Blog

SINGKONG SEBAGAI KOMODITAS

Kalau barang sudah masuk dalam wilayah komoditas artinya barang tersebut dibutuhkan oleh banyak orang dan tidak ada subtitusi atau penggantinya yang setara. Dahulu Nenek Moyang atau orang tua kita dimana kita hidup di tahun 70an, dalam hal menanam sangatlah terbatas jenis tanaman yang ditanam, biasanya terdiri dari Padi, Jagung, Kedelai, Kacang Ijo sebagai bahan pokok pembuat makanan, lalu disertai tanaman pendamping tanaman pokok, seperti Singkong, Ketela, Ganyong, Garut, dan umbi umbian lainnya yang nantinya akan digunakan sebagai makanan pendukung makanan pokok bahkan di Gunung Kidul menurut sejarahnya Singkong menjadi bahan utama makanan pokok pengganti beras, yang diproses lebih dulu menjadi Gaplek dan diubah menjadi Tiwul. Bahkan saat ini harga Tiwul sudah mengalahkan harga beras.

Tanaman sayuran dan buah buahan adalah tanaman harian yang bisa dipanrn setiap saat, bahkan kadang memiliki fungsi ganda yaitu menjadi pagar halaman disamping sebagai sayur, seperti Kenikir, Kelor, Laos, Mangkokan, Turi dan masih banyak lagi lainnya. Namun menanam sayuran sudah menjadi kewajiban seperti Kacang panjang, Timun, Terung, Cabe dan lain sebagainya. Buah buahan biasanya yang ada dan dimiliki berupa Kenitu, Belimbing, Rambutan, Pepaya, Pisang, Nanas dan lain sebaginya.

Waktu kecil kita serasa memiliki surga karena apa yang kita makan semua serba ada disekitar, bahkan ketika masih kecil mainan favorit kita baik laki laki atau perempuan adalah Masak Masakan disamping juga Dokter Dokteran, yang satu karena saking banyaknya yg bisa masak dan yang satu karena saking jarangnya ada Dokter di kampung.

Inilah titik awal kita memiliki surga dunia dan berharao nanti ketika besar semakin lebjh baik dan berlimpah, karena semua semakin mudah. Sawah tidak lagi dicangkul dan disabit, menanam tidak lagi mundur tapi maju karena menggunakan peralatan tanam tinggal digerakkan dengan kendali jarak jauh, membersihkan Gulma tidak lagi harus repot repot lagi turun ke sawah dan bergatal gatal ria dan bahkan proses panen sudah menggunakan tleser dimana kita tinggal tunggu di samping sawah sambil ngopi dan merokok Dji Sam Soe. Aah nikmatnya sudah terbayang bayang nanti jika aku sudah besar. Begitulah impianku dulu ketika masih kanak kanak yang dolanannya di Kali atau Sungai dan Sawah, tiada Mall dan Cafe bahkan pasar malam hanya setahun sekali setelah selesai Lebaran. Lucu dan indah ketika semua bersama alam. Alam tidak pernah berbohong dengan menyebut El Nino penyebabnya tetapi alam yang tidak dirawat dan diperkosa setiap saatlah yang menjadi penyebabnya.

Lalu apa hubungannya dengan judul tulisan ini ya? Ya hubungannya baik baik saja, Petani penan Singkong sekaramg sudah kaya raya, sudah bisa beli Fortuner karena Singkong sudah merajalela menjadi produk produk berkelas dan bukan hanya Tiwul saja, tetapi sudah masuk ke reatoran reatoran ternama hotel berbintang dengan nama Casava, kita tidak akan menemukan lagi kata Singkong karena sudah berubah nama menjadi Casava.

Saat Singkong berubah nama menjadi Casava itulah saatnya Singkong menjadi Komooditas yang diburu orang. Orang miskin tidak lagi mau makan Singkong tetapi makan Casava. Kalau masih makan Singkong mungkin dia masih miskin dan orang miskin hanya jadi tontonan orang orang kaya yang dimknta mengupas, membersihkan, memotong motong lalu menggorengnya setelah diamgkat dan ditiriskan lalu disajikan haris dengan senyum. manis, karena senyum manis itulah orang orang miskin desa berharga 5000 sampai 10.000 rupiah dan bukankah itu lebih mulia dari dulu ketika saya masih kecil.

Ketika Singkong sudah berada dititik Cassava yg tertinggal hanyalah cerita nestapa. Singkong dianggap sebagai emas, bayangkan harga 1 kg Singking dijanjikan 3.500 rupiah saat petani mulai menanam, bukankah itu artinya Singkong laksana emas. Jaman saya dulu anda tinggal cabut saja dikebun meakioun itu kebun milik tetangga, tidak ada yang bakalan marah kehilangan Singkongnya, namun jika sekarang anda kehilangan 1 batang Singkong berati berapa uang anda yang hilang. Dan itu hanyalah MIMPI. iya hanya mimpi karena saat Singkong itu panen harganya hanya 300 perak perkilonya, padahal petani telah menanam dengan harapan besar bisa naik Fortuner, tapi apalah daya pohon Singkong yang ditanam berhektar hektar tidak bisa dijual kemana mana hanya bisa dibeli oleh pabrik tepung Cassava dan bukan tepung Singkong, apabila harga membaik bisa berubah diangka 700 rupiah perkilo, tapi petani Singkong sudah terlanjur sakit hati karena merasa dibohongi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *