskipun hal ini sedikit merepotkan, kami merasa masih ada waktu untuk melakukan perbaikan. Mbak Esthi mendiktekan perubahan yang diperlukan, sementara saya mengetik dengan cepat. Segera setelah selesai, saya bergegas ke kios fotokopi terdekat yang menawarkan layanan cetak. Dalam waktu singkat, kertas petunjuk yang baru sudah siap. Kami merasa lega karena anak-anak belum semua datang, sehingga kami masih bisa menyelesaikan semua persiapan tepat waktu.
Kira-kira pada pukul 9.30, kegiatan pun dimulai. Setelah mengadakan doa bersama untuk memohon kelancaran acara, kami memberikan pengantar di Pos Persiapan. Kami membagi tugas agar semua berjalan efektif. Saya menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan di Pos Persiapan, sementara Mbak Esthi mengantar para orang tua yang sudah bersedia menjadi penjaga pos, sekaligus menjelaskan kembali tugas mereka di masing-masing pos.
Ada Mbak Olen dan Mbak Ningrum yang bertugas di Pos Soal Cerita, serta Mbak Hanie dan Mbak Cella di Pos TTS. Pak Fredy dan Pak Hoho ditugaskan di Pos Membangun. Sementara itu, saya dan Mbak Esthi berjaga di Pos Persiapan dan juga di pos terakhir, bersiap menjadi runner yang berkeliling ke setiap pos secara bergantian. Kami siap sedia jika ada yang dibutuhkan, memastikan semua berjalan sesuai rencana dan anak-anak dapat menikmati petualangan dengan maksimal.
Pos Persiapan adalah tempat pertama bagi semua kelompok untuk memulai tantangan mereka, dan lokasi ini berada di rumah Mbak Esthi. Saya membuka kegiatan dengan membacakan surat dari Sarah kepada anak-anak, memberikan mereka gambaran tentang petualangan yang akan mereka jalani. Setelah itu, tugas-tugas pun diberikan. Anak-anak harus menentukan nama kelompok dan menciptakan yel-yel yang unik. Selain itu, mereka juga harus membuat kesepakatan penting terkait sikap jaga diri, jaga teman, dan jaga lingkungan selama kegiatan.
Di Pos Persiapan, setiap kelompok diberikan beberapa form yang akan membantu mereka dalam melaksanakan tantangan. Ada form fasilitas, form petunjuk, dan form pembagian bekal. Form fasilitas berbentuk tabel dengan empat kolom, masing-masing berisi kategori: tanya teman, tanya fasi, tanya orang tua, dan tanya warga. Setiap kelompok diperbolehkan menggunakan fasilitas ini hanya sekali di setiap kolomnya jika mereka mengalami kesulitan dalam mengerjakan tantangan di pos.
Anak-anak terlihat sangat bersemangat di pos ini. Kreativitas mereka muncul ketika menentukan nama kelompok. Yel-yel yang mereka ciptakan juga sangat seru dan menghibur.
Kelompok pertama yang bernama Magot terdiri dari Lita, Angger, Aleta, dan Naka, dengan pendamping Mbak Bekti. Kelompok kedua, Huha, beranggotakan Ayya, Faiz, Rakkai, dan Atta, yang didampingi oleh Mbak Nindy. Sementara itu, kelompok ketiga, RRQ, didampingi oleh Bopo dan terdiri dari Gara, Ganis, Ael, Rae, dan Dydy. Sayangnya, ada beberapa teman yang tidak bisa hadir, seperti Sakha, Awa, Puan, dan Ella.
Setelah semua kelompok siap dan memiliki nama serta yel-yel mereka, kami melakukan koordinasi melalui grup WhatsApp untuk memastikan bahwa para penjaga pos sudah bersiap. Dengan semangat yang tinggi, setiap kelompok pun berangkat ke arah yang dituju, sesuai dengan kertas petunjuk yang telah dibagikan. Suasana di Pos Persiapan dipenuhi kegembiraan dan harapan akan petualangan yang akan mereka jalani.
Pos Soal Cerita terletak di ujung turunan sebelah utara rumah Mbak Esthi. Di sinilah kelompok-kelompok anak kelas 5 akan mengerjakan tantangan matematika yang menarik. Tiga soal cerita yang disiapkan berhubungan dengan riset beberapa anak, dan masing-masing soal mengangkat tema yang berbeda: pembuatan kandang ayam, belanja daging rendang, dan rangkaian kalung manik-manik.
Saat mereka mulai mengerjakan soal-soal ini, terlihat berbagai pendekatan yang digunakan oleh masing-masing kelompok. Beberapa kelompok memilih untuk membagi soal di antara anggota mereka, sementara yang lain lebih memilih untuk mengerjakannya bersama-sama. Ini menciptakan suasana kolaboratif yang penuh semangat. Di antara mereka, ada anak yang sudah mengerti tentang hitungan persentase dan dapat dengan percaya diri menyelesaikan soal tersebut, tetapi tidak sedikit yang masih kesulitan dengan konsep ini. Sementara beberapa dari mereka sudah memahami cara kerja soal-soal yang diberikan, mereka masih menghadapi tantangan dalam ketelitian saat melakukan perhitungan.
Selain itu, tampak juga ada beberapa anak yang mengalami kesulitan membaca simbol penulisan Rupiah, sedangkan yang lain sudah cukup terbiasa dan cepat memahami konteks soal. Semua anak memiliki keunikan masing-masing dalam cara mereka mengerjakan soal-soal ini, tetapi satu hal yang pasti: mereka semua memahami tujuan dari soal yang diberikan.
Hasil kerja di Pos Soal Cerita ini tidak hanya akan menjadi bagian dari kegiatan hari itu, tetapi juga dapat menjadi bahan pembahasan lebih lanjut di kelas atau di rumah. Dengan pendekatan yang beragam dan suasana belajar yang aktif, pengalaman di pos ini menjadi lebih dari sekadar menjawab soal; ini adalah kesempatan bagi anak-anak untuk mengeksplorasi pemahaman matematika mereka sambil bekerja sama dan belajar dari satu sama lain.
Pos TTS menjadi salah satu pos yang paling disukai oleh anak-anak dan banyak dibicarakan hingga akhir kegiatan. Berlokasi di halaman rumah Pak Yudhis, yang juga merupakan tetangga Mbak Esthi, pos ini menawarkan tantangan seru bagi setiap kelompok.
Untuk pos ini, kami telah menyiapkan 27 pertanyaan yang harus dijawab oleh anak-anak. Mbak Esthi, yang bertanggung jawab untuk merancang kotak-kotak teka-teki silang, melakukan beberapa kali perombakan agar susunan kotak terlihat proporsional, baik untuk pertanyaan yang mendatar maupun yang menurun. Sementara itu, saya bertugas mengetik semua pertanyaan, memastikan penomoran dan jumlah kotak untuk setiap jawaban sudah tepat dan sesuai.
Pertanyaan-pertanyaan yang kami buat memiliki tema riset anak-anak, mencakup berbagai tingkat kesulitan, sehingga dapat menantang pemikiran mereka. Beberapa kelompok tampak sangat antusias saat menjawab, sementara yang lain memilih untuk memanfaatkan fasilitas bertanya yang disediakan di pos ini.
Contohnya, Dydy dan Gara memutuskan untuk menelepon Mbak Olen, yang merupakan mama Naka, untuk bertanya mengenai nama lain vanili. Mereka memilih untuk bertanya kepada Mbak Olen karena Naka sedang melakukan riset tentang vanili, jadi mereka berpikir Mbak Olen pasti tahu jawaban yang tepat.
Suasana di Pos TTS sangat hidup dan penuh keceriaan. Anak-anak tertawa, berdiskusi, dan saling membantu satu sama lain saat mengisi kotak-kotak teka-teki. Pos ini bukan hanya menguji pengetahuan mereka, tetapi juga meningkatkan kerjasama antar anggota kelompok. Dengan berbagai pertanyaan yang menantang dan kolaborasi yang baik, Pos TTS menjadi pengalaman belajar yang sangat berharga dan menyenangkan bagi semua anak.
Pos Membangun adalah pos yang mengedepankan kreativitas dan pemahaman konsep matematika, berlokasi di panggung Ruang Terbuka Hijau (RTH). Di sini, anak-anak berkesempatan untuk berimajinasi sambil belajar melalui penggunaan balok-balok domino beraneka warna. Mereka dibagi dalam kelompok dan memiliki dua tugas utama.
Pertama, setiap kelompok harus membuat tiga bangunan candi yang serupa, memastikan bahwa susunan dan pola yang dibuat sama persis. Tugas kedua adalah merancang susunan ubin di lantai dengan jumlah total 40 balok, di mana mereka juga harus menciptakan dua alternatif bentuk untuk ubin tersebut.
Kegiatan ini tidak hanya mengasah kreativitas anak-anak, tetapi juga menjawab kebutuhan kelas dalam memahami bangun datar dan bangun ruang, serta konsep keliling dan luas. Setelah menyusun bangunan candi, anak-anak diharuskan menghitung jumlah balok yang digunakan, sehingga mereka secara otomatis mengenal konsep kelipatan dan pola. Ini menjadi kesempatan bagi mereka untuk berlatih berhitung dengan cara yang menyenangkan.
Setelah berhasil membuat pemasangan ubin, anak-anak diajak untuk menghitung keliling menggunakan penggaris, yang juga memberi mereka pemahaman lebih dalam mengenai konsep luas. Namun, selama proses ini, terlihat ada beberapa kelompok yang masih tertukar antara konsep keliling dan luas, menunjukkan bahwa pemahaman mereka masih perlu diperdalam.
Yang menarik dari Pos Membangun adalah beragam cara yang digunakan anak-anak dalam melakukan perkalian saat menghitung luas. Beberapa di antara mereka mampu menghitung dengan cara bersusun secara lancar, sementara yang lain menggunakan konsep penjumlahan berulang, menjumlahkan sedikit demi sedikit. Ada pula yang tampak hanya menerawang dan melihat-lihat, namun ternyata mampu memberikan jawaban yang tepat dan menjelaskan pemikirannya secara lisan.
Suasana di pos ini sangat hidup, dipenuhi tawa dan semangat, saat anak-anak saling membantu dan berkolaborasi dalam menyelesaikan tugas. Pos Membangun menjadi pengalaman belajar yang tidak hanya mendidik, tetapi juga menyenangkan, mengajak anak-anak untuk berpikir kreatif dan memahami konsep-konsep matematika dengan cara yang menarik.
Pos Sharing dan Refleksi adalah tempat di mana semua kelompok berkumpul kembali setelah menjalani berbagai tantangan di pos-pos sebelumnya. Terletak di rumah Mbak Esthi, pos terakhir ini diadakan dengan pertimbangan bahwa anak-anak pasti kelelahan setelah beraktivitas sepanjang hari. Waktu menunjukkan sekitar pukul 12 siang, sehingga kegiatan di pos ini diawali dengan makan siang bersama. Agar suasana lebih rileks, kami telah meminjam speaker bluetooth dari Pak Yudhis dan memutar musik dari YouTube melalui ponsel saya. Suasana semakin ceria saat semua orang makan dengan lahap sambil bersantai.
Menu yang kami sajikan kali ini adalah gado-gado, yang terkenal aman dan mengenyangkan. Menu ini sangat cocok bagi mereka yang vegetarian, karena telur, salah satu lauknya, disajikan terpisah. Setiap orang dapat mengambil secukupnya sesuai selera, menciptakan suasana kebersamaan dan saling berbagi.
Setelah makan, anak-anak kembali dikumpulkan dalam formasi lingkaran. Saya yang bertugas memimpin sesi refleksi dan sharing. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk menceritakan proses yang telah mereka jalani, bagaimana perasaan mereka, tantangan yang paling sulit dan paling disukai, serta momen-momen berkesan selama perjalanan. Dalam sesi ini, beberapa anak menyampaikan evaluasi tentang kesulitan yang mereka hadapi saat mengerjakan soal. Para fasilitator pun sepakat untuk membahas kembali masalah ini di kelas minggu depan. Kami juga mengamati anak-anak yang memerlukan pendampingan khusus, baik dalam interaksi dan kerja sama dengan teman, maupun anak-anak yang lebih senang bekerja sendiri. Hal ini menjadi penting agar kami bisa memberikan fasilitasi yang tepat untuk mengoptimalkan potensi setiap anak melalui kegiatan harian di kelas dan di rumah.
Salah satu pengalaman yang menarik datang dari kelompok Bopo, yang tersesat saat mengikuti petunjuk menuju pos berikutnya. Seharusnya mereka hanya perlu melewati gapura menuju tempat yang dituju, tetapi mereka malah masuk ke dalam gapura tersebut, mengakibatkan mereka tersesat selama kurang lebih 30 menit. Meskipun demikian, semangat mereka untuk menyelesaikan tantangan tidak pudar hingga akhir.
Bagi kami, selaku tuan rumah home visit kali ini, kegiatan ini sangat memuaskan. Meskipun ada beberapa kendala yang muncul, semua bisa diatasi tanpa mengganggu proses secara keseluruhan. Kami juga dapat melihat anak-anak kami berproses bersama, yang memberikan kebahagiaan tersendiri.
Satu hal yang berkesan bagi kami adalah ini adalah pertama kalinya home visit diadakan, namun rumah kami sepi tanpa kehadiran orang tua, karena banyak dari mereka sudah memiliki peran masing-masing di pos. Sementara itu, orang tua yang tidak bertugas juga terbagi untuk menunggu di pos-pos. Hanya ada satu orang tua yang memilih menunggu di rumah Mbak Esthi, itu pun karena kebetulan datang terlambat. Suasana ini menunjukkan antusiasme dan kerjasama yang luar biasa dalam pelaksanaan kegiatan ini.
Setelah semua kelompok selesai membagikan pengalaman mereka, saya merasa sangat senang mendengar berbagai cerita dan perasaan yang mereka ungkapkan. Suasana di pos ini semakin hangat dan penuh keceriaan. Untuk menutup sesi dengan cara yang istimewa, saya pun membacakan surat terakhir dari Sarah, yang bunyinya:
“Selamat, kalian sudah menyelesaikan perjalanan dan misi kalian! Bagaimana rasanya? Seru bukan? Baiklah saatnya membuka kotak rahasia harta karun persahabatan!”
Dengan membacakan surat ini, saya melihat antusiasme dan rasa ingin tahu di wajah anak-anak. Mereka semua tampak bersemangat, menunggu momen pembukaan kotak rahasia yang dijanjikan. Dalam hati, saya juga merasakan kegembiraan; perjalanan ini bukan hanya tentang menyelesaikan tantangan, tetapi juga tentang membangun ikatan persahabatan di antara mereka. Dengan sabar, saya bersiap untuk membuka kotak tersebut, mengetahui bahwa di dalamnya terdapat lebih dari sekadar barang; ada simbol dari kerja keras dan kebersamaan yang telah mereka jalani.
Kemudian, Pak Bayu, papa Naka, masuk ke dalam ruangan dengan membawa sebuah kotak bambu berisi….
Janji untuk 2030.
Sebelumnya, kami sudah meminta Pak Bayu untuk berperan sebagai pengantar kotak rahasia dari Sarah. Di dalam kotak tersebut, kami telah menyimpan sesuatu yang istimewa. Saat anak-anak mulai membuka kotak itu dan melihat serta memegang isi di dalamnya, ekspresi kebingungan muncul di wajah beberapa anak. Namun, satu suara muncul dengan pemikiran yang sesuai dengan harapan kami.
“Kertas kosong bisa untuk nulis kenangan berharga!” seru Ayya.
Mendengar itu, saya pun menjelaskan lebih lanjut tentang makna kertas kosong yang merupakan isi dari kotak rahasia tersebut. Kertas-kertas itu bisa mereka gunakan untuk menuliskan kenangan mereka selama di kelas 5, atau kenangan kebersamaan yang telah terjalin sejak mereka di Taman Kanak-Kanak (TA) hingga kegiatan terakhir yang baru saja mereka lakukan.
Beberapa anak segera mulai menulis dan menggambar, sementara yang lain menuliskan secara singkat. Ada yang menulis dengan panjang lebar, dan ada juga yang kesulitan, bingung harus menuliskan apa. Anak yang kesulitan itu perlu sedikit dorongan dan dijauhkan dari keramaian agar bisa berkonsentrasi. Kami memberi mereka waktu sekitar 15 menit untuk menyelesaikan tulisan mereka. Setelah selesai menulis, kertas-kertas itu dilipat dan dimasukkan kembali ke dalam kotak. Inilah yang disebut the hidden treasure of friendship sejak awal—kenangan berharga tentang persahabatan yang telah dibangun, di mana berbagai dinamika telah terjadi, dan semua itu lebih berharga daripada harta karun emas sekalipun.
Anak-anak pun sepakat untuk menutup rapat kotak persahabatan tersebut, yang akan dibuka bersama pada tanggal 31 Oktober 2030. Jadi, enam tahun lagi, mereka berjanji untuk berkumpul kembali di tempat ini, rumah Mbak Esthi.
Untuk anak-anak yang tidak hadir, minggu depan mereka akan diberi kesempatan lagi untuk membuka kotak persahabatan dan menambahkan tulisan masing-masing ke dalamnya. Mbak Esthi akan membawanya ke sekolah, agar anak-anak sendiri yang bisa membuka dan memasukkan kertas kenangan yang berharga.
Setelah itu, kotak ditutup dan dihias dengan pita putih, diikat oleh Mbak Esthi. Kami semua berfoto bersama untuk mengabadikan momen berharga ini, kisah si kotak persahabatan. Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 13.50 WIB. Kegiatan ditutup dengan ucapan terima kasih dari anak-anak yang diwakili oleh Aleta, untuk semua penyelenggara home visit kali ini, dilanjutkan dengan doa pulang. Beberapa anak pulang lebih dulu, sementara sebagian lainnya masih ingin bermain bersama teman hingga sore tiba.
Apakah mereka akan mengingat dan merindukan kotak ini? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Orang Tua Siswa SALAM
Leave a Reply