Blog

Presentasi Jenjang SMP Sanggar Anak Alam (SALAM)

Hari ini, presentasi jenjang SMP di Sanggar Anak Alam (SALAM) akan disajikan dalam bentuk yang berbeda dari biasanya. Tiga penyaji yang akan mempresentasikan hasil risetnya memilih untuk melakukannya dalam bentuk workshop. Ini tentu saja memberikan nuansa yang berbeda dibandingkan dengan presentasi menggunakan powerpoint. Presentasi dalam bentuk workshop membutuhkan persiapan yang lebih kompleks. Tidak hanya persiapan teknis seperti tempat, bahan, dan alat, tetapi juga persiapan non-teknis yang tak kalah pentingnya. Misalnya, para penyaji harus mempersiapkan diri secara mental untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari para peserta yang mengikuti workshop. Persiapan teknis mencakup pemilihan tempat yang tepat agar workshop dapat berlangsung dengan nyaman dan efektif. Bahan dan alat yang diperlukan juga harus dipersiapkan dengan baik agar setiap peserta dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang dirancang.

Di sisi lain, persiapan non-teknis menuntut para penyaji untuk siap secara mental dan emosional. Mereka harus siap menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul dan juga harus mampu mengelola dinamika kelompok dengan baik selama workshop berlangsung. Hal ini penting agar tujuan dari workshop, yaitu membagikan ilmu dan pengalaman dengan cara yang interaktif dan partisipatif, dapat tercapai dengan maksimal. Dengan persiapan yang matang, diharapkan workshop ini tidak hanya akan memberikan pengalaman belajar yang berbeda bagi para peserta, tetapi juga memberikan kesempatan bagi para penyaji untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dan presentasi mereka secara lebih mendalam.

Presentasi jenjang SMP di Sanggar Anak Alam (SALAM) menghadirkan format dalam bentuk workshop. Tiga siswa akan mempresentasikan riset mereka dengan cara yang lebih interaktif dan praktis.

Ara dari kelas 8 memilih untuk berbagi cerita tentang pembuatan dua jenis puding: puding coklat taro dan puding coklat chocolate. Dengan semangat, Ara akan memandu peserta dalam membuat puding yang lezat dan menarik ini. Sementara itu, Mille dari kelas 7 akan mengadakan workshop pembuatan roti kukus dengan selai srikaya, sebuah kombinasi yang menggugah selera dan memanjakan lidah. Tidak ketinggalan, Cia yang juga dari kelas 7 menyelenggarakan workshop membuat gelang tali, yang tidak hanya menarik tetapi juga melatih keterampilan tangan dan kreativitas.

Persiapan untuk workshop ini sudah mereka lakukan sejak pagi. Dimulai dengan menyiapkan ruangan yang akan digunakan, menata meja dengan rapi, hingga memastikan semua alat dan bahan yang dibutuhkan tersedia dan siap digunakan. Persiapan teknis ini sangat penting agar workshop dapat berjalan dengan lancar dan semua peserta dapat berpartisipasi dengan nyaman.

Tidak hanya persiapan teknis, mereka juga mempersiapkan diri secara mental untuk menghadapi berbagai pertanyaan dan dinamika yang mungkin terjadi selama workshop. Para penyaji harus siap menjelaskan proses pembuatan, menjawab pertanyaan, dan memberikan bantuan jika ada peserta yang mengalami kesulitan.

Ara dan Pengalaman Pertamanya

Sesi pertama workshop dimulai pada pukul 08.30 dengan Ara sebagai penyaji. Di meja Ara, terlihat berbagai bahan yang akan digunakan, seperti susu evaporasi, susu UHT, bubuk coklat, dan bubuk taro. Ara juga sudah mempersiapkan peralatan yang dibutuhkannya, termasuk 6 buah cup ukuran 473 ml yang telah diisi dengan puding coklat yang dibuatnya di rumah. Cup-cup tersebut bisa diambil secara gratis oleh peserta workshop.

Saat sesi dimulai, Ara mengajak teman-teman yang tertarik untuk mendekat ke meja dan mengambil satu buah cup. Di dalam cup tersebut, para peserta bisa melihat dan mencicipi puding coklat yang sudah siap. Dengan senyuman dan antusiasme, Ara kemudian memandu para peserta melalui langkah-langkah yang diperlukan untuk membuat puding ini.

Ara menjelaskan dengan rinci setiap langkah, mulai dari mencampur bahan-bahan hingga proses memasaknya. Para peserta juga diberikan kebebasan untuk memilih varian puding yang ingin mereka buat, apakah puding taro atau puding coklat. Dengan sabar, Ara menjawab setiap pertanyaan yang muncul dan memberikan bantuan saat diperlukan.

Workshop ini bukan hanya menjadi ajang berbagi ilmu bagi Ara, tetapi juga menjadi pengalaman pertamanya dalam memimpin sebuah kegiatan yang interaktif dan partisipatif. Melalui workshop ini, Ara tidak hanya belajar untuk lebih percaya diri dalam berbicara di depan umum, tetapi juga memperlihatkan keterampilan kulinernya kepada teman-temannya. Semoga pengalaman ini memberikan kesan mendalam bagi Ara dan semua peserta, serta menginspirasi mereka untuk terus berkreasi dan berbagi ilmu.

Ara menjelaskan dengan rinci setiap langkah, mulai dari mencampur bahan-bahan hingga proses memasaknya. Para peserta juga diberikan kebebasan untuk memilih varian puding yang ingin mereka buat, apakah puding taro atau puding coklat. Sesekali, Ara juga menjawab pertanyaan dari peserta workshop yang ingin memperjelas beberapa hal.

Di tengah-tengah workshop, Ara berbagi cerita tentang perjalanan risetnya kali ini. Pada awalnya, Ara berencana membuat konten untuk menambah menu di warungnya. Namun, seiring berjalannya waktu, Ara justru lebih sibuk melakukan eksperimen untuk menciptakan menu baru daripada memikirkan konten yang akan dia buat.

Ara menceritakan bahwa ia melakukan tiga kali eksperimen untuk mendapatkan komposisi yang pas dalam resepnya ini. Setiap eksperimen memberikan tantangan dan pembelajaran baru, yang akhirnya membuahkan hasil yang memuaskan. Dari dua varian puding yang dibuat oleh Ara, banyak teman-teman yang memilih varian puding taro. Menurut mereka, varian ini paling enak dibandingkan dengan varian coklat. Namun, komposisi puding coklat juga sudah pas menurut beberapa teman.

Ketika ditanya tentang kelanjutan risetnya terkait konten, Ara mengatakan bahwa ia sebenarnya sudah membuat beberapa konten, tetapi belum diunggah ke akun Instagramnya. Untuk pembuatan konten, Ara mengakui belum terlalu mendalaminya. Meski begitu, di akun Instagram miliknya, @JJSkopi, ada beberapa konten yang sudah pernah Ara buat.

Presentasi dalam bentuk workshop ini merupakan pengalaman pertama bagi Ara. Ara sempat ragu ketika mendapatkan tawaran dari fasilitatornya untuk mengadakan workshop. Namun, setelah diyakinkan bahwa bentuk workshop lebih cocok dengan tema risetnya dan membuat presentasinya terlihat lebih menarik, Ara pun menerima tawaran tersebut. Ara terlihat sedikit gugup saat sesi tanya jawab, namun ia berusaha untuk tetap fokus mendemonstrasikan produknya. Lambat laun, Ara bisa mengatasi rasa groginya dan bisa menjalin komunikasi yang lancar dengan para peserta.

Mille dan Percobaan Resepnya

Di sudut dapur yang penuh semangat, Mille sedang bersiap untuk memulai percobaan resep terbarunya. Meja kerjanya dipenuhi oleh berbagai bahan dan alat yang tertata rapi, semuanya siap untuk menghidupkan kreasi kulinernya kali ini: roti kukus dengan selai srikaya. Aroma manis mulai tercium samar, memberikan janji akan lezatnya hasil akhir yang akan dihasilkan.

Di ruangan lain, terdengar suara riuh rendah aktivitas dari workshop yang dipimpin oleh Cia. Workshop tersebut terletak di ruangan Petruk bagian timur, tempat di mana para peserta belajar membuat gelang tali. Cia dengan telaten mengajarkan setiap langkah, menciptakan suasana yang hangat dan penuh keceriaan.

Meski berada di ruangan yang berbeda, kegiatan Mille dan Cia memiliki satu kesamaan: semangat untuk berbagi pengetahuan dan keterampilan. Mille dengan kreasinya di dapur dan Cia dengan keterampilannya dalam membuat gelang, keduanya membawa aura kreativitas yang menginspirasi di setiap sudut tempat tersebut.

Meja Mille nampak ramai oleh beberapa peserta yang penuh antusiasme. Dari catatan Mille, ada sekitar 10 peserta dari jenjang SD dan SMP yang mengikuti workshopnya. Mereka berkumpul dengan semangat ingin belajar dan mencoba hal baru. Setiap peserta diminta untuk mengganti biaya bahan sebesar Rp. 5.000. Dengan biaya tersebut, para peserta workshop akan mendapatkan sepotong roti yang sudah dibuat bersama-sama, hasil dari kerja keras dan kerjasama mereka.

Di ruangan lain, terdengar suara riuh rendah aktivitas dari workshop yang dipimpin oleh Cia. Workshop tersebut terletak di ruangan Petruk bagian timur, tempat di mana para peserta belajar membuat gelang tali. Cia dengan telaten mengajarkan setiap langkah, menciptakan suasana yang hangat dan penuh keceriaan.

Meski berada di ruangan yang berbeda, kegiatan Mille dan Cia memiliki satu kesamaan: semangat untuk berbagi pengetahuan dan keterampilan. Mille dengan kreasinya di dapur dan Cia dengan keterampilannya dalam membuat gelang, keduanya membawa aura kreativitas yang menginspirasi di setiap sudut tempat tersebut. Para peserta tidak hanya belajar keterampilan baru, tetapi juga menikmati proses menciptakan sesuatu yang indah dan lezat, sambil menikmati kebersamaan dalam suasana yang penuh semangat dan inspirasi.

Di sela-sela workshop, sambil menunggu adonan rotinya kalis, Mille menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan oleh para peserta. Sambil terus mengamati adonan yang belum kalis, Mille juga bercerita tentang pilihan workshop sebagai bentuk presentasi riset di semester ini. Ia ingin berbagi pengalaman dan mencoba hal baru. Sebelumnya, Mille sudah beberapa kali memilih riset dengan tema memasak dan membuka pre-order untuk hasil masakannya.

Mille melakukan tiga kali percobaan dengan resep yang berbeda untuk roti kukus selai srikaya. Ia mencari resep melalui mesin pencari Google untuk mendapatkan resep yang sesuai dengan seleranya. Pada percobaan pertama, dia merasa belum puas. Menurutnya, selai srikayanya terasa aneh. Mille berpendapat bahwa rasa aneh ini dikarenakan adanya penambahan tepung maizena pada selai srikaya agar selai lebih kental.

Di ruangan lain, terdengar suara riuh rendah aktivitas dari workshop yang dipimpin oleh Cia. Workshop tersebut terletak di ruangan Petruk bagian timur, tempat di mana para peserta belajar membuat gelang tali. Cia dengan telaten mengajarkan setiap langkah, menciptakan suasana yang hangat dan penuh keceriaan.

Meski berada di ruangan yang berbeda, kegiatan Mille dan Cia memiliki satu kesamaan: semangat untuk berbagi pengetahuan dan keterampilan. Mille dengan kreasinya di dapur dan Cia dengan keterampilannya dalam membuat gelang, keduanya membawa aura kreativitas yang menginspirasi di setiap sudut tempat tersebut. Para peserta tidak hanya belajar keterampilan baru, tetapi juga menikmati proses menciptakan sesuatu yang indah dan lezat, sambil menikmati kebersamaan dalam suasana yang penuh semangat dan inspirasi.

Karena belum menemukan resep yang sesuai dengan seleranya, Mille terus mencari inspirasi lain. Dalam pencariannya, ia menemukan akun Instagram @lovitaho. Menurut Mille, resep-resep di akun tersebut tampak mudah diikuti, dan banyak orang telah berhasil mempraktikkannya. Namun, Mille pernah mengalami kegagalan ketika mencoba salah satu resep dari akun tersebut. Roti yang ia buat tidak mengembang sempurna dan hasilnya bantat.

Proses pembuatan roti kukus ini memang memerlukan waktu yang cukup lama, sekitar 90 menit. Sambil menunggu proses proofing (mendiamkan adonan agar mengembang) yang memakan waktu sekitar 50 menit, Mille dibantu ibunya menyiapkan pembuatan selai srikaya. Pembuatan selai ini membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit, di mana adonan selai dimasak di atas kompor dengan api kecil, dan diaduk terus menerus hingga mengental.

Selama proses membuat selai, teman-teman peserta juga ikut bergantian mengaduk adonan hingga mengental. Aroma harum selai srikaya membuat mereka tidak sabar untuk segera mencicipinya. Namun, teman-teman harus bersabar karena roti yang dikukus belum matang.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya roti dan selai siap disajikan. Semua peserta mencicipi dan mengakui bahwa rasanya enak, bahkan sepotong roti rasanya tidak cukup. Meski demikian, Mille merasa kurang puas dengan hasil risetnya kali ini. Di semester ini, ia cukup sibuk dengan sekolah bolanya, sehingga hanya mampu membuat tiga kali percobaan. Bagi Mille, roti kukus yang ia buat masih terasa ‘lengket-lengket’, sedangkan rasa selai srikaya sudah pas seperti yang diinginkannya.

Selama workshop berlangsung, Mille dengan antusias menjelaskan setiap pertanyaan dari teman-temannya. Suasana workshop pun menjadi santai dan menyenangkan, dengan sesekali canda tawa di antara mereka.

Gelang Tali Cia dan Pengalaman Workshop Pertamanya

Di ruang Petruk Timur, workshop membuat gelang yang diadakan oleh Cia berlangsung dengan penuh antusiasme. Tujuh peserta dari berbagai latar belakang berkumpul untuk belajar keterampilan baru ini. Cia, dengan telaten, memberi contoh kepada para peserta tahap demi tahap pembuatan gelang tali.

Saat sesi praktik dimulai, Cia tidak hanya menunjukkan teknik dasar, tetapi juga memberikan perhatian khusus kepada setiap peserta. Dia dengan sabar memandu mereka satu per satu, menjelaskan langkah-langkah dengan jelas dan menjawab setiap pertanyaan yang muncul. Peserta yang mengalami kesulitan mendapatkan bantuan langsung dari Cia, sehingga mereka bisa memahami dan mengatasi tantangan dalam pembuatan gelang.

Suasana workshop sangat interaktif dan menyenangkan. Cia berhasil menciptakan lingkungan belajar yang suportif dan inspiratif, membuat para peserta merasa nyaman untuk mencoba dan bereksperimen dengan keterampilan baru mereka.

Saat sesi praktik dimulai, Cia tidak hanya menunjukkan teknik dasar, tetapi juga memberikan perhatian khusus kepada setiap peserta. Dia dengan sabar memandu mereka satu per satu, menjelaskan langkah-langkah dengan jelas dan menjawab setiap pertanyaan yang muncul. Peserta yang mengalami kesulitan mendapatkan bantuan langsung dari Cia, sehingga mereka bisa memahami dan mengatasi tantangan dalam pembuatan gelang.

Suasana workshop sangat interaktif dan menyenangkan. Cia berhasil menciptakan lingkungan belajar yang suportif dan inspiratif, membuat para peserta merasa nyaman untuk mencoba dan bereksperimen dengan keterampilan baru mereka.

Cia memilih format workshop sebagai bentuk presentasi akhir karena ingin mencoba sesuatu yang baru sekaligus berbagi keterampilan dan pengetahuan dengan teman-temannya. Dalam workshop ini, Cia hanya menggunakan teknik dasar (basic) dengan harapan agar peserta lebih mudah mengikutinya. Dia menggunakan benang sulam dan benang rajut polyester yang beraneka warna. Benang-benang ini adalah sisa dari risetnya beberapa semester lalu, dan inilah salah satu alasan Cia memilih riset membuat gelang tali.

“Harga benang-benang ini lumayan agak mahal, apalagi yang benang rajut. Sayang kalau tidak dimanfaatkan lagi,” kata Cia sambil mengamati para peserta yang asyik dengan benang di tangan mereka. []

Oleh Eti Dwi Lestari

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *