Pekan depan tepatnya tanggal 23 April 2019, akan ada kegiatan Pesta Panen Wiwitan, sebuah prosesi wiwit panen—yang pada waktu dulu sebelum hibrida melanda, yakni prosesi mengambil padi yang sudah tua untuk disimpan dan kelak digunakan sebagai benih di masa tanam yang akan datang. Pesta Wiwitan ini akan dilaksanakan di area persawahan yang menyatu dengan Sanggar Anak Alam (SALAM), di mana anak-anak SALAM melakukan kegiatan belajar sehari-harinya.
“Wiwitan merupakan kearifan lokal yang memiliki nilai-nilai luhur budaya bangsa, karena memiliki ajaran tentang keseimbangan hidup antara manusia, alam dan Tuhan Penciptanya. Hal itu semestinya diolah dengan tata kelola yang benar”. Menarik, ketika Panitia penyelenggara kali ini mengungkapkan ide, bahwa seluruh rangkaiaan kegiatan Wiwitan harus memberikan manfaat nyata. Selain sebagai upaya pelestarian budaya, juga diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran untuk menjaga dan merawat lingkungan. Harapannya, warga SALAM bisa belajar bersama-sama sebagai insan yang bertanggung jawab secara menyeluruh sejak awal hingga akhir dari sebuah penyelenggaraan “pesta”. Artinya, ketika manusia mau mengadakan kegiatan yang melibatkan alam dan lingkungannya, secara sadar harus pula memikirkan seluruh tata kelolanya dengan benar.
Sorotan utama yang tetap dijadikan akar permasalahan adalah tata kelola sampah. Untuk itu, dirancanglah keinginan perhelatan “pesta minim sampah”. Sebagai upaya untuk meminimkan dampak, Panitia Penyelenggara mengadakan rangkaian workshop yang dianggap penting dengan tema “Jajan dengan Bijak”. Rangkaian workshop berlangsung selama 2 hari. Tema hari pertama adalah “Holistic Minimum Waste Lifestyle” yang dipandu oleh Bapak Yos Handani dari Rumah Inspirasi Jogja. Tema hari kedua adalah “Pengelolaan Sampah Basah dengan Inovasi Reaktor Cacing” oleh Bapak Puji Heru Sulistiyono dari Lembaga Pendidikan Pelatihan Penelitian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (LP4LH) Berbah Sleman Yogyakarta.
Rangkaian workshop sengaja dilaksanakan beberapa waktu sebelum pelaksanaan Pesta Wiwitan. Kesengajaan ini dengan tujuan untuk membangun konsep dasar sebagai pelaksana pesta dengan kesadaran penuh tanggung jawab. Seluruh Warga SALAM ingin mengajak kita semua, menjadikan sebuah pesta adalah ajang pembelajaran yang meninggalkan jejak manfaat baik bagi semua yang terlibat tidak hanya manusianya tetapi termasuk juga alam dan lingkungannya.
Workshop hari pertama diikuti oleh teman-teman kecil dari kelompok Taman Anak (TA), Kelompok Bermain (KB) dan SD kelas 1-3 beserta orang tuanya. Pada workshop ini, teman-teman kecil mendapatkan pengetahuan tentang siklus perjalanan sebuah sampah yang berasal dari bungkus jajanan sehari-hari. Slide dan video diperlihatkan bagaimana sampah berjalan dari sungai sampai ke laut dan masuk kembali ke dalam makanan sebagai sampah racun. Informasi yang dibawakan dengan cara lucu dan interaktif oleh Pak Yos, cukup berhasil menarik perhatian teman-teman kecil untuk antusias menyimak isi materi. Hampir 3 jam waktu berlalu dengan gembira, mereka mendapatkan pengetahuan agar tidak membuang sampah ke sungai, memilah sampah, membawa kotak bekal dan botol minum isi ulang dan juga informasi tentang fakta-fakta sampah yang tidak mudah terurai. Pemahaman pentingnya adalah ketika teman-teman kecil kemudian diajak untuk memiliki kesadaran Jajan dengan Bijak. Artinya, sejak awal anak-anak sudah diajak berpikir kritis ketika membeli sesuatu sudah mempertimbangkan untuk memilih kemasan minim sampah dan bertanggung jawab atas sampahnya sendiri.
Workshop hari kedua ditujukan untuk teman-teman besar dari kelas 4-6 SD, SMP & SMA beserta orangtuanya. Di awal workshop, Pak Puji menyampaikan bahwa anak-anak Salam harus bisa menjadi insan yang bermanfaat untuk kehidupan dengan pengetahuan yang dimiliki. Kunci utamanya adalah mau mulai melakukan. Pak Puji mengenalkan Teknologi Inovator Reaktor Cacing untuk pengelolaan sampah basah. Dengan teknologi sederhana tepat guna, sampah basah bisa diolah menjadi budidaya cacing yang memiliki nilai ekonomis, sehingga sampah tidak lagi menjadi masalah. Hanya dengan menggunakan bambu yang dibentuk menyerupai tabung dan juga ban bekas sebagai wadah ternak cacing, sampah organik bisa dikelola dengan lebih maksimal. Pada awalnya teman-teman Salam masih belum tampak antusias menanggapi apa yang disampaikan oleh pak Puji. Mungkin mereka belum melihat apa menariknya bisnis yang identik dengan kesan kotor dan menjijikkan ini.
Situasi berubah ketika Pak Puji menawarkan solusi pengelolaan sampah selanjutnya, yaitu memanfaatkan sampah plastik sebagai media tanam. Pak Puji yang sudah beberapa kali datang ke Salam dan pernah menjadi nara sumber riset salah satu siswa SMA SALAM, paham tentang bagaimana cara belajar anak-anak Salam. Pak Puji mempersilakan salah satu media tanam yang dibawanya untuk dibongkar sama-sama dan melihat langsung bagaimana akar tanaman bisa tumbuh di dalam media tanam yang terbuat dari sampah plastik. Sambil berkerumun akhirnya muncul pertanyaan-pertanyaan yang membangkitkan minat mereka untuk mengetahui lebih lanjut tentang inovasi yang diberi nama media tanam hippoplast ini. Mereka sangat tertarik ketika melihat sebuah tanaman bisa hidup dengan baik tanpa tanah, tapi di dalam media sampah plastik. Hal menakjubkan ketika tahu bahwa sampah plastik bisa menjebak larutan nutrisi sehingga tanaman bisa hidup di atasnya. Rasa penasaran akhirnya menggugah teman-teman besar untuk mulai mengembangkannya di Salam. Sepakat dengan Pak Puji, mereka merasa menemukan solusi atas masalah utamanya sampah plastik.
SALAM sebagai laboratorium “Sekolah Kehidupan” yang menitik beratkan proses belajar pada kebutuhan dasar manusia yakni; pangan, kesehatan, lingkungan dan social budaya. Tema tersebut dijadikan perspektif yang dikembangkan dalam proses pembelajaran sehari-hari. Seperti halnya hajatan Pesta Wiwitan kali ini. Sebuah upaya merancang pesta minim sampah yang digagas oleh panitia kali ini apakah akan berhasil? Kita lihat setelah semua rangkain pesta usai nanti. Kita nantikan sambil kita siapkan kesadaran kita. []

Orang Tua Murid SALAM
Leave a Reply