Penyebaran Covid-19 membuat tatanan yang selama ini ada berubah drastis. Termasuk di rumah saya. Suami, salah satu fasilitator SMA Eksperimental SALAM, diliburkan lebih dulu dibandingkan saya yang kerja di bidang media, dan anak yang bersekolah di SMP mainstream (baca: sekolah negeri).
Bagi suami, Aji Prasetyo, diliburkan atau work from home tidak jadi masalah karena model pembelajaran di SMA Eksperimental SALAM menggunakan sistem mentoring. Jadi diskusi bisa dilakukan dimana saja. Dia pun masih bisa “kerja kelompok” di rumah dengan salah satu siswa SMA yang rumahnya tak terlalu jauh dari rumah saya atau sebaliknya, dia yang nyamperin salah satu siswanya.
Dia pun juga masih bisa mengerjakan pekerjaannya di rumah sebagai seorang freelancer. Lancar jaya katanya.
Sementara, anak saya, Rachel Amanda, baru diliburkan pada 18 Maret 2020. Di saat sebagian sekolah diliburkan karena pandemi Covid-19, dia masih masuk dan melaksanakan ujian tengah semester (UTS). Sementara di grup orang tua sudah pada ramai dan ribut kenapa sekolah tidak meliburkan anak-anak. Apalagi katanya ada salah satu orang tua di sekolah anak saya yang lapor bahwa suaminya merupakan suspect Covid-19 dan sang anak sudah tidak diperkenankan masuk sekolah. Wah heboh sudah grup orang tua, mereka ingin sekolah menunda UTS dan meliburkan anak-anak. Sebagian orang tua juga ada yang berusaha menenangkan, tapi kehebohan sudah terjadi.
Momen meliburkannya pun cukup dramatis. Pagi, hari Rabu, anak saya berangkat sekolah untuk ujian tengah semester yang seharusnya selesai sekitar pukul 12.00. Tapi, sekitar pukul 09.30, Rachel menelpon saya berkali-kali katanya minta dijemput. Heran juga saya waktu itu, ada apa ini? ucap saya dalam hati. Kemudian saya minta Aji untuk menjemput Rachel sembari saya melihat grup Whatsapp orang tua, di grup tersebut wali kelas mengumumkan kalau anak-anak dipulangkan lebih cepat dan pengumuman resmi akan menyusul kemudian.
Jadi sekolah mengambil keputusan tersebut karena lokasi sekolah berdekatan dengan Taman Parkir Bus Senopati, di mana masih banyak wisatawan dari luar kota yang datang dan pergi. Sekolah pun merasa khawatir karena saat itu beberapa kota sudah menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) Covid-19 dan di Jogjakarta sendiri sudah ada satu yang positif, untuk saat ini di Jogjakarta total sudah enam yang positif Covid-19 dengan satu pasien sembuh dan satu pasien meninggal dunia.
Setelahnya, mulai keesokan harinya Rachel menjalani school from home. Absensi berdasarkan kehadiran/keikutsertaan di grup kelas. Kemudian, jadwal dibagikan, dan kelas online mulai pukul 7.30-12.00. Rachel sempat menjalani UTS mata pelajaran TIK secara online. Selebihnya hanya kelas biasa, mengisi absen di link yang sudah disediakan. Kemudian guru memberikan materi yang harus dilihat dan dipelajari via grup Whatsapp, setelahnya mengerjakan tugas dan sebagai bukti tugas tersebut harus difoto dan diunggah di link yang sudah disiapkan guru. Selain itu, beberapa guru menggunakan fasilitas google classroom.
Kata Rachel lebih enak kelas online dibandingkan kelas langsung di sekolah. Nggak enaknya, nggak bisa bertemu dengan teman-teman katanya. Dia pun merasakan kemudahan karena kami menggunakan wifi di rumah. Tapi bayangkan anak-anak lain yang harus menggunakan paket data di rumah mereka untuk belajar online, saya yakin orang tua bakalan jebol dompetnya untuk beli paket data. Sebagian operator seluler memang ada yang memberikan gratis paket data 30 Gb untuk 30 hari, ya itu bagus juga, bisa sedikit meringankan. Tapi pertanyaannya sampai kapan ya kondisi ini akan terjadi? Saya sendiri masih belum work from home. Baru mulai Kamis, 26 Maret 2020, kantor saya memberlakukan kerja shif dan pengurangan jam kerja untuk mengurangi intensitas orang-orang berkumpul di kantor.
Bagi saya sendiri, kondisi ini memang sedikit membuat stres. Semua event di kantor ditunda, omset pun otomatis menurun. Saya pun merasa over informartion tentang Covid-19 ini karena selain memang bekerja di bidang media yang berhadapan langsung dengan pemberitaan, di hampir semua grup dan media sosial yang saya ikuti semua membahas tentang Covid-19. Mulai dari tips terhindar hingga teori konspirasi yang menyertainya. Yah, semoga kondisi ini bisa segera teratasi dan kembali seperti semula. Tetap kuat dan tetap sehat sahabat. Demikian sekelumit cerita dari Rumah Pohon Jambu di Sonopakis, Ngestiharjo, Kasihan Bantul. Salam. (*
ORTU SALAM, Jurnalis
Leave a Reply