karya anak salam

Reportase Presentasi Kuliner di Ruang Petruk: Tiga Rasa, Tiga Cerita

Reportase Kinaryusi Meida Laksono – Kelas 8 LENTERA

SALAM, 22 Mei 2025 – Semangat menyala di minggu pertama Bulan Presentasi Semarak Sinau #3 terasa makin kuat meskipun matahari bersinar terik. Di tengah hiruk-pikuk antusiasme itu, Ruang Petruk menjadi saksi lahirnya tiga kisah kuliner yang penuh rasa, proses, dan makna. Tiga pelajar SALAM — Feo, Rachel, dan Gabriel — bergiliran membagikan hasil riset mereka di bidang kuliner, masing-masing dengan perjalanan unik yang membentuk mereka sepanjang semester ini.

Feo dan Rasa Siu Mai Buatannya Sendiri

Presentasi dibuka oleh Feo yang mengangkat riset tentang Siu Mai, salah satu jenis dimsum yang begitu digemarinya. Feo tak hanya menyampaikan teori, namun juga pengalaman praktik membuat Siu Mai hingga menemukan resep versinya sendiri. Ia sempat menggunakan resep dari narasumber, namun merasa rasanya belum pas. Setelah tiga kali uji coba, akhirnya terciptalah Siu Mai yang pas di lidahnya — hingga Feo pun membuka pre-order (PO) pertamanya.

Komentar dari para fasilitator dan teman-teman pun beragam — dari yang menyebutnya enak hingga yang merasa agak keasinan. Namun semua masukan itu diterima Feo sebagai bahan evaluasi. Lebih dari sekadar soal rasa, Feo menunjukkan keberaniannya dalam mencoba, memperbaiki, dan bahkan menjual hasil praktiknya. Sebuah langkah awal yang menjanjikan di dunia kuliner.

Rachel dan Cerita dari Dapur Kedai Bahagia 77

Selanjutnya, Rachel maju dengan kisahnya yang tak kalah menarik. Ia membawa cerita magang di Kedai Bahagia 77 — kedai mie yang menjadi laboratorium nyata untuk risetnya tentang olahan mie. Kecintaannya pada mie mendorong Rachel untuk tak hanya belajar membuat, tapi juga meracik yamie versinya sendiri. Dan seperti Feo, Rachel pun sukses membuka pre-order yamie hasil racikannya.

Tantangan besar datang ketika Rachel menyadari bahwa waktu magangnya bertepatan dengan bulan puasa — membuat kedai sepi pelanggan. Namun ia tak menyerah. Justru dari pengalaman ini, Rachel belajar lebih dari sekadar memasak: ia belajar melayani, berkomunikasi, dan menjalin relasi. Semua itu menjadi bekal penting untuk langkah-langkahnya selanjutnya.

Gabriel dan Perjalanan Mendalam Menyusuri Dunia Kopi

Presentasi ditutup oleh Gabriel yang melanjutkan risetnya tentang kopi — namun kali ini dengan lebih serius dan mendalam. Ia magang selama tiga bulan di sebuah roastery ternama, mengerjakan berbagai hal mulai dari menyeduh dan menyangrai kopi hingga belajar pembukuan dan pengemasan. Ia bahkan mengikuti seminar FnB, mengunjungi kebun kopi, dan sempat mengikuti pelatihan barista privat.

Gabriel menuturkan bahwa targetnya adalah membangun brand kopi sendiri. Untuk itu, ia terus belajar tidak hanya soal teknis, tapi juga soal membangun identitas produk, pengalaman berjualan, hingga menjaga kualitas dan kesehatan dirinya sendiri. Meski sempat jatuh sakit, Gabriel justru bangkit dengan semangat baru. Ia menyadari bahwa membangun sesuatu dari nol butuh keberanian dan ketekunan — dan ia sedang menjalaninya.

Presentasi hari itu ditutup dengan tepuk tangan panjang, tak hanya sebagai bentuk apresiasi, tapi juga rasa kagum atas proses belajar yang jujur, nyata, dan penuh dedikasi. Di Ruang Petruk, Siu Mai, Yamie, dan Kopi bukan sekadar makanan — tapi wujud nyata dari semangat belajar, keberanian mencoba, dan ketekunan bertumbuh. Sebuah penanda bahwa proses adalah rasa utama dalam setiap karya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *