Etnografi, sebagai cara pengayaan pengetahuan dan imajinasi, menawarkan lebih dari sekadar penggalian informasi dari narasumber. Ia mengundang para pelajar untuk menyelami, menuliskan, dan menyajikan pengetahuan dengan cermat. Saat melibatkan diri dalam pengamatan mendalam, etnografer seringkali dihadapkan pada kejutan-kejutan yang membuka wawasan baru, termasuk pemahaman tentang bagaimana kejadian penting dapat membentuk pola baru.
Setelah melalui proses yang cermat, hasil etnografi dihadirkan bagi pembaca. Pesona etnografi terletak pada narasi yang indah, konten yang kritis, dan pesan yang menginspirasi, membangkitkan semangat untuk menggugah perubahan. Dengan begitu, etnografi tak sekadar mencatat dan mendokumentasikan situasi narasumber, melainkan juga mendorong apresiasi dan kritik, menginspirasi pembaca untuk berperan serta dalam menjalankan agenda perubahan.
Sejalan dengan itu, pengetahuan yang dihasilkan dari penelitian etnografi berbeda dari penelitian ekstraktif. Pengetahuan ekstraktif sering kali dimanfaatkan oleh penguasa untuk mengokohkan struktur kekuasaan yang tidak adil. Dengan menggunakan pengetahuan tersebut, penguasa mempertahankan kelompok masyarakat tertentu dalam kondisi yang terpinggirkan, termasuk etnis pribumi dan kelompok marginal lainnya.
Namun, etnografi kritis muncul ketika pelajar menyadari berbagai ketidakadilan sosial, kesenjangan gender, penindasan politik, diskriminasi rasial, penyalahgunaan tanah, eksploitasi ekonomi, dan marginalisasi geografis yang dialami oleh masyarakat. Dengan kesadaran tersebut, etnografi muncul sebagai bentuk pembangkangan epistemik.
Melalui etnografi kritis, pelajar berusaha memahami dan menggambarkan realitas sosial yang dihadapi oleh narasumber dengan mempertimbangkan konteks sosial, politik, dan ekonomi. Etnografi berperan sebagai alat untuk menyuarakan dan membela hak-hak mereka yang terpinggirkan, mengungkapkan ketidakadilan yang ada, dan mendorong perubahan yang lebih adil.
Dengan demikian, etnografi menjadi sebuah jendela untuk memahami berbagai aspek kehidupan manusia dari sudut pandang yang berbeda. Melalui kombinasi antara pengamatan mendalam, pemahaman konteks, dan pemaparan narasi yang kuat, etnografi bukan hanya sekadar alat untuk merekam dan mendokumentasikan realitas, tetapi juga sebagai sumber inspirasi dan kekuatan untuk perubahan sosial yang lebih baik.
Mengungkap Jalinan Konteks yang Kompleks
Etnografi multisitus, atau yang dikenal juga sebagai “multisited ethnography,” adalah pendekatan penelitian yang memperluas cakupan etnografi tradisional dengan menyelidiki fenomena sosial di berbagai lokasi atau situs yang berbeda. Pendekatan ini terlihat seperti sebuah investigasi yang memungkinkan peneliti untuk mengikuti jejak orang, objek material, atau bahkan konflik sosial untuk memahami jalinan konteks yang lebih kompleks. Di bawah ini, akan diuraikan tiga teknik etnografi multisitus yang relevan dalam penelitian ini.
Pertama, teknik “follow the people” melibatkan peneliti dalam mengikuti dan memahami perubahan subjek di lokasi berbeda. Teknik ini sering digunakan dalam penelitian yang membahas diaspora, migrasi, atau perpindahan kelompok manusia dari satu tempat ke tempat lain. Dengan tetap tinggal dan berinteraksi dengan subjek penelitian di berbagai lokasi, peneliti dapat memahami pengalaman dan perspektif mereka secara lebih mendalam.
Kedua, teknik “follow the thing” fokus pada melacak pergerakan barang, komoditas, uang, dan objek material lainnya. Peneliti menggunakan pendekatan ini untuk memahami sirkulasi dan rantai distribusi objek material yang seringkali melibatkan banyak lokasi dan aktor yang berbeda. Dengan memetakan jalur pergerakan objek material, peneliti dapat mengidentifikasi pola dan koneksi yang tak terduga antarlokasi.
Ketiga, teknik “follow the conflict” berkaitan dengan mengikuti konflik yang terjadi dalam berbagai konteks, termasuk isu-isu kontestasi dalam hukum formal, kehidupan sehari-hari, dan media massa. Dengan memahami konflik yang ada, peneliti dapat mengeksplorasi dinamika sosial dan politik yang mungkin muncul di berbagai tempat.
Penting untuk dicatat bahwa ketiga teknik tersebut tidak bersifat khusus dan dapat saling terhubung. Dalam beberapa kasus, peneliti dapat menerapkan lebih dari satu teknik untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang fenomena sosial yang sedang dipelajari.
Namun, ketika melakukan etnografi multisitus, ada tantangan terkait perbedaan waktu di berbagai lokasi. Untuk mengatasi ini, peneliti perlu melakukan penggalian data di berbagai waktu: pagi, siang, dan malam hari. Penting untuk mengamati bagaimana dinamika dan interaksi sosial berubah selama periode waktu yang berbeda.
Metode “nocturnal ethnography” adalah cara khusus untuk memahami kehidupan sosial pada malam hari. Malam hari memiliki kekhususan karena merupakan waktu istirahat bagi banyak orang. Oleh karena itu, melalui metode ini, ruang hidup dapat dilihat secara istimewa, mengungkapkan aspek kehidupan yang mungkin tidak terlihat pada waktu-waktu lain.
Dalam keseluruhan esai, etnografi dan etnografi multisitus diakui sebagai alat penting untuk memperkaya pengetahuan dan memahami realitas sosial dengan lebih mendalam. Pendekatan etnografi multisitus yang mencakup teknik “follow the people,” “follow the thing,” dan “follow the conflict” membuka peluang untuk menyelidiki fenomena sosial yang kompleks dan saling berhubungan di berbagai lokasi. Penting untuk memahami perbedaan waktu dan melibatkan metode “nocturnal ethnography” untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang kehidupan manusia yang kompleks dan beragam.[]
pembelajar, pejalan sunyi
Leave a Reply