Hari-hari ini saya mendapat beberapa guru baru. Kami biasa bertemu virtual tiap seminggu sekali dan bertemu offline bersama ditiap hari selasa. Kalau ditanya siapa guru saya yang paling tulus, mungkin adalah kelima orang yang akan saya perkenalkan ini.
“Dewi Songgolangit itu anaknya Raja Kediri!” Jelas Sandhi.
Dalam kisahnya Reog Ponorogo adalah simbol perlawanan kepada kerajaan Majapahit. Dibuat oleh Ki Ageng Kutu yang geram akan pengaruh kuat dari istri Raja Majapahit dan pemerintahan sang raja yang korup. Saat itu kerajaan Majapahit dipimpin oleh Prabu Brawijaya V.
Dalam pertunjukannya, Reog ditampilkan dengan “kepala singa” representasi dari raja hutan untuk menggambarkan Raja Majapahit. Di atas kepala singa terdapat “dadap merak” sebagai gambaran permaisuri yang mengendalikan raja, sebab itu diletakannya di atas kepala raja. Juga pasukan berkuda yang diperankan oleh perempuan sebagai simbol untuk pasukan berkuda yang gemulai.
Kepopuleran Reog Ponorogo akhirnya terdengar oleh Raja Mahapahit. Raja Majapahit mengambil tindakan dan menyerang Ki Ageng Kutu. Meski begitu kesenian Reog telah menjadi hiburan yang merakyat. Alhasil raja tetap memperbolehkan pertunjukan seni Reog dengan jalan cerita yang diubah. Jalan ceritanya memiliki alur baru dengan ditambahkannya karakter Dewi Songgolangit.
Begitu cerita mas Hammad, salah seorang teman Sandhi. Iya, kisah ini baru saya peroleh saat menemani Sandhi ngobrol dengan mas Hammad. Jujur saja saya tidak ada tahu-tahunya tentang kisah-kisah semacam ini. Sandhi yang mengajarkannya pada saya. Sandhi ini guru saya.
Tentunya guru saya di sekolah tak hanya seorang. Lainnya, adalah Jalu.
Perbincangan kami saat itu mengenai pencemaran air. Ia jelaskan hasil risetnya tentang ciri-ciri air yang tercemar pada saya. Berdasarkan pencariannya air yang tercemar mengalami perubahan rasa menjadi manis, pahit, asam atau asin. Air yang baik adalah air yang tidak memiliki rasa. Sebab itu ia simpulkan bahwa air kemasan Le Minerale adalah air yang tercemar karena ada manis-manisnya gitu.. Takjub dengan hasil pemikiran guru saya ini. Temuan baru, loh!
Tanpa pamrih juga ia jelaskan bahwa di dalam air terdapat oksigen. Pencemaran air membuat mikroorganisme bertambah banyak dan menghambat cahaya matahari. Jadi, membuat kandungan oksigen di dalam air berkurang. Darinya saya seperti ditugaskan mencari tahu tentang Dissolved Oxygen! Jangan heran, kapan hari saja saya ditugaskan olehnya, mencari tahu apakah kentang umbi atau sayur? Ada yang tahu?
Setelah Jalu ada Pelangi dan Bening. Dua guru perempuan ini lihai sekali tangannya. Merangkai barang-barang di sekitarnya menjadi sebuah mainan. Pernah sekali itu saya menemui mereka berdua. Mereka membuat teru teru bozu, jika umumnya teru teru bozu untuk menangkal hujan. Kali ini mereka membuat teru teru bozu yang mendatangkan hujan. Digantungkan mereka di tas yang mereka bawa. Benar saja, pulangnya saat saya berboncengan bersama Pelangi Jogja diguyur hujan deras. Betapa magisnya!
“kemarin kita bikin teru teru bozu jadi hujan beneran kan!” terbit Pelangi esok harinya.
Lain halnya dengan Bumi, guru saya yang sederhana. Kalau ditanya apa yang paling berkesan dari Bumi adalah kesederhanaanya. Bumi mengajarkan saya cara komunikasi yang baik. Sederhana sekali apa yang diungkapkannya. Sebab itu, sebelum bertemu saya mesti semedi dulu mau ngobrol apa dengannya. Bumi sesekali bermain Minecraft, suatu waktu Bumi dapat informasi kalau sehari di Minecraft sama dengan 20 menit di dunia nyata. Lalu membuat pertanyaan “kalau main Minecraft 100 jam berapa hari di dunia nyata?” lah dalah.. Sulit banget toh. Tapi akhirnya didapati hasilnya yaitu 300 hari.
Antara guru-guru dan muridnya ini tidak pernah ada batasan dan sekat. Saya anggap mereka teman begitupun sebaliknya. Dari mereka saya dijelaskan bahwa, tiap orang akan merangkai dan memetik pembelajarannya sendiri sesuai haknya. Sesuai pertanyaan yang diajukan, sesuai pertanyaan yang diraba. Oh ya, saya perkenalkan, ini dia Sandhi, Jalu, Pelangi, Bening dan Bumi. Sedang berada di jenjang kelas 3 SD, hobinya bermain tebak-tebakan dan PKXD.
Siswi SMA Ekperimental SALAM
Leave a Reply