Kegiatan kelas 4 SD Sanggar Anak Alam (SALAM( hari ini, Senin, 4 Maret 2024, dipenuhi dengan semangat pembuatan peta perjalanan, yang dipandu oleh dua orang tua SALAM, Om Sea dan Om Adi. Sebelum kami memulai, Om Sea memberikan pengantar penting tentang arah mata angin, sebuah pengetahuan krusial dalam pembuatan dan pembacaan peta. Om Sea menjelaskan pentingnya memahami arah dan bagaimana hal itu akan memengaruhi navigasi kami di lapangan.
Pertemuan dimulai dengan penuh semangat. Om Sea mengajak kami untuk pergi ke lokasi yang ditunjuk, yaitu tempat yang dikenal sebagai Pawon Bedhog, tempat yang juga kami singgahi sebelumnya untuk melakukan pembakaran sampah. Di sana, kami diminta untuk membuat peta perjalanan yang senyaman mungkin bagi semua anggota kelompok. Om Sea menekankan pentingnya mencatat semua fitur yang relevan, seperti perbedaan antara jalan raya dan jalan kecil, serta bangunan-bangunan yang dapat dijadikan patokan untuk membantu navigasi.
Untuk mempermudah proses pembuatan peta, kami dibagi menjadi dua kelompok. Setiap kelompok memiliki tanggung jawabnya masing-masing, baik secara individu maupun berkelompok. Namun, tujuan utama kami tetap sama: membuat peta yang jelas dan informatif bagi siapa pun yang menggunakannya.
Kami pun bersiap-siap untuk memulai perjalanan. Dengan clipboard, alat tulis, tas yang berisi botol minum dan snack, serta topi untuk melindungi diri dari teriknya matahari, kami siap memulai petualangan. Dengan semangat yang menggebu, kami turun dari tempat pertemuan dan memulai langkah kami ke lokasi yang ditunjuk.
Selama perjalanan, kami dengan teliti mencatat setiap detail yang kami temui. Kami memperhatikan setiap tikungan, setiap patokan, dan setiap bangunan yang dapat menjadi pentunjuk bagi perjalanan kami dan juga bagi orang lain yang akan menggunakan peta yang kami buat.
Sesampainya di tempat tujuan, kami dengan penuh antusias mulai menerjemahkan catatan kami ke dalam bentuk peta. Diskusi dan kolaborasi antaranggota kelompok sangat membantu dalam memastikan bahwa peta kami menjadi sejelas mungkin.
Setelah beberapa jam bekerja keras, peta perjalanan kami akhirnya selesai. Kami bangga dengan hasil kerja keras kami dan yakin bahwa peta tersebut akan sangat berguna bagi siapa pun yang membutuhkannya.
Kegiatan pembuatan peta perjalanan hari ini bukan hanya sekadar aktivitas, tetapi juga merupakan pengalaman belajar yang berharga. Kami belajar tentang pentingnya kerjasama, ketelitian, dan komunikasi dalam membuat sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang. Dengan semangat yang baru dan pengetahuan yang kami peroleh, kami siap menghadapi tantangan-tantangan mendatang.
Hari itu, sebelum kami berangkat menelusuri dua rute yang berbeda, Om Sea memberikan penjelasan menarik tentang cara menentukan arah mata angin dengan memanfaatkan sinar matahari yang memancar melalui pohon. Konsep sederhana ini membuat kami memahami dengan lebih baik bagaimana menemukan arah tanpa perlu perangkat modern.
Ketika teman-teman yang bertugas memegang clipboard memulai untuk menggambar arah mata angin, pertanyaan-pertanyaan sederhana tentang arah terus menerus muncul. “Utara ada di mana? Jadi jika kita pergi ke sana itu arah mana? Oh, berarti jika kita berada di sini sekarang, kita menghadap ke Utara, bukan? Jadi, gambar arahnya ke sana ya?” Pertanyaan-pertanyaan ini mencerminkan semangat kami untuk memahami dan menggunakan arah dengan benar, dan menjadi tema menarik selama hari itu.
Setelah selesai menggambar arah mata angin, kami berpisah menjadi dua tim. Tim Jalan Kampung, yang dipimpin oleh Om Sea, langsung memilih untuk melewati pematang sawah ke arah Barat. Sementara itu, Tim Muter-Muter, yang dipandu oleh Om Adi, memilih untuk menjelajahi daerah sekitar ke Utara terlebih dahulu sebelum menghampiri Rae.
Saya ikut dalam Tim Muter-Muter, dan merasa iseng untuk mencoba menghitung jumlah langkah secara manual selama perjalanan. Teman-teman menyarankan agar menggunakan aplikasi di ponsel untuk menghitungnya dengan lebih mudah, namun, terinspirasi dari celetukan yang terdengar di hari itu, “Kalau ada cara yang sulit, buat apa melakukan hal yang mudah?”, saya memilih untuk menantang diri sendiri dengan cara yang lebih tradisional.
Perjalanan kami diisi dengan canda tawa dan semangat penasaran tentang apa yang akan kami temui di sepanjang jalan. Dengan bantuan pengetahuan yang kami dapatkan dari Om Sea dan Om Adi, serta semangat eksperimen kami sendiri, kami merasa lebih siap menghadapi petualangan yang menunggu di masa depan. [] …… bersambung
*** Disunting dari catatan Fasilitator kelas 4 SALAM
SALAM (Sanggar Anak Alam), Laboratorium Pendidikan Dasar, berdiri pada tahun 1988 di Desa Lawen, Kecamatan Pandanarum, Banjarnegara.
Leave a Reply