Sekolah di rumah. Sebutan seperti itu bisa saja diremehkan banyak orang jika situasi saat ini normal. Namun seperti yang kita ketahui, situasi sekarang benar-benar tidaklah normal akibat wabah covid-19 yang merebak di berbagai belahan dunia. Kondisi inilah yang membuat banyak sekolah, kampus, bahkan perkantoran terpaksa mengubah sistemnya menjadi belajar/kerja di rumah.
Tidak ke sekolah bukan berarti benar-benar libur, tugas tetap diberikan dan harus dikerjakan seperti biasanya. Bagi beberapa orang sistem seperti ini mungkin membuat mereka mati gaya dan kesulitan. Yang sering bolos sekolah untuk jalan-jalan atau sekedar nongkrong di warung kopi jadi harus di rumah terus, yang biasanya memperhatikan pelajaran secara langsung atau mengerjakan tugas di kelas berubah jadi serba online. Tidak masalah seharusnya, toh zaman memang sudah canggih.
Ketika sekolah lain memulai kelas online menggunakan google classroom atau aplikasi yang bisa dipakai untuk bertatap muka dengan banyak orang, lain hal dengan kelas online versi SMA SALAM. Bukan fasilitator tapi Pak Toto Rahardjo sendiri yang memberi wejangan via instagram live pada tanggal 27 Maret 2020 kemarin. Inti pembahasan dari kelas tersebut adalah bahwa Pak Toto meminta kami, para siswa SMA, untuk terus melanjutkan riset yang sudah dirancang di awal semester. Pak Toto juga menjelaskan tahapan-tahapan yang sebisa mungkin diraih atau dijadikan capaian riset, yaitu:
- Deklaratif yang berarti suatu ide atau gagasan yang harus diungkapkan, alias pemetaan rancangan riset.
2. Pembuktian berarti hal yang sedang dilakukan sebagai bukti bahwa rancangan risetnya sedang dikerjakan.
3. Komulatif berarti tahap untuk memeprbesar volume atau banyaknya suatu karya.
4. Serial berarti tahapan pengembangan produk.
5. Pararel yaitu bagaimana riset kami dalam kaitannya dengan komunitas atau kegunaannya untuk orang lain.
Untukku sendiri, di minggu pertama sejak SALAM mengubah sistem belajarnya menjadi di rumah tanggal 16 Maret lalu, aku tidak begitu fokus dalam melanjutkan risetku. Risetku semester ini adalah menulis cerita anak. Waktu untuk belajar di rumah ini kupakai untuk menyelesaikan jurnal yang sempat berhenti di awal Maret. Selain itu aku lebih banyak melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci piring dan pakaian, bermain bersama keponakanku, dan nonton video di youtube.
Beberapa video yang kutonton tentang masak-masakkan, yang resepnya aku catat dan akan kupraktekkan di lain waktu. Mungkin itu penyebab kenapa minatku pada memasak saat ini sedang tinggi-tingginya, sehingga aku banyak mengisi kegiatanku di rumah dengan membantu mamaku masak.
Efek sering menonton video sampai malam membuat jam tidurku juga jadi berubah. Malamnya begadang, tahu-tahu pas bangun jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Kebiasaan tersebut terjadi selama kurang lebih lima hari, sampai-sampai aku rindu dengan suasana di pagi hari. Aku akui keseharianku tersebut tidak bagus, oleh karena itu di minggu kedua ini aku mencoba mengubah polanya.
Aku berusaha bangun lebih pagi dan berjemur di bawah sinar matahari agar badan bisa mendapat vitamin D, kemudian lebih sering membantu mamaku masak, dan juga olahraga. Aku jadi sering mengupdate apa yang aku masak hari itu di story instagram sebagai dokumentasi dari kegiatanku.
Di minggu ini pula aku bertekad untuk menuntaskan satu ceritaku yang tak kunjung selesai. Hal ini juga sudah aku konsultasikan kepada mentorku, Pak Gemak. Aku membuat target di Hari Minggu cerita tersebut harus sudah bisa kukirimkan pada Pak Gemak untuk dibaca. Hal lain yang kulakukan di minggu ini yaitu mencari bahan dan data tentang virus corona yang nantinya mau kujadikan infografis. Tugas membuat infografis tersebut diusulkan Bu Gerna untuk teman-teman SMA yang bergabung di kelas literasi. Untuk pengerjaan infografisnya sendiri aku bekerjasama dengan temanku, Rachel.
Bila ditanya sampai mana tahap risetku, jawabannya adalah risetku masih ditahap pembuktian, yang mana aku masih fokus dalam menyelesaikan cerita agar bisa dibukukan dan dibaca oleh banyak orang. []
Siswi SMA Eksperimental SALAM
Leave a Reply