Blog

Riset Awaloka: Melatih dan Mengawinkan Merpati “Kok Merpati Dikasih Merica?”

Berawal dari melihat teman-teman tetangganya yang bermain burung merpati, Awa terpancing untuk memelihara dan mempelajari lebih dalam tentang merpati di semester ini. Awa ingin bisa ikut bermain bersama teman-teman kampungnya dan ingin melatih merpatinya sampai bisa ngolong. Untuk tujuannya itu, Awa perlu untuk dengan serius merawat dan melatih merpatinya setiap hari. Presentasi Awa kali ini dilakukan di rumah Awa agar para hadirin dapat melihat langsung merpati-merpati yang dipelihara oleh Awa dan cara bermain bersama merpati. Sembari menunggu semua hadirin datang, Awa dan ayahnya berdiskusi tentang apa saja yang akan mereka tunjukkan tentang merpati dan cara mereka presentasi.

 

Awa saat presentasi di depan teman dan orangtua, di rumahnya. Kredit foto: Tinita.

Saat ayahnya mengajak Awa untuk menyiapkan papan tulis dengan kertas plano yang sudah ia tuliskan poin-poin yang akan disampaikan ketika nanti bercerita, Awa menjawab, “Iya, nanti Awa aja yang ngatur sendiri tempatnya.” Tampaknya, Awa sudah mempunyai bayangan yang sangat matang tentang sesi bercerita nanti.

Awa kemudian memindahkan kandang yang bisa dibawa-bawa, papan tulis, serta tempat duduknya untuk menghadap ke arah teman-temannya yang duduk di tikar. Awa sempat berkomentar bahwa ia lumayan gugup di awal. Namun setelah seorang fasi memberikan 30 detik untuk Awa mempersiapkan diri, akhirnya Awa siap dan mulai untuk bercerita.

Selama Awa bercerita, ia tidak terlihat gugup sama sekali. Dengan lancar ia menceritakan banyak sekali yang ia ketahui tentang merpati.

Hal pertama yang Awa ceritakan adalah tentang cara membedakan merpati jantan dan betina. Awa menceritakan perbedaan yang tampak secara fisik di bagian kepala merpati. Ia menceritakan bahwa untuk yang jantan, bagian paruh dan mata merpati kemiringannya seperti sejajar membentuk sebuah garis lurus. Perbedaannya juga dapat terlihat dari warna merpati jantan yang lebih cerah. Dari suara pun bisa dibedakan, kukur merpati betina lebih kecil suaranya dibanding yang jantan.

Setelah Awa menunjukkan perilaku merpati, jadi jelas pentingnya membedakan jantan dan betina. Ketika mereka sudah digiring dan menjadi pasangan, merpati yang jantan akan selalu menghampiri merpati betina.

Awa mempraktikkan dengan cara memegang merpati betina dengan kuat, lalu membiarkan yang jantan dipegang oleh adiknya. Setelah Awa mengambil jarak yang cukup jauh, ayahnya melepaskan merpati jantan. Dengan cepat, merpati jantan itu terbang ke arah merpati betina.

Awa menjelaskan, tidak perlu takut untuk melepaskan merpati jantan, sementara kita harus sangat berhati-hati untuk memegang merpati betina agar tidak kabur. Jika merpati betina terbang lepas entah ke mana, artinya kita juga akan langsung kehilangan dua merpati sekaligus.

Ketika ada teman yang ingin mencoba memegang merpati betina tersebut, sempat ada yang kaget hingga merpati betina tersebut terbang lepas. Namun, untungnya, mungkin karena sudah dipelihara dengan baik oleh Awa, merpati betina tersebut tidak terbang ke langit bebas, melainkan hanya pulang ke kandang.

Beruntung, hari itu Awa tidak kehilangan satu pun merpatinya. Namun, Awa juga mengobservasi bahwa mungkin si merpati betina yang terbang sendiri ke kandang itu kelelahan, karena dari sehari sebelum presentasi ia terus menerus diajak bermain untuk mempersiapkan acara presentasi Awa.

Hadirin yang Heboh

Topik yang Awa ceritakan setelahnya merupakan topik yang sangat mengundang respon yang heboh dari para audiens ibu-ibu. Topik yang bikin heboh itu adalah tentang perjodohan merpati, atau disebut juga siklus giring dan bertelur merpati.

Awa bercerita bahwa ini adalah bagian risetnya yang menurutnya paling sulit. Namun, setelah beberapa waktu, akhirnya Awa sudah merasa menguasai cara menjodohkan hingga melakukan giring merpati.

Giring merpati maksudnya adalah memfasilitasi merpati jantan dan betina yang sudah berjodoh untuk bermain-main hingga semakin lekat. Awa mencermati perilaku merpati yang berjodoh.

“Ketika merpati mulai notol-notol, bercumbu, lalu kawin tandanya sudah jodoh.  Lalu kalau mau merpati mau cepat berjodoh, bisa diberi merica.” kata Awa.

Merica butiran diberikan dengan dosis tertentu untuk merpati jantan dan betina dengan cara memberikan langsung ke mulut merpati.

“Lho, merica-nya memang buat apa?” Tanya beberapa ibu-ibu.

“Merica itu gunanya buat bikin merpatinya panas.” Jawab Awa.

Jawaban inilah yang mengundang respon heboh para penonton dewasa. Ayahnya Awa, Pak Sea, lalu ikut membantu menggunakan istilah ‘birahi’ yang mungkin lebih akrab untuk orang dewasa. Namun Awa langsung merespon, “Ini kan bukan buat manusia, tetapi buat hewan!”

Siklus Giring – Bertelur Merpati

Awa kemudian menunjukkan tabel jadwal siklus giring-bertelur merpatinya. Siklus ini berdurasi selama satu minggu, dalam jadwalnya, Awa melakukan kegiatan merawat merpati mulai dari memandikan hingga mengawinkan merpati sampai bertelur.

Awa ingin untuk mengembangbiakan merpati yang unggul secara fisik. Awa pun mengetahui kualitas-kualitas yang ia cari di merpati jantan dan betina untuk menghasilkan keturunan yang cocok untuk menjadi merpati kolongan. Untuk itu, Awa turut mempelajari cara untuk mencarikan jodoh baru bagi merpati yang awalnya sudah berjodoh.

Istilah kolongan merupakan istilah yang cukup asing di telinga orang awam. Dengan pantikan Pak Sea, Awa menjelaskan perbedaan cara bermain merpati. Misalnya gapuran, pos, balap, dan kolongan. Untuk kolongan, tantangannya adalah merpati jantan yang dilepaskan dari jarak yang jauh sekitar 1 km harus mampu terbang mendatangi pasangan betinanya.

Merpati betina ini dipegang di sebuah lapak berbentuk persegi yang di sudut-sudutnya tertancap tiang setinggi 8 meter yang dipasangi tali untuk menghubungkan keempat tiang tersebut, sehingga terbentuk pintu di bagian atas yang berbentuk persegi.

Merpati jantan yang dilepaskan dari jauh itu perlu terbang dengan tinggi hingga masuk ke dalam lapak tersebut melalui pintu atas sebelum bergabung kembali dengan betinanya.

Tentang Pakan dan Harga Jual Merpati

Dalam presentasinya, Awa juga bercerita tentang makanan dan kesehatan merpati. Awa menceritakan bahan pakan yang ia gunakan beserta harganya. Ia juga menceritakan kebiasaan merpati seperti mematuk pasir yang membantu melancarkan pencernaan merpati.

Terakhir, pertanyaan realistis tentang harga merpati. Awa menceritakan ia cukup beruntung untuk memperoleh merpati yang ia namai Jayabaya dari seorang pemain merpati yang sudah mau pensiun sehingga Awa mendapatkannya dengan harga murah.

Awa membelinya dengan harga Rp 200.000, padahal menurut Awa, merpati itu masih akan laku jika dijual dengan harga Rp 1.000.000. Akan tetapi, Awa tidak ada niatan untuk menjual merpatinya.

Ia justru tertarik untuk mendalami pengembangbiakan merpati dan melatih merpati sedari merpati tersebut kecil. Awa memilih kesenangan berbonus pengetahuan untuknya. Memang, hidup ini  seharusnya tidak melulu tentang jual-beli dan untung-rugi, bukan?

Main ke Kolongan

Menurut Awa, ketika merpati jantan dilepas, kita sudah perlu memahami bahwa 90% merpati tersebut akan hilang, baik karena nyasar, maupun karena mengalami kecelakaan di tengah jalan, seperti tertabrak tiang maupun jatuh menukik terlalu tajam.

Kolongan, tempat Awa belajar melatih merpati. Kredit foto: Tinita.

Dari pengetahuan ini, Awa terlihat sangat berhati-hati mengurus merpatinya, sembari selalu mempersiapkan diri dan pasrah apabila memang merpatinya tidak akan kembali ke kandang.

Awa dengan sabar menjawab pertanyaan yang sangat banyak dari hadirin yang datang, hingga akhirnya semuanya merasa puas dengan pengetahuan baru yang diberikan oleh Awa.

Siang itu, kami ikut pergi ke kolongan yang ada di dekat rumah Awa untuk menyaksikannya secara langsung. Namun, Awa memberi peringatan dan menceritakan tentang resiko untuk bermain merpati. Selanjutnya, Awa mengajak teman-temannya untuk melihat secara langsung perilaku merpati dan bermain-main di rumahnya yang tempatnya seru.

Sementara para orang tua sepertinya mendapat bahan geguyon baru tentang merica yang bahkan terus berlanjut hingga sore hari di grup WhatsApp. Hari yang hangat itu pun akhirnya ditutup dengan manis. Terima kasih banyak Awa dan keluarga![]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *