karya anak salam

Alasan Masyarakat Enggan Naik Trans Jogja

Transportasi umum memiliki peran yang krusial dalam memfasilitasi mobilitas masyarakat perkotaan. Meskipun Trans Jogja telah diperkenalkan sebagai alternatif, masih banyak orang yang enggan menggunakannya. Beberapa alasan mendasar yang menjadi penyebab ketidakmauan ini patut dicermati, mengingat dampaknya dapat merugikan baik dari segi lingkungan maupun kesejahteraan masyarakat.

Halte Yang Lengang

Mayoritas penduduk Yogyakarta cenderung lebih memilih kepemilikan kendaraan pribadi daripada menggunakan transportasi umum, demikian hasil data Badan Pusat Statistik (BPS). Kecenderungan ini menjadi faktor utama yang mendorong masyarakat untuk memiliki kendaraan pribadi.

Selain itu, inefisiensi dalam operasional Trans Jogja turut menjadi hambatan. Waktu tunggu yang tidak konsisten, dengan survey menunjukkan bahwa interval antar kedatangan bus cenderung tidak dapat diprediksi, membuat pengguna merasa tidak efisien. Rute yang kompleks, seperti perjalanan dari Nitiprayan Bantul ke Terminal Giwangan, melibatkan perpindahan jalur yang rumit dan memakan waktu yang cukup lama. Selain itu, perbedaan jam dan jadwal yang tidak teratur pada satu jalur tertentu semakin menambah ketidakpastian dan ketidaknyamanan pengguna.

Keterbatasan jangkauan Trans Jogja juga menjadi masalah serius. Sementara kendaraan tersebut hanya mencakup wilayah perkotaan, daerah-daerah di sekitarnya seperti Kulon Progo, Gunung Kidul, Bantul, dan area Kaliurang masih belum sepenuhnya terjangkau. Kota-kota di Indonesia secara umum belum bersahabat dengan transportasi umum, terutama di daerah pedesaan, menambah kesulitan bagi masyarakat yang ingin mengandalkan layanan tersebut.

Ketidakberlanjutan transportasi umum juga menjadi sorotan. Kurangnya transportasi pendukung yang menjangkau area pelosok membuat penumpang harus mencari solusi sendiri untuk mencapai tujuan akhir mereka dari halte Trans Jogja. Tanggung jawab penumpang untuk mengatasi kendala transportasi lanjutan ke rumah mereka sendiri semakin menambah kerumitan penggunaan transportasi umum.

Dampak dari ketidakefisienan transportasi umum ini meliputi peningkatan pembelian kendaraan pribadi, yang berkontribusi pada kemacetan lalu lintas. Kemacetan tersebut, selain menciptakan stres tinggi pada masyarakat, juga berkontribusi pada peningkatan polusi udara yang merugikan kesehatan dan lingkungan. Polusi dari kendaraan pribadi juga menjadi salah satu penyebab pemanasan global yang semakin terasa.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah dan pihak terkait perlu bekerja sama dalam menciptakan sistem transportasi umum yang efisien, terjangkau, dan berkelanjutan. Langkah ini tidak hanya akan mengurangi beban lalu lintas dan polusi, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Melalui upaya bersama, diharapkan masyarakat akan semakin merasa terdorong untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. []

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *