Blog

Atar, Dunia otomotif dan Rawon Kesukaannya

Atar anak Sanggar Anak Alam (SALAM) Kelas 4 pecinta otomotif sejati. Dalam riset sebelumnya, dia telah mendalami secara mendalam seluk-beluk Isuzu Panther, sebuah mobil dengan mesin diesel yang dikenal tangguh. Kehandalan mesin buatan negeri matahari terbit tersebut membuat Atar terkesima. Ketertarikannya pada mesin diesel Isuzu Panther bukan hanya pada performa dan efisiensinya, tetapi juga pada ketahanan dan keandalannya dalam berbagai kondisi jalan.

Atar (kiri) saat meladeni pertanyaan dari teman- temannya seputar proses memasak rawon. Foto: Syam Terra

Namun, belakangan ini, minat Atar beralih ke dunia skuter, terutama Vespa. Dia terpikat oleh pesona Vespa, yang memiliki sejarah panjang dan desain yang khas. Atar mulai mencari tahu lebih banyak tentang berbagai jenis Vespa, mulai dari yang klasik hingga model terbaru. Penelusurannya mencakup detail teknis, sejarah, hingga keunikan masing-masing model Vespa.

Tidak puas hanya dengan informasi dari internet, Atar pun memutuskan untuk melihat langsung berbagai jenis Vespa. Dia meminta diantar ke showroom Vespa di Kota Jogja. Di sana, Atar bisa melihat dan merasakan langsung keindahan dan keunikan Vespa, memperkuat kecintaannya pada skuter ikonik ini. Keingintahuan dan kecintaannya pada Vespa menunjukkan betapa dalamnya minat Atar terhadap dunia otomotif, dari mobil diesel tangguh hingga skuter yang elegan dan berkelas.

Selain dunia otomotif, Atar juga sangat menyukai kuliner tradisional, terutama yang berkuah seperti soto dan bakso. Ketertarikannya pada masakan berkuah ini membuatnya memilih topik riset penghujung semester untuk naik ke kelas IV dengan membuat rawon, salah satu makanan favoritnya.

Rawon adalah menu wajib bagi Atar. Paling tidak, sebulan sekali dia meminta ibunya untuk membuatkan kuliner khas Jawa Timur ini. Keunikan rasa dan aroma rawon selalu memikat selera Atar, menjadikannya hidangan yang selalu dinanti-nantikan.

Kali ini, Atar memutuskan untuk meracik rawon sendiri. Dia mulai bertanya-tanya tentang bumbu rawon kepada Mbah Utinya yang asli Mojokerto. Dengan penuh antusias, Atar mencatat setiap detail yang diberikan oleh Mbah Utinya, mulai dari jenis rempah-rempah hingga teknik memasaknya.

Petualangan kuliner ini tidak hanya memperkaya pengetahuannya tentang masakan tradisional, tetapi juga memberikan pengalaman berharga dalam memasak. Semangat Atar dalam menjelajahi dunia otomotif dan kuliner menunjukkan ketekunannya dalam mengejar minat dan hobinya.

Bumbu rawon ternyata cukup komplit. Ada bawang merah, kluwak, bawang putih, ketumbar, jahe, jinten, serai, kunyit, lengkuas, daun jeruk, daun salam, kemiri, garam, kaldu jamur, dan daun bawang. Tentu saja, tak lupa daging sapi segar sebagai isian utamanya.

Dengan semangat, Atar mulai proses memasak. Dibantu oleh Uti dan Ibu, Atar menghaluskan bumbu-bumbu secara manual menggunakan cobek. Proses ini memang memakan waktu dan tenaga, tetapi Atar menikmati setiap langkahnya. Sambil mengulek bumbu, dia mendengarkan cerita-cerita dari Mbah Uti tentang tradisi memasak rawon di Mojokerto.

Ketika bumbu-bumbu sudah halus, aroma rempah yang menggugah selera mulai tercium di seluruh rumah. Atar dengan telaten memasak bumbu hingga harum sebelum menambahkan daging sapi yang sudah dipotong-potong. Selama proses memasak, Atar terus belajar dan bertanya, memastikan setiap langkah dilakukan dengan benar.

Proses memasak rawon ini tidak hanya memperkenalkan Atar pada teknik dan resep tradisional, tetapi juga menguatkan ikatan keluarga melalui kegiatan bersama di dapur. Bagi Atar, pengalaman ini sangat berharga, memadukan cinta akan kuliner tradisional dengan kebersamaan keluarga.

Beberapa bumbu membuat rawon yang dipajang Atar saat sesi presentasi. Foto: Syam Terra

Pertama, daging sapi segar direbus selama 40 menit. Kedua, semua bumbu dihaluskan kecuali serai, daun jeruk, lengkuas, dan jahe. Ketiga, tumis bumbu hingga semerbak wangi. Lalu masukkan potongan daging dan sesuaikan rasa menurut selera.

Ternyata, menurut Atar, memasak rawon tak semudah menikmatinya. Dia baru tahu dan sadar bahwa diperlukan kesabaran dan ketelatenan agar menu kesukaannya itu bisa terhidang sempurna dan dinikmati. “Makannya cepat, bikinnya yang lama,” kata dia sambil tertawa, saat dapat giliran presentasi hasil riset di ruang Sumantri, tempat bernaung kelas III SD Salam.

Atar pun sempat menyuguhkan rawon racikannya di kelas sebagai menu makan siang. Rasanya hmmm, uenaaak! Teman-temannya dan guru-guru pun memuji hasil masakan Atar. Pengalaman ini tidak hanya memberikan Atar pengetahuan tentang memasak, tetapi juga membawanya lebih dekat pada budaya kuliner tradisional dan memberi kebanggaan atas hasil kerja kerasnya.

Atar belajar bahwa di balik hidangan lezat, terdapat proses yang panjang dan penuh dedikasi. Kesadaran ini membuatnya semakin menghargai setiap hidangan tradisional yang dinikmatinya.

Oleh: Syam Terra (Orang Tua SALAM)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *