Blog

MENGHARGAI REMPAH-REMPAH

Beberapa orang barangkali memandang rempah-rempah dengan sebelah mata, begitu juga yang dirasakan oleh Thea. Namun, itu sebelum ia memulai risetnya tentang rempah-rempah pada semester dua ini. Memasuki hari kedua bulan presentasi, Thea menceritakan pengalamannya dan berbagi ilmu yang didapatkannya selama satu semester ini.

Thea memulai dengan cerita tentang sejarah vanili. Vanili pertama kali ditemukan di Mesoamerika, sekitar tahun 1300. Vanili yang diawetkan biasanya dipergunakan sebagai pengharum ruangan kuil suci. Sedangkan vanili basah (mentah) biasanya dipergunakan sebagai obat gigitan serangga berbisa dan menyembuhkan luka.

Selain itu vanili juga dipergunakan untuk mengatasi masalah kewanitaan, termasuk hysteria dan depresi. Thea menjelaskan, pada masa itu di Eropa, vanili dikenal sebagai stimulan saraf. Pada saat pra-perang dunia II, mengutip dari King’s American Dispensatory, vanila digunakan sebagai stimulan aromatik. Vanila dapat meningkatkan energi otot, berguna juga dalam infus untuk hysteria, rematik dan demam ringan.

Di sela-sela presentasinya, Thea memantik pertanyaan kepada teman-teman, “Apakah vanila dan vanili itu berbeda?” Teman-teman sontak menggeleng tidak tahu. Thea kemudian menjelaskan, vanila dan vanili itu sama. Vanili adalah nama tumbuhan, sedangkan vanila adalah produk yang dibuat dari tumbuhan tersebut. Contohnya ekstrak vanilla dan eskrim vanila.

Vanili sendiri terbagi menjadi 3 jenis. Jenis yang pertama adalah planifolia, ini jenis yang paling sering dibudidayakan karena memiliki berat yang paling besar dibanding jenis yang lain. Jenis yang kedua adalah tahiti. Tahiti hampir sama dengan planifolia, hanya saja ukurannya lebih panjang ketika sudah dikeringkan. Sedangkan jenis yang ketiga adalah pompona, jenis yang tidak laku dijual karena tidak beraroma dan lebih dikenal sebagai “vanili hitam”.

Narasumber Thea untuk risetnya kali ini adalah seorang petani vanilli yang tinggal di Samigaluh, Kulonprogo. Thea juga bercerita, ia mendapatkan kesempatan diajak oleh narasumbernya jalan jalan di kebun vanili. Thea mengamati pohon-pohon vanili di kebun tersebut. Dari pengamatannya, Thea melihat ada pohon yang sudah berbuah dan ada yang belum. Ini dikarenakan umur dari pohon pohon vanili di kebun tersebut berbeda-beda. Kesempatan berkunjung ini sangat berharga menurutnya.

Dari jauh-jauh hari, Thea sudah membuat perencanaannya dengan rapi. Selain melakukan wawancara dan berkunjung ke kebun vanili, Thea juga melakukan percobaan membuat beberapa produk yang sering digunakan, seperti parfum dan deodoran. Thea menambahkan vanilla ke dalam campuran bahannya sehingga parfum dan deodoran yang ia buat memiliki aroma vanilla yang lebih kuat. Selain melakukan eksperimen pada produk yang digunakan di badan, Thea juga menggunakan vanila pada produk yang dimakan. Ia membuat cookies dan pisang goreng dengan ekstrak vanili murni.

Selain vanili yang menarik perhatiannya, Thea juga tertarik dengan cengkeh, si tanaman asli Indonesia. Cengkeh digunakan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia dan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa. Namun sayangnya, Thea kesulitan untuk mendapatkan narasumber. Meski begitu, Thea tetap berusaha mencari informasi tentang cengkeh yang dapat mendukung keberlangsungan risetnya melalui internet dan buku-buku.

Dalam presentasinya, Thea bercerita bahwa cengkeh berasal dari kepulauan Maluku, tepatnya di pulau Banda Neira. Bangsa Eropa sangat tertarik dengan cengkeh karena aromanya yang sangat kuat. Tanaman cengkeh bisa tersebar seperti sekarang ini dikarenakan saat Belanda menjajah Indonesia, mereka membawa petani-petani Maluku ke wilayah lain untuk menanam cengkeh.

Cengkeh memiliki beberapa manfaat, diantaranya sebagai anti-bakteri dan penghilang rasa sakit. Salah satu produk cengkeh yang cukup dikenal banyak orang adalah minyak oles. Ini dikarenakan cengkeh banyak mengandung minyak atsiri.

Thea membuka sesi tanya jawab untuk teman-teman di ujung presentasinya. Muncul sebuah pertanyaan, “apa yang akan dilakukan Thea dengan risetnya setelah ini?” Menanggapi pertanyaan itu Thea mengatakan ingin melanjutkan kembali risetnya ini di semester depan. Thea ingin lebih mendalami lagi khususnya tentang cengkeh. Bagi Thea, risetnya kali ini membuatnya lebih menghargai rempah-rempah.

“Awalnya aku hanya memandang sebelah mata, apa itu rempah-rempah. Namun ketika aku mulai mempelajarinya, aku menjadi mengerti dan paham rempah-rempah itu banyak manfaatnya. Walau pada risetku ini aku merasa kurang puas dengan hasilnya. Aku sering menunda-nunda membuat laporan dan kadang setengah hati mengerjakannya. Namun dari riset ini aku bisa belajar lebih mengenal vanili dan cengkeh.”

Di akhir presentasinya, Thea berharap orang-orang di luar sana tidak ada lagi yang memandang sebelah mata rempah-rempah terutama cengkeh dan vanilla karena rempah-rempah sangat bermanfaat bagi manusia.[]

Oleh : Eti Dwi Lestari (ORTU SALAM)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *